Visi dan misi yang menyentuh.
Bagi fans sepakbola dunia tentu tidak asing dengan sosok Frederic Kanoute. Pemain bernama lengkap Frederic Oumar Kanoute itu adalah mantan pemain sepakbola Mali kelahiran Prancis, yang terakhir pensiun bersama klub Liga Super China, Beijing Guoan, pada 2013.

Sepanjang kariernya sebagai pesepakbola profesional, Kanoute pernah dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Afrika 2007 dan merupakan pemain kelahiran luar negeri pertama yang memenangkan penghargaan ini. 

Di level klub, Kanoute meraih masa kejayaannya bersama Sevilla. Kanoute membawa Sevilla meraih dua gelar Liga Europa dan Copa del Rey. Sevilla juga mendapat satu gelar Piala Super Eropa dan Supercopa de Espana bersama Kanoute.

Selain itu, dia juga dikenal sebagai mualaf dan memiliki kepedulian yang tinggi kepada rekannya sebagai pemain sepakbola.

Saat ini dia menemukan dirinya berperan sebagai agen pemain, dan telah menceritakan kisahnya tentang alasannya menjadi seorang agen. Memang, kehadiran agen pemain menjadi hal yang tak terpisahkan dari sepakbola modern.

Profesi tersebut digadang-gadang sebagai salah satu profesi yang sangat menguntungkan. Secara umum tugas dari seorang agen adalah menjadi jembatan penghubung bagi para pemain ketika akan pindah atau mengurusi masalah kontrak dengan klub.

Namun, berbeda dengan Kanoute. Dia mengambil peran itu bukan untuk keuntungan pribadinya. Dia terpaksa lantaran kepeduliannya terhadap para pemain muda Afrika yang tidak diperlakukan dengan baik oleh agen mereka.

Dalam sebuah wawancara pada acara radio Newsday BBC World Service, mantan pemain Tottenham Hotspur dan Sevilla itu menceritakan kisahnya dan mengaku tidak sengaja menjadi agen.



"Tidak pernah menjadi impian saya untuk memiliki agen atau menjadi agen, tetapi saya hampir dipaksa atau didorong ke dalamnya," kata pria berusia 44 tahun itu.

“Saya selalu terlibat dalam pengembangan pemuda di Afrika. Jadi, saya ingat ketika saya masih bermain. Saya hanya membantu mereka dengan peralatan dan hal-hal seperti ini dan dukungan moral," pungkasnya.

“Tetapi, saya menyadari sejak awal bahwa beberapa agen datang dan menyerang para pemain dan membawa mereka ke Eropa dan kemudian setelah itu mereka tidak menemani mereka dan menjaga mereka dengan cara yang benar. Terkadang meninggalkan mereka begitu mereka memiliki masalah. Jadi, para pemain ini memanggil kami dengan mengatakan 'tolong kami' dan seterusnya," tutur mantan pemain terbaik Afrika itu.

"Jadi, ketika saya menyelesaikan karier saya, saya berkata lihat saya akan terus membantu akademi. Tetapi, saya juga akan mendirikan agensi saya sendiri. Sekarang kita tinggal mengikuti mereka dari A sampai Z dan memastikan transisi dilakukan dengan baik dan kita mempersiapkan mereka dengan baik dan tindak lanjut di Eropa dilakukan dengan baik. Saya hampir secara eksklusif merawat para pemain yang saya kenal sejak usia muda," kata Kanoute.

Kanoute, yang lahir di Prancis dan pernah membela timnas Prancis di level pemuda sebelum kemudian bertukar kesetiaan ke Mali, mengatakan semua yang dilakukan itu bukan tentang sepakbola.

"Saya memiliki beberapa peran di sana, karena saya tidak hanya bermain sepak bola," jelasnya. “Saya mendirikan badan amal sejak lama dan jelas saya terlibat dalam pelatihan pemuda. Jadi, saya adalah konsultan untuk proyek pengembangan pemuda untuk sebuah akademi," tambah Kanoute.

Hingga saat ini, Kanoute masih menjalankan perannya sebagai agen. Dia memiliki 12 agen manajemen miliknya dengan para pemain di Red Bull Salzburg (Patson Daka dari Zambia) serta Moussa Djenepo dari Mali bersama Southampton.