Apakah nomor 6 bisa kembali bersinar di Old Trafford?
Erik ten Hag akan meninggalkan perannya di Amsterdam sebagai pelatih Ajax untuk menjadi bos baru Manchester United musim panas nanti. Penggemar Man United sangat antusias dengan prospek pelatih papan atas yang diharapkan bisa memimpin pembangunan kembali klub.

Man United lebih memilih Ten Hag daripada Mauricio Pochettino yang lebih berpengalaman melatih di Liga Premier. Pelatih asal Belanda berusia 52 tahun itu akan meninggalkan Ajax setelah lima tahun bertugas, di mana dia telah memenangkan dua gelar Eredivisie dan mencapai semifinal Liga Champions.

Ten Hag terkenal dengan gaya menyerangnya yang membuat Ajax mencetak 85 gol dalam 29 pertandingan liga musim ini. Dia juga menunjukan kemampuannya untuk meningkatkan level para pemain yang bekerja dengannya.

Sedangkan Man United mengalami penurunan performa selama beberapa musim terakhir. Meskipun sudah melakukan investasi besar, skuad mereka diisi beberapa pemain tua dan tampil buruk.

Hasil buruk itu membuat Ole Gunnar Solskjaer dipecat pada November 2021, dan orang-orang seperti Harry Maguire dan Marcus Rashford juga banyak dikritik karena penampilan mereka.

Penunjukan Ten Hag dipandang sebagai langkah jangka panjang untuk memperbaiki kebusukan yang telah terjadi di klub, sambil membawa ide-ide segar dan mencoba untuk mendapatkan yang terbaik dari beberapa bintang Man United yang sejauh ini dinilai gagal.

Kami telah mengidentifikasi starting XI pemain yang pernah menjadi pemain Ten Hag saat bermain untuk Ajax, Go Ahead Eagles, dan FC Utrecht. Ini seharusnya memberikan banyak dorongan bahwa dia adalah orang yang tepat untuk membawa Man United kembali ke puncak.

#1 GK: Andre Onana

Kiper Kamerun ini selalu mendapat peringkat tinggi setelah melakukan musim terobosannya ke tim utama Ajax pada 2016. Sejak penunjukan Ten Hag pada 2017, dia telah berkembang menjadi salah satu kiper top Eropa.

Kemampuan Onana dalam menguasai bola sangat luar biasa, membuatnya menjadi penjaga gawang yang sempurna dalam permainan Ajax. Meski sempat absen selama 13 bulan, pemain berusia 26 tahun itu tetap berada di level tinggi.

Sang penjaga gawang bergabung dengan Inter Milan dengan status bebas transfer di musim panas, mengakhiri 12 tahun hubungannya dengan klub, dan dia harus berterima kasih kepada Ten Hag atas perkembangannya.

#2 RB: Sergino Dest

Bek kanan Amerika Serikat ini belum mencapai puncaknya di Barcelona. Tetapi, di bawah Ten Hag saat di Ajax, Dest memainkan sepakbola terbaik dalam kariernya.

Pemain berusia 22 tahun itu hanya bermain satu musim penuh di klub sebelum pindah ke Camp Nou, dan begitulah cara dia membuat Barca tertarik kepadanya.

Di bawah asuhan Ten Hag, Dest diizinkan untuk menunjukkan kemampuan menyerang dan kecepatannya. Dia sering maju menyerang dan memberikan enam assist dalam 38 pertandingannya.
Dest kini sedang berjuang sejak kepindahannya ke Barcelona karena kemampuan defensifnya dipertanyakan, dan banyak yang merasa bahwa dia jauh lebih nyaman dengan gaya permainan Ajax yang melindunginya secara defensif.



#3 CB: Matthijs de Ligt

Menjadi kapten Ajax pada usia 19 tahun, De Ligt menjadi salah satu bek terbaik di dunia di bawah Ten Hag. Mereka sangat mengesankan dalam perjalanan melaju ke semifinal Liga Champions.

De Ligt memenangkan penghargaan Golden Boy sebagai pemain muda terbaik Eropa pada 2018. Berkat penampilannya itu, dia didatangkan oleh Juventus pada 2019 dengan harga 70 juta pounds (Rp 1,3 triliun).

Meskipun dia tampil solid di Juventus, penampilannya di Ajax lebih memungkinkan dia untuk lebih mengekspresikan dirinya, mengarahkan bola ke depan dari bek tengah, dan menggunakan kemampuan passingnya yang luar biasa untuk memulai serangan.

Dia juga semakin dekat dengan kejayaan Eropa dengan klub masa kecilnya daripada membela Nyonya Tua.

“Semua orang memiliki awal baru di bawah Erik ten Hag dengan visi dan opini sepakbola baru, sebagai skuad yang baik bagi kami untuk melanjutkan pengembangan di masa depan,” jelas De Ligt pada 2018.

“Pelatihannya berbeda di bawah Erik ten Hag dengan banyak fokus pada elemen taktis dan permainan posisi. Itu sangat instruktif.”