Di luar negeri, sponsornya ganti, trofinya tetap. Di Indonesia beda..
Sejak konsep Liga Indonesia diperkenalkan secara resmi pada 1994 untuk menggabungkan Perserikatan dan Galatama, perubahan terus terjadi di kompetisi sepakbola kasta tertinggi. Bukan hanya nama, format, sistem, dan peserta, melainkan juga trofi. Tak terkecuali di BRI Liga 1 2022/2023.

Pekan pertama BRI Liga 1 2022/2023 sudah dilalui dengan sukses, meski ada sejumlah insiden kurang baik melibatkan wasit dan suporter.

Uniknya, sebelum pertandingan pertama, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi memastikan trofi pemenang BRI Liga 1 2022/2023 akan mengalami perubahan. Piala baru sedang dikerjakan, dan akan diserahkan kepada sang pemenang di akhir musim.

Dalam akun media sosial resminya, PT LIB menjelaskan trofi baru BRI Liga 1 2022/2023 menggunakan bahan dasar tembaga dan kuningan berlapis perak,perak dan tambahan batu mulia pada bagian depan. Piala dibuat oleh Sweda, sebuah brand jewelery asal Yogyakarta yang turut menambahkan ornamen di Piala Presiden.

Trofi BRI Liga 1 2022/2023 bertaburkan makna disetiap bagiannya. Salah satu yang mencolok ada di samping kiri-kanan, yang berbentuk kepala Garuda. Itu lambang negara Indonesia dan bermakna Bhinneka Tunggal Ika. Ada juga detail lain yang melambangkan kebaikan dan kemajuan  sepakbola Indonesia.

"Diharapkan ini menjadi trofi kebanggan bagi seluruh klub peserta BRI Liga 1 untuk diperebutkan," tulis PT LIB di akun medis sosialnya.

Dengan perubahan ini, otomatis satu lagi ketidakpastian yang muncul di sepakbola Indonesia. Pasalnya, sejak kompetisi seperti ini diluncurkan pada 1994, piala untuk pemenangnya selalu berubah-ubah mengikuti sponsor.



Awalnya, Liga Indonesia mendapatkan sponsor Dunhill. Pialanya juga diberti nama sesuai sponsor. Bentuknya menyerupai Piala Dunia dengan tambahan sayap di atasnya.

Saat sponsor beralih ke Kansas, kompetisi disebut Liga Kansas. Dan, piala yang diberikan kepada pemenang berubah lagi. Kemudian, Liga Bank Mandiri, Liga Reebook, dan Liga Djarum. Semuanya juga memiliki piala sendiri yang berganti tergantung sponsornya.



Selanjutnya, Divisi Utama sebagai kasta tertinggi digantikan Indonesia Super League (ISL). Djarum sebagai sponsor utama juga mengeluarkan piala baru lagi. Hal yang sama saat Qatar National Bank (QNB) menjadi sponsor ISL 2015. Bedanya, liga berhenti karena konflik PSSI dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Di era dualisme, Indonesia Premier League (IPL) sebagai kompetisi resmi PSSI juga memiliki piala baru, meski ISL juga terus bergulir. Dan, konflik berakhir dengan intervensi pemerintah dan sanksi FIFA.



Uniknya, ketika Liga 1 digulirkan pada 2017, perubahan bentuk piala masih terjadi. Pada 2017, saat Bhayangkara menjuarai kompetisi, pialanya berbentuk piringan. Di luar negeri istilahnya "shield", bukan "cup". Itu mirip Community Shield di Inggris atau Bundesliga di Jerman.   

Saat Liga 1 2018 bergulir, pialanya berubah lagi. Kali ini kembali ke "cup" dengan bentuk yang menyerupai nyala api. Piala bentuk ini diberikan kepada Persija Jakarta (2018) dan Bali United (2019, 2021/2022).



Pertanyaanya, bagaimana dengan pengalaman negara lain? Jika anda penggemar Liga Premier, pasti sangat paham jika bentuk trofinya tidak pernah berubah sejak pertama kali digelar pada 1992. Meski sponsornya berubah-ubah, tofi Liga Premier tetap seperti itu.

Hal yang sama terjadi di Serie A, La Liga, Bundesliga, Ligue 1, atau Eredivisie. Begitu pula kompetisi di negara-negara Asia lainnya seperti J League (Jepang), K League (Korea Selatan), atau V League (Vietnam).