Skorsing yang sangat berat untuk hal sepele. Apa itu?
Media sosial ibarat dua sisi mata uang. Di sebelah sini, dapat menghasilkan keuntungan yang siginifikan bagi pemiliknya. Tapi, di sudut lain bisa mendatangkan bahaya dan masalah besar. Contohnya, pemain di Liga Premier Skotlandia, Kyle Lafferty, berikut ini.

Kyle Lafferty adalah penyerang asal Irlandia Utara yang tercatat sebagai pemain Kilmarnock. Performa yang ditunjukkan di lapangan sebenarnya tidak terlalu mengecewakan.

Namun, Kyle Lafferty harus menerima kenyataan pahit dihukum 10 pertandingan, atau sampai semifinal Piala Liga Skotlandia melawan Glasgow Celtic pada Januari 2023. Penyebabnya, sangat sepele. Dia membuat sebuah video di media sosial, yang kemudian viral.

Video tersebut ternyata berisi kata-kara rasial yang berbahaya. "Saya ingin meminta maaf sedalam-dalamnya kepada klub, pendukung, dan keluarga saya atas masalah yang ditimbulkan. Saya benar-benar mengakui bahwa reaksi saya terhadap insiden itu benar-benar tidak bisa diterima," kata Kyle Lafferty, dilansir BBC Sport.

"Tidak ada alasan. Itu adalah sesuatu yang segera saya sesali dan saya sangat malu. Saya benar-benar menerima bahwa saya seharusnya tidak menanggapi provokasi dengan cara itu," tambah Kyle Lafferty.

Asosiasi Sepakbola Skotlandia (SFA)
baru-baru ini mengubah aturan disiplin dengan mengizinkan hukuman yang lebih keras bagi mereka yang terbukti bersalah. Penggunaan bahasa yang menghina yang mencakup referensi suku, ras, kebangsaan, agama, atau kepercayaan membawa larangan minimal 10 pertandingan.

Kilmarnock juga telah  mendenda mantan penyerang Glasgow Rangers dan Hearts atas insiden tersebut. Bahkan, sang pelatih, Derek McInnes, mengharapkan pemain tersebut menerima skorsing yang panjang.

"Dia membuat kesalahan. Dia mengangkat tangannya yang kami butuhkan darinya. Apa yang dia katakan tidak dapat diterima dan dia harus menerima konsekuensinya," ujar Derek McInnes.

Seperti di banyak tempat, SARA adalah urusan yang sensitif. Apalagi, di kawasan seperti Skotlandia, Irlandia, dan Irlandia Utara, yang selama puluhan tahun disekat oleh kekerasan atas nama agama dan pandangan politik.



Karena masalah ini, Kyle Lafferty kemudian mengatakan berkomitmen untuk bekerja dengan badan amal antisektarian terkemuka di Skotlandia, Nil By Mouth. LSM ini menyediakan pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan untuk mengatasi sektarianisme di masyarakat.

"Saya menempatkan diri saya dalam posisi yang sangat sulit untuk dihadapi. Saya sekarang bertekad untuk bekerja dengan Nil By Mouth untuk memastikan bahwa orang lain, terutama para pemain muda di klub bisa belajar dari kesalahan saya dan menghindari diri mereka dalam situasi serupa di masa depan," ungkap Kyle Lafferty.