Dia kini bermain di Eropa. Lebih dikenal di Indonesia ketika mencederai Evan Dimas.
Doan Van Hau sudah berhasil mencatatkan dirinya sebagai pemain dengan kontribusi penting bagi timnas Vietnam. Semua itu didapatkannya pada usia masih belia, 21 tahun.

Dia dinobatkan sebagai Pemain Muda Terbaik Vietnam selama tiga kali beruntun (2017, 2018 dan 2019). Dia menjadi bagian dari tim kemenangan Piala AFF 2018, meraih medali perak pada Piala AFC U-23 2018, bagian dari timnas Vietnam pada Piala Dunia FIFA U-20 2017 serta membantu Golden Dragon mencapai perempat final di Piala Asia AFC 2019.

Di usia belia, Van Hau telah memainkan banyak peran untuk negaranya sebagai bek kiri yang biasa ia mainkan. Dia dipuji sebagai salah satu talenta yang paling menjanjikan di Benua Kuning. Di musim 2019/20, Van Hau menghabiskan waktu bermainnya bersama tim Eredivisie, SC Heerenveen dan kepulangannya ke Vietnam belum lama ini banyak disambut hangat oleh masyarakat disana.

Ketika diwawancarai oleh FIFA.com, Van Hau bercerita soal awal mula kehidupannya hingga mimpinya bersama timnas Vietnam, dan ia juga menjawab pertanyaan dengan sangat nyaman dan santai.



"Hidup saya dan pekerjaan saya di Heerenveen bagus," ujar Van Hau yang saat ini sedang berada dalam karantina karena COVID-19.”

"Itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan bergabung dengan klub Eropa seperti Heerenveen. Latihan dan bermain bersama para pemain bagus itu telah membantu saya jadi lebih baik "

Dilahirkan di pedesaan Hung Ha, Provinsi Thai Binh, Van Hau mulai bermain sepak bola ketika ia berusia 8 tahun. Karena secara ekonomi tidak mampu, bahkan hanya untuk membeli bola asli saja tak bisa, maka Van Hau menggunakan jeruk bali sebagai bolanya untuk berlatih dan bermain. Pada titik itu, Van Hau kecil memutuskan untuk meningkatkan kehidupan keluarganya melalui bermain sepak bola.

"Saya suka sepak bola dan menjadi pesepakbola profesional adalah impian masa kecil saya," lanjutnya.

"Karena keluarga saya sangat miskin, saya ingin mengubah nasib kami dengan mengejar karier sepak bola.”

Ambisi yang besar, ditambah dengan rasa cintanya dengan dunia sepak bola  semakin menambah motivasi serta konsistensi buat Van Hau untuk meningkatkan serta mengembangkan karir sepak bolanya.

PERJALANAN KARIER

Karier sepak bola Van Hau dimulai pada tahun 2010 ketika ia bergabung dengan tim junior Hanoi FC dan menembus tim utama pada tahun 2017.

Di usianya yang waktu itu baru 17 tahun, Van Hau sudah bermain secara reguler untuk tim utama Hanoi FC dan hal itu juga membuatnya menjadi salah satu pemain termuda yang pernah bermain di V League 1.

Dua tahun berikutnya, karir Van Hau semakin meningkat pesat di kancah domestik, dimana ia berhasil memenangkan gelar Liga bersama Hanoi FC, satu gelar Piala Super Vietnam, dan raihannya itu semakin lengkap manakala ia mendapatkan penghargaan Youth Vietnamese Player of the Year 3 kali secara beruntun.

Di pentas internasional, Van Hau adalah bagian integral dari skuad muda Rong Vang (julukan timnas Vietnam) yang lolos ke Piala Dunia FIFA U-20 2017 di Republik Korea. Pencapaian penting tersebut diperkuat saat Vietnam menjadi negara Asia Tenggara pertama yang memenangkan satu poin di turnamen remaja putra FIFA.

Bermain di kompetisi bergengsi seperti Piala Dunia dan hal itu adalah debut pertama tim muda Vietnama, jelas membuat Van Hau semakin termotivasi  untuk berbicara lebih banyak kepada dunia bahwa ia adalah salah satu pemain Asia yang perlu diperhatikan.

"Saya sangat bersemangat untuk bermain di kompetisi yang begitu hebat. Kami tampil buruk dan gagal meraih kemenangan, tetapi di sanalah kami mulai bermimpi lebih besar - untuk lolos ke Piala Dunia.”

Van Hau menerima panggilan tim nasionalnya ketika Park Hang-seo ditunjuk sebagai pelatih kepala pada 2017. Van Hau membuat kemajuan pesat dalam mengamankan tempat reguler dengan tim senior dan yang paling utama adalah ia telah memainkan peran kunci di lini belakang karena Vietnam tetap tak terkalahkan di babak kedua Kualifikasi Asia untuk Piala Dunia FIFA Qatar 2022 dan Piala Asia AFC China 2023 .

Dengan tiga kemenangan dan dua kali seri, Naga Emas muncul secara mengejutkan sebagai pemimpin dalam grup G yang juga menampilkan rival regional seperti Thailand, Malaysia dan Indonesia, satu lagi adalah Uni Emirat Arab.

Dengan tiga pertandingan tersisa,  anak-anak Vietnam Rose memimpin grup dengan raihan 11 poin dan berpeluang besar untuk lolos ke babak kualifikasi ketiga yang akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah sepak bola Vietnam.

"Tentu saja kami berada di kursi pengemudi (pemuncak klasemen) dalam grup ini dan memiliki beberapa keuntungan," ujar Van Hau.

"Namun, tidak ada yang bisa dianggap remeh dan dalam sepak bola. Apapun bisa terjadi.”

Di posisi kedua ada Malaysia yang hanya berselish 2 poin dari Vietnam dan tentu saja memiliki peluang besar untuk menggeser anak asuh Park Hang-Seo dari puncak klasemen kala keduanya bakal bertemu kembali pada bulan Oktober mendatang (Jadwal ini kemudian ditunda ke tahun 2021. Disusul, mereka akan bertamu ke SUGBK melawan Indonesia yang kini dilatih oleh Shin Tae-yong. Pada pertandingan terakhir, Vietnam akan menghadapi Uni Emirat Arab yang merupakan lawan tangguh.

"Tiga pertandingan ini penting bagi kami. Kami harus melakukan yang terbaik untuk mendapatkan poin maksimal dan mengamankan tempat di babak berikutnya. Saya yakin kami bisa melakukannya. Bukan hanya saya, tapi setiap pemain ingin lolos ke Piala Dunia,” jelasnya.

“Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu tim saya dan saya yakin kami dapat memberikan kejutan lebih lanjut. Lakukan apa yang Anda bisa dan percaya pada diri sendiri. Tidak ada yang tak mungkin,” tutup Van Hau.