Menerima penghargaan di usia 41 tahun! Tentu saja dia tidak sekaya Cristiano Ronaldo atau Lional Messi.
Selama bertahun-tahun, orang hanya membicarakan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo ketika membahas Ballon d'Or. Tapi, tahukah kalian siapa pesepakbola yang mendapatkan kehormatan untuk mengangkat "bola emas" itu pertama kalinya?

Ballon d'Or adalah penghargaan di sepakbola untuk kategori pemain terbaik atas inisiasi majalah olahraga ternama Prancis, France Football. Penghargaan ini dibuat bertepatan dengan akhir edisi pertama Piala Champions. Awalnya, Ballon d'Or diperuntukkan bagi para pemain terbaik Benua Biru yang berkompetisi di ajang tersebut.

Namun, dengan mekanisme pemilihan yang menggunakan voting, hasilnya tidak sesuai skenario. Panel juri yang terdiri dari jurnalis olahraga di Eropa justru memilih pemain yang klubnya tidak ambil bagian di Piala Champions. Hanya bermodalkan membawa Blackpool menjuarai Piala FA 1953, Stanley Matthews berhasil memenangkan Ballon d'Or edisi perdana.

Dengan 47 suara, Matthews sanggup mengalahkan dua legenda Real Madrid, Alfredo di Stefano (44 suara) dan Raymond Kopa (33 suara). Keputusan panel juri benar-benar mengejutkan banyak orang, khususnya para pendukung Los Blancos selaku juara Piala Champions 1955/1956.



Hebatnya, saat menerima penghargaan, Matthews sudah menginjak usia 41 tahun! Lebih hebat lagi, legenda sepak bola Inggris tersebut tidak bergelimang uang layaknya CR7 atau La Pulga. Pasalnya, dia hanya menerima gaji 20 pounds per pekan dari klubnya. Jika mengacu pada uang 2020 berdasarkan kalkulator inflasi, bayaran Matthews saat itu setara 682 pounds (Rp 13 juta). Bandingkan dengan Lionel Messi yang bergaji 900 ribu pounds per pekan atau Rp 17,4 miliar per pekan.

Gaji terbesar yang pernah diterima Matthews sepanjang karier di lapangan hijau juga tidak besar. Hanya 50 pounds per pekan. Uang itu dia dapatkan dari periode kedua membela Stoke City, yaitu pada 1961 ketika menginjak usia 46 tahun. Matthews juga sempat mendapatkan uang dari menjadi bintang iklan produk rokok, Craven.

Stoke punya ikatan emosional yang dalam karena Matthews lahir di Stoke-on-Trent pada 1 Februari 1915. Dia meninggal di kota yang sama pada 23 Februari 2000. Sebagai aktor lapangan hijau hebat pada masanya, dia mempunyai atribut "Sir" dan "CBE" (Commander of British Empire) sebagai penghargaan tertinggi dari Kerajaan Inggris kepada orang-orang yang berjasa.

Ratu Inggris memberikan status seperti itu bukan tanpa sebab. Matthews adalah salah satu pesepakbola terbaik yang pernah dimiliki Inggris. Memulai segalanya dari kampung halaman, Matthews kecil sebenarnya lebih sering berlatih tinju. Pasalnya, sang ayah, Jack Matthews, adalah petinju lokal berjuluk "Fighting Barber of Hanley".

Lantaran tidak ingin melihat anak ketigannya dari empat bersaudara babak belur di ring, sang ayah memasukkan Matthews ke Akademi Stoke City sambil bersekolah di sekolah negeri. Saat itu, dia baru menginjak usia 6 tahun.    

Petualangan Matthews di sepakbola justru dimulai bersama tim sekolah. Bermain sebagai sayap kanan, Matthews terpilih mewakili tim pelajar Inggris menghadapi Wales di depan 20.000 pasang mata pada 1929. Akibatnya, manajemen Stoke memutuskan mengontrak Matthews. The Potters tidak ingin terlambat karena Matthews memiliki riwayat sebagai pendukung klub rival abadi, Port Vale. Kontrak pertama Matthews bernilai 5 pounds per pekan pada usia 17 tahun.

Karier Matthews sempat terhenti karena Perang Dunia II. Saat itu, dia bergabung dengan Angkatan Udara Kerajaan Inggris dan setelah perang berakhir kembali bermain sepakbola. Tapi, Matthews tidak berseragam Stoke lagi. Dia sudah bergabung dengan Blackpool.

Sebagai pemain depan, Matthews mengandalkan kecepatan dan kemampuan mendribel bola yang luar biasa. Bahkan, pemain belakang sekalas Franz Beckenbauer mengakui sendiri kehebatan sang legenda. "Hampir tidak ada seorang pun di lapangan yang bisa menghentikannya," ujar Beckenbauer dalam sebuah kesempatan, dilansir Sportskeeda.

Legenda seperti Pele juga mengakui kehebatan Matthews ketika berada di lapangan. Pemain terbaik abad 20 versi FIFA tersebut menganggap Matthews sebagai pesepakbola terhebat yang pernah dilahirkan Inggris. "Stanley Matthews mengajari kami bagaimana sepakbola seharusnya dimainkan," ucap Pele ketika itu.

Dedikasi plus loyalitas Matthews di sepakbola dibuktikan dengan karier yang sangat panjang. Berbeda dengan pemain-pemain masa kini yang sudah gantung sepatu di penghujung usia 30-an, Matthews baru benar-benar mundur sebagai pemain saat menginjak 50 tahun.

Matthews mengakhiri karier pesepakbola setelah bermain hampir 700 kali plus 71 gol untuk Stoke dan Blackpool. Dia memiliki 50 caps dan 11 gol untuk The Three Lions dan ambil bagian pada dua Piala Dunia. Matthews tidak pernah menjuarai Liga Inggris kasta tertinggi. Tapi, Inggris menjuluki Matthews sebagai "The Wizard of the Dribble".