Sejak 2006, penyerang muda yang skill full, lincah, cepat, dan memiliki postur minimalis langsung diberi atribut "Messi Baru".
Di sepakbola, selalu saja ada orang yang membanding-bandingkan satu pemain dengan pemain lain. Tidak jarang pemain tersebut diberi label pesepakbola hebat dari masa lalu dengan tambahan atribut "baru".   

Ketika melakukan debut di Barcelona pada 2004, dengan cepat orang-orang langsung menyatakan Lionel Messi sebagai "Maradona Baru". Akibatnya, pesepakbola-pesepakbola asal Argentina yang menyandang status itu sebelum La Pulga lahir seperti Ariel Ortega, Pablo Aimar, atau Javier Saviola, sirna seketika.

Hanya dalam waktu singkat, orang-orang tidak lagi berusaha menemukan duplikat Diego Maradona di era modern. Sejak 2006, generasi baru penyerang muda yang skill full, lincah, cepat, dan memiliki postur minimalis langsung diberi atribut "Messi Baru".

Masalahnya, predikat "Messi Baru" ternyata seperti menjadi kutukan. Pemain-pemain dengan status tersebut pelan dan pasti menghilang dari peredaran. Ada yang tersingkir dari klub karena cedera. Tapi, tidak sedikit yang gagal menjawab ekspektasi suporter.

Berikut ini nasib 16 pemain yang sejak 2006 harus mendapatkan kutukan menyandang status "Lionel Messi Baru":

1. Bojan Krkic (2006)



Hanya 2 tahun setelah Messi menjalani debut senior, situs Foot Mercato menulis berita berjudul: "Bojan Krkic: le futur Messi?" (Bojan Krkic: Messi di masa depan). Dalam usia yang baru 16 tahun, Bojan sukses lulus dari La Masia dengan predikat sangat memuaskan. Dia mencetak 10 gol dalam 22 penampilan untuk Barcelona B musim itu sebelum naik kelas ke tim utama.

Kariernya mengalami pasang surut. Masa-masa singkat di AS Roma, AC Milan, dan Ajax Amsterdam lalu diikuti dengan kepindahan permanen ke Stoke City pada 2014. Penyerang berdarah Spanyol-Serbia itu menikmati kesuksesan dalam dua musim pertama sebelum dipinjamkan pada 2016/2017 dan 2017/2018. Pada 2019, Bojan menandatangani kontrak dengan Montreal Impact di MLS.

2. Gerardo Bruna (2007)

Tiga tahun setelah debut Messi, Real Madrid mengira mereka telah mengembangkan fenomena Argentina versi mereka sendiri, yaitu Gerardo Bruna. Saat itu, dia baru berusia 16 tahun.

Namun, Bruna dengan cepat dibujuk Liverpool dan sukses meninggalkan Estadio Santiago Bernabeu. Empat tahun di Merseyside tidak menghasilkan penampilan di tim utama. Lalu, dia menjalani periode singkat di Blackpool, Huesca, Tranmere Rovers, hingga dua tim kasta buncit di Inggris, Whitehawk dan Accrington Stanley. Pada 2019, Bruna menandatangani kontrak dengan klub Irlandia Utara, Derry City.

3. Mauro Zarate (2008)



Nama yang tidak asing bagi penggemar sepakbola Inggris karena Mauro Zarate telah bermain di empat klub Premier League, yaitu Birmingham City, West Ham United, QPR, dan Watford. Sang penyerang pindah ke Lazio setelah masa pinjamannya di Birmingham berakhir. Saat itu, presiden klub Ibu Kota Italia itu, Claudio Lotito, membuat beberapa klaim berani tentang Zarate.

"Persyaratan perjanjian memperkirakan penilaian pemain yang akan naik menjadi sekitar 25 juta euro karena Zarate akan menjadi lebih baik dari Lionel Messi," kata Lotito saat itu, dilansir Football Italia. Zarate mencetak 13 gol dalam 36 penampilan di musim pertamanya di Lazio. Tapi, setelah itu mandul. Pada 2018 dia pindah ke Boca Juniors setelah hanya membuat tiga penampilan tim utama di Watford.

4. Amir Sayoud (2009)

Pada 2009, klub elite Mesir, Al Ahly, menolak kesempatan untuk mendatangkan Abdessalam Benjelloun dari Hibernian. Alasan mereka sederhana, yaitu sudah memiliki "Messi Baru".

"Kami memiliki pemain muda Aljazair bernama Amir Sayoud dan kami menganggapnya sebagai Messi muda," kata Khaled Mortagey, anggota dewan Al Ahly saat itu, kepada BBC Sport. Apa yang terjadi setelah itu? Sayoud hanya tampil 12 kali dalam empat tahun di Al Ahly. Saat ini dia bermain untuk tim di kampung halamannya, CR Belouizdad.

5. Gai Assulin (2010)



Tidak mengherankan jika banyak anak muda yang dijuluki "Messi Baru" muncul dari La Masia. Buktinya, beberapa musim setelah debut Bojan Krkic, prospek panas lainnya muncul dalam bentuk gelandang asal Israel, Gai Assulin. Dia dibandingkan dengan Messi setelah tampil memikat di Barcelona B.

Pada 2010, Assulin bergabung dengan Manchester City atas saran Yaya Toure. Tapi, dia tidak pernah membuat penampilan di tim utama sehingga kembali ke Spanyol dua tahun kemudian untuk bergabung dengan Racing Santander. Setelah itu, Assulin pergi ke Kazakhstan untuk membela FC Kairat pada musim dingin 2018. Tapi, kontraknya diakhiri dengan persetujuan bersama, 6 minggu kemudian. Akhirnya, dia bergabung dengan Politehnica Iasi di Rumania pada awal musim 2019/2020.

6. Iker Muniain (2011)

Setelah melakukan debut tim utama untuk Athletic Bilbao di usia 16 tahun, Iker Muniain dengan cepat mendapatkan label "El Messi del Botxo" alias "Messi dari Bilbao". Pada musim 2011/2012, dia membantu Los Leones mencapai final Copa del Rey dan Liga Eropa plus mencetak 9 gol dalam 58 penampilan di semua kompetisi.

Terlepas dari rumor pindah ke Manchester United di awal karier, Muniain tetap di Bilbao hingga hari ini dengan hanya tampil 400 kali pada semua ajang. Tidak seperti Messi, dia belum mencetak dua digit gol dalam satu musim.

7. Ryo Miyaichi (2012)



Dicap sebagai "Messi dari Jepang" dan "Ryodinho" setelah masa peminjaman yang sukses dengan Feyenoord Rotterdam pada 2011, Ryo Miyaichi tampaknya ditakdirkan untuk hal-hal besar ketika bergabung dengan Arsenal.

Sayang, peminjaman di Bolton Wanderers dan Wigan Athletic ternyata kurang berhasil. Akibatnya, pemain sayap itu meninggalkan Arsenal hanya dengan 1 penampilan di Premier League. Lalu, Miyaichi pindah ke St. Pauli pada 2015 hingga sekarang. Setelah absen sepanjang musim 2017/2018 karena cedera ligamen, dia kembali fit pada 2018/2019 hanya untuk mencetak 5 gol.

8. Ryan Gauld (2013)

Pada 2013, gelandang serang asal Skotlandia yang baru berusia 17 tahun, Ryan Gauld, diberi label "Baby Messi". Padahal, Gauld tidak terlalu yakin dengan julukan itu. "Perbandingan dengan Messi cukup menggelikan. Ini hanya bagus untuk dibaca. Saya tidak terlalu memikirkannya," kata Gauld kepada The Guardian saat itu.

Setahun kemudian, Gauld menandatangani kontrak dengan Sporting Lisbon setelah ditransfer 3 juta pounds. Dia hanya pernah bermain 5 kali. Saat ini, Gauld masih tetap di Portugal untuk membela Farense.

9. Alen Halilovic (2014)



Ketika Barcelona merekrut gelandang asal Kroasia berusia 17 tahun, Alen Halilovic, pada 2014, perbandingannya terlihat sangat jelas. Pasalnya, Halilovic memiliki rambut pirang seperti Messi. Halilovic didatangkan dari Dinamo Zagreb. Pelatih kepalanya saat itu, Zoran Mamic, menyebut anak muda itu "pemain tipe Messi jika memang ada".

Transfer Halilovic sempat berujung sanksi FIFA karena Barcelona dianggap melanggar regulasi transfer pemain muda. Tapi, pengorbanan itu akhirnya sia-sia. Pada 2016 Barcelona menjual Halilovic ke Hamburg SV, yang kemudian meminjamkan pemain tersebut ke Las Palmas selama 18 bulan. Pemain berusia 23 tahun tersebut pindah ke AC Milan pada musim panas 2018. Tapi, dia dipinjamkan ke Standard Liege dan Heerenveen.

10. Martin Odegaard (2015)

Ada hype besar di sekitar remaja Norwegia, Martin Odegaard, ketika melakukan debut liga untuk Stromsgodset pada usia 15 tahun. Akibatnya, pada 2015 dia diambil alih oleh Real Madrid, yang mempertahankannya di skuad Castilla selama 2 musim sebelum meminjamkan ke Heerenveen di Eredivisie pada Januari 2017 hingga Mei 2018.

Odegaard kemudian menghabiskan satu musim di Vitesse Arnhem sebelum dipinjamkan ke Real Sociedad. Setelah tampil cukup bagus pada 2019/2020, Odegaard akan dimainkan Los Blancos pada musim 2020/2021.

11. Lee Seung-Woo (2016)



Pemain sayap Barcelona asal Korea Selatan, Lee Seung-woo, sempat dianggap sebagai Messi berikutnya bukan oleh jurnalis yang haus sensasi, melainkan oleh Xavi Hernandez. "Dalam satu atau dua tahun dia akan berada di tim utama," ucap Xavi saat itu.

Prediksi Xavi salah. Pada 2017, Seung-woo dijual 1,4 juta euro euro ke klub asal Italia Hellas Verona. Di tempat itu dia membuat 43 penampilan dan mencetak 2 gol sebelum bergabung dengan Sint-Truiden di Liga Belgia beberapa tahun kemudian. Hingga hari ini Seung-woo memiliki 11 caps untuk tim senior Korsel

12. Pietro Pellegri (2017)

Pada Mei 2017, bintang muda Italia berusia 16 tahun yang merumput di Genoa, Pietro Pellegri, menjadi pemain pertama, yang lahir di abad 21, yang mampu mencetak gol di Serie A. Bagi mereka yang ada di Genoa, itu bukanlah kejutan. Dua tahun sebelumnya, Presiden klub, Enrico Preziosi, dengan berani menyatakan Pellegri adalah calon bintang. "Kami memiliki Messi baru," ucap Preziosi.

Hasilnya, Pellegri pindah ke AS Monaco dengan harga 25 juta euro pada musim dingin 2018. Tapi, masalah cedera membatasi karier Pellegri. Hingga hari ini dia hanya bermain 6 kali dan mencetak 1 gol untuk klub elite Ligue 1 tersebut.

13. Egy Maulana Vikri (2017)



Dari Indonesia, Egy Maulana Vikri disebut banyak media dan komentator pertandingan timnas U-19 sebagai "Messi dari Indonesia". Julukan itu muncul karena gaya main Egy yang individualis. Pemuda asal Medan itu juga memiliki kemampuan kaki kiri yang bagus. Saat itu, Egy baru meninjak usia 17 tahun.

Pada 2018, Egy mendapatkan kesempatan membela klub asal Polandia, Lechia Gdansk, setelah gagal trial di banyak klub Eropa Barat. Di klub berseragam hijau itu, Egy diberikan nomor punggung 10. Tapi, seperti semua pemain yang dijuluki "Messi Baru", Egy tidak mampu masuk skuad utama Gdansk. Bersama timnas U-23, dia juga tidak sanggup menghadirkan medali emas SEA Games 2019.

14. Minty (2018)



Pada Juli 2018, ITV News melaporkan bahwa seekor musang berusia 15 minggu bernama Minty telah diselamatkan dari pinggir jalan di Stratford-upon-Avon. "Mungkinkah Minty si luwak akan menjadi Lionel Messi berikutnya?" tanya sang penyiar setelah dilaporkan bahwa Minty menemukan kehidupan dan hobi baru bermain sepakbola layaknya Messi.

15. Thiago Almada (2019)

"Man City akan mendapatkan Messi baru dengan kesepakatan 20 juta pounds untuk Thiago Almada". Kalimat itu tertulis besar-besar tajuk utama The Sun pada April 2019. Laporan tersebut menyarankan Almada bergabung dengan Girona dari klub di kampung halamannya Argentina, Velez Sarsfield. Itu dilakukan Man City sebelum hukuman larangan transfer dijatuhkan UEFA.

Lalu, apa yang terjadi di Girona? Bermain di bawah asuhan mantan bek Manchester United, Gabriel Heinze, pemain berusia 18 tahun itu mencetak 4 gol dalam 21 penampilan di musim perdana. Kini, tinggal ditunggu apakah Almada benar-benar seperti Messi atau tidak?

16. Dario Sarmiento (2020)

Berasal dari Argentina, Sarmiento adalah produk Akademi Estudiantes de La Plata, pada usia 16 tahun. Kemampuan dribbling serta berlarinya yang jempolan telah menarik perbandingan dengan Messi saat kecil. Kebetulan, Manchester City dilaporkan mencoba untuk menandatangani Sarmiento pada saat yang sama ketika mereka mencoba membuat kesepakatan untuk mengeluarkan Messi dari Barcelona.

Jadi, sekarang tinggal menunggu beberapa tahun lagi untuk mengambil kesimpulan tentang Sarmiento. Jika sukses, maka "Messi Baru" benar-benar ada. Jika gagal, kutukan itu terus terjadi.