Laga itu terjdi 2010. Ada yang jadi politikus. Ada asisten pelatih timnas. Ada pula yang masih bermain.
Alfred Riedl sudah berpulang menghadap Sang Pencipta. Selama aktif menjadi pelatih, pria asal Austria itu meninggalkan banyak kenangan kepada tim yang dilatihnya, termasuk Indonesia.

Riedl ditunjuk PSSI untuk melatih tim Garuda pada 4 Mei 2010. Setelah mengamati sejumlah telenta terbaik di kompetisi Indonesia, mantan pelatih Vietnam itu mulai memberanikan diri menggelar latihan pada Agustus-September 2010. Persita Tangerang dan Pro Titan menjadi dua lawan latih tanding perdana Riedl.

Sementara untuk pertandingan resmi, lawan perdana Riedl bukan tim sembarangan. Pada 8 Oktober 2010, pasukan Merah-Putih menantang Uruguay pada duel bertajuk FIFA International Friendly Match di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Melawan  Luis Suarez dan Edinson Cavani di lini depan, jala Indonesia menderita 7 gol. Skor akhir 1-7.

Perbedaan kasta yang sangat mencolok membuat PSSI mendapatkan kritik pedas. Organisasi yang saat itu masih dipimpin Nurdin Halid dianggap hanya mengejar uang dari siaran televisi, sponsorship, maupun tiket pertandingan. Akibatnya, pada 3 pertandingan selanjutnya, Riedl diberi lawan ringan, yaitu Maladewa, Timor Leste, dan Taiwan.

Berikut ini 11 pemain inti plus 3 pengganti pada pertandingan debut resmi Riedl sebagai pelatih timnas senior, 8 Oktober 2010: 

1. Markus Horison



Berstatus kiper terbaik Indonesia, Markus menjalani debut timnas senior pada 1 Juni 2007 saat berujicoba dengan Hongkong. Sejak saat itu dia langsung menjadi langganan timnas, termasuk ketika ditangani Ivan Kolev di Piala Asia 2007. Saat itu, Markus tampil melawan Korea Selatan, mengisi tempat Yandri Pitoy.

Ketika Riedl menjadi pelatih, posisi Markus sebagai penjaga gawang utama tidak tergantikan. Meski menderita 7 gol dari Uruguay, pria asal Sumatera Utara tersebut tetap dipercaya menjadi kiper utama saat Indonesia menghadapi Piala AFF 2010 dengan hasil runner-up.

Setelah gantung sarung tangan, Markus sempat mencoba peruntungan sebagai politisi. Tapi, jiwa sepakbolanya tidak bisa hilang. Akibatnya, dia kembali ke sepakbola dan sekarang dipercaya menjadi pelatih kiper timnas U-16 asuhan Bima Sakti.



2. Muhammad Ridwan

Ridwan adalah pemain sayap paling berbakat yang dimiliki Indonesia pada masa tersebut. Kecepatan berlari, kekuatan fisik, keberanian menerobos jantung pertahanan lawan, plus eksekusi jempolan menjadi ciri khas pria asal Semarang itu. Buktinya, 3 gol dilesakkan Ridwan saat Piala AFF 2010 berlangsung.

Setelah sukses menumbangkan berbagai gelar untuk beberapa klub Liga Indonesia, Ridwan memutuskan pensiun sebagai pemain PSIS Semarang pada 2017. Di klub itulah dia memulai segalanya saat junior. Kini, Ridwan mengabdi kepada almamaternya sebagai pelatih PSIS Junior yang ambil bagian di Elite Pro Academy (EPA) U-18.

3. Nova Arianto

Mendapatkan julukan "Suster Ngesot", Nova pernah menjadi benteng tangguh di lini belakang timnas maupun sejumlah klub yang dibelanya. Berkat performa yang bagus di Piala AFF 2008, putra pelatih legendaris, Sartono Anwar, tersebut tetap mendapatkan kepercayaan Riedl. Sayang, setelah mengikuti laga kontra Uruguay, Nova justru cedera sehingga harus dicoret dari skuad Piala AFF 2010.



Setelah pensiun, Nova mengabdikan diri sebagai pelatih. Dia mengawali karier barunya sebagai asisten Dejan Antonic ketika menukangi Pelita Bandung Raya. Setelah itu, Nova melatih Madiun Putra, Bhayangkara U-21, Lampung Sakti, dan kembali ke Bhayangkara U-20.

Sempat membantu Indra Sjafri di timnas U-22, Nova kini bekerja bersama Shin Tae-yong dan Gong Oh-kyun di timnas U-19 yang sedang dipersiapkan ke Piala Dunia U-20 2021. "Tida ada perjuangan yang sia-sia. Maka teruslah bekerja keras agar kita bisa menuai hasilnya nanti," tulis Nova di Instastory miliknya, @novarianto30, disertai gambar anggota Garuda Muda yang berlatih fisik.

4. Maman Abdurrahman

Maman menjadi sedikit pemain lulusan laga versus Uruguay yang masih aktif bermain. Sejak 2016, pria kelahiran Jakarta, 12 Mei 1982, tersebut masih tercatat sebagai pemain Persija Jakarta. Tapi, Maman memang sudah tidak lagi bermain untuk timnas sejak Piala AFF 2010 berakhir. Saat itu, blunder fatalnya di final ikut andil dalam kegagalan tim Garuda mencetak sejarah juara.

5. Tony Sucipto

Tony adalah pemain "timnas karier". Pasalnya, dia sudah mengenakan seragam Merah-Putih sejak junior. Pemain yang bisa beroperasi sebagai full back, bek tengah, hingga gelandang bertahan tersebut sudah membela Indonesia sejakl U-17, U-19, U-23, hingga senior. Tony juga menjadi bagian tim yang bermain melawan Uruguay. Dia juga ikut ke Piala AFF 2010. Dia membela tomnas terakhir kali pada 2015.

Saat ini, Tony masih aktif bermain, meski sudah menginjak usia 34 tahun. Mantan pemain Sriwijaya FC dan Persib Bandung itu sekarang masih tercatat sebagai punggawa Macan Kemayoran.



6. Mohammad Nasuha

Pada 2010, Nasuha berusia 26 tahun dan sedang berada di puncak karier. Setelah menjalani debut pada 4 November 2009 melawan Singapura, Riedl memasukkan nama Nasuha dalam skuad melawan Uruguay dan Piala AFF 2010. Di Piala AFF, Nasuha tidak pernah absen. Dia ikut mencetak gol di leg II final versus Malaysia. Tapi, gol itu tidak menolong Indonesia juara.

Setelah turnamen, Nasuha sempat malang melintang membela sejumlah klub papan atas Indonesia seperti Sriwijaya FC, Persija, hingga Persib. Tapi, kariernya sempat terhenti ketika mengalami sobek meniscus dan patah tulang rawan pada lutut kiri saat membela Maung Bandung. Nasuha menepi cukup lama sebelum bergabung dengan Cilegon United. Tapi, tidak berjalan mulus. Nasuha kembali mengalami cedera anterior cruciate ligament (ACL).

Setelah pensiun, kehidupan Nasuha tidak juga membaik. Dia sebenarnya tercatat sebagai asisten pelatih Perserang Serang di Liga 2 2019 dan 2020. Tapi, gajinya sejak musim lalu tidak dibayarkan manajemen. Akibat pendemi Covid-19, dia sempat membantu sang istri berjualan baju gamis dengan menyewa sebuah kios kecil di Serang.

7. Firman Utina

Firman adalah salah satu pemain kesayangan Riedl saat itu. Anak didik Benny Dollo itu mendapatkan kepercayaan penuh dari sang nakhoda untuk menjadi pemain yang mengatur alur serangan tim Garuda. Firman bermain untuk timnas hingga 2014. "Selamat jalan Coach. Terima kasih sudah berjasa dalam diri kami dan juga bangsa kami," tulis Firman di Instagram resmi miliknya, @firmanutina1515, untuk merespons kepergian Riedl.

Firman terus bermain di level klub hingga 2018. Dan, setelah gantung sepatu, mantan pemain Persma Manado tersebut sempat tercatat sebagai asisten pelatih Bhayangkara FC dan direktur Akademi Kalteng Putra.

8. Beny Wahyudi

Nama Benny mencuat saat Riedl menjadi pelatih timnas. Tampil bagus bersama Arema Cronus, nakhoda asal Austria itu memberi Benny satu tempat reguler di starting line-up pada 2010. Setelah era itu, Benny terus bermain untuk skuad Garuda hingga memutuskan pensiun pada 2016. Tapi, untul level klub, pria kelahiran Malang, 20 Maret 1986, itu masih tetap aktif. Di Liga 2 2020, Benny tercatat sebagai anggota PSIM Yogyakarta.

9. Ahmad Bustomi



Bermain di timnas sejak U-23 ketika dipilih Ivan Kolev ke SEA Games 2007, Bustomi menjelma menjadi gelandang tengah terbaik Indonesia pada era Riedl. Berkat pria asal Austria itu, Bustomi menjalani debut timnas senior pada laga resmi. Pertandingan tersebut adalah Uruguay.

Meski gagal menghentikan lini tengah La Celeste, Bustomi membuat Riedl puas. Dampaknya, ketika Piala AFF 2010 berlangsung, Bustomi menjadi pemain penting. Berduet dengan Firman Utina di lini tengah, pria yang saat itu membela Arema membantu Indonesia mencapai final. Ketika Riedl datang lagi untuk melatih Indonesia di periode kedua, Bustomi juga dicari.

Saat ini, Bustomi tercatat sebagai pemain Persela Lamongan. Di usia 35 tahun, Bustomi belum berencana gantung sepatu. Dia pernah mengatakan akan bermain hingga tidak sanggup berlari lagi.

10. Boaz Solossa

Tidak perlu banyak berkomentar tentang kiprah Boaz di sepakbola Indonesia. Setiap pelatih timnas pasti akan melirik pemain asal Papua itu. Meski kini sudah menginjak usia senja, Boaz masih aktif bermain. Dia tetap tercatat sebagai penyerang, kapten, dan maskot Persipura Jayapura di Liga 1 2020.

11. Bambang Pamungkas



Bepe menjadi salah satu striker yang selalu diandalkan Riedl. Selain kemampuan menjebol jala lawan, kepemimpinan di lapangan juga menjadikan pelatih asal Austria itu jatuh hati. Meski ada sejumlah pemain baru datang, legenda Persija itu tetap diangkut ke Piala AFF 2010. Hingga hari ini dia masih aktif di sepakbola, meski sudah pensiun sebagai pemain pada 2019. Sekarang, Bepe adalah manajer Persija di Liga 1 2020.

12. Yongki Ariwibowo (masuk menit 63)

Yongki pernah menjadi salah satu penyerang tengah yang diharapkan bersinar di timnas. Setelah bermain bersama timnas U-23, Riedl lalu memberi Yongki kesempatan bermain. Setelah ditampil menghadapi Uruguay, Yongki diberi kepercayaan bermain di dua laga uji coba sebelum Piala AFF 2010. Hasilnya, dia mencetak gol ke gawang Maladewa dan Timor Leste.

Setelah Piala AFF 2010, Yongki dimasukan dalam skuad U-23 yang bermain di SEA Games 2011. Tapi, Indonesia kembali harus gigit jari setelah dikalahkan Malaysia di final. Setelah itu, Yongki tidak pernah bermain untuk Indonesia lagi. Dia masih aktif bermain hingga saat ini. Sekarang, Yongki tercatat sebagai pemain Badak Lampung di Liga 2.

13. Oktovianus Maniani (masuk menit 77)

Pada 2010, Okto masih sangat muda. Dia menarik hati Riedl setelah tampil bagus bersama PSMS Medan. Berpostur mungil, Riedl memberi Okto kesempatan menjalani debut saat laga melawan Uruguay. Saat itu, dia masuk pada menit 71. Setelah itu, Okto masuk dalam skuad Piala AFF 2010 dan tampil luar biasa dengan kecepatan berlarinya.

Sayang, setelah era itu, Okto menghilang. Justru, sejumlah aksi kontroversial yang muncul di media. Dia kehilangan tempat di tim-tim papan atas Indonesia. Sempat bermain singkat di Liga Timor Leste bersama Carsae, Okto saat ini tercatat sebagai anggota Persiba Balikpapan di Liga 2 2020.

14. Slamet Riyadi (masuk menit 81)

Slamet bukan nama yang populer di timnas ketika itu. Tapi, Riedl memberi kesempatan untuk bermain sebagai bek pengganti menghadapi Uruguay dan diikutkan dalam seleksi skuad Piala AFF 2010. Sayang, ketika pengumuman, Slamet bersama Dendi Santoso harus gigit jari. Mereka tidak masuk skuad pilihan Riedl.

Setelah gagal di timnas, Slamet tidak pernah kembali ke timnas. Pria kelahiran Lamongan, 15 November 1981, itu lebih banyak bermain di klub-klub Liga Indonesia tanpa prestasi yang menonjol.