Mereka mencapai puncak kejayaan justru saat sudah dianggap sepuh. Dario Hubner, Luca Toni dan banyak lagi.
Dalam dunia sepakbola, para penggemar cenderung tertarik pada gagasan "wonderkid", beberapa nama seperti Kylian Mbappe, Erling Haaland, dan Joao Felix adalah para talenta muda yang memikat penggemar dengan bakat alami dan kemampuan luar biasa mereka.

Tetapi dalam kasus lain, banyak para pemain yang semula tampil meyakinkan  justru berkurang atau bahkan hilang daya magisnya ketika berpindah dari satu klub ke klub lain, atau dengan pelatih tertentu. Hal ini wajar terjadi, karena sistem yang dibangun dalam sebuah klub berbeda dengan gaya dan kondisi psikologis pemain sehingga menghambat perkembangan pemain.

Liga yang menangkap fenomena ini dengan baik adalah Serie A. Selama bertahun-tahun, kasta tertinggi di Italia itu telah menghasilkan banyak penyerang yang terlambat berkembang. Mereka justru berjaya ketika para telah melewati umur keemasannya. Berikut adalah 9 penyerang yang mencapai puncaknya setelah usia 25 tahun.

1. Oliver Bierhoff


Dikenal karena kemampuan headingnya, Oliveir Bierhoff sukses membawa Jerman menjuarai Piala Eropa pada tahun 1996. Tetapi itu tak dia lakukan dalam umur yang muda melainkan usia 28 tahun. Setelah membela 3 klub di Bundesliga bersama Bayer Uerdingen, Hamburg, dan Borussia Monchengladbach, pemain Jerman itu pindah ke Austria Salzburg (sekarang Red Bull Salzburg).

Keputusan beraninya itu terbayar lunas, Bierhoff mencetak 23 gol dalam 32 laga. Puas dengan capaian itu, Bierhoff kembali pindah klub, kali ini dia menyeberang ke Italia tepatnya Ascoli yang baru saja dipromosikan di Serie A pada musim panas 1991 kala itu.

Namun itu tak berjalan mulus, musim pertamanya di Ascoli berakhir dengan degradasi, dengan hanya mencetak dua gol dalam 17 penampilan. Dia kemudian menghabiskan tiga musim berikutnya di Serie B, mencetak 20, 17, kemudian 9 gol di kasta kedua Italia.

Tampil garang di Serie B membuatnya mendapatkan kesempatan lain dengan tim Serie A yang lagi-lagi baru promosi, musim 1995-96, dia hijrah ke Udinese.
 
Bierhoff mencetak 18 gol dalam 33 penampilan di semua kompetisi, hal itu membantu Udinese finis di papan tengah dengan terhormat dan membuatnya dipanggil untuk pertama kalinya ke tim nasional Jerman.

Di Euro 1996, dia mencetak dua gol di final, termasuk gol cantik pertamanya di turnamen Internasional bergengsi itu, dengan mengalahkan Republik Ceko 2-1. Musim berikutnya, 13 gol Bierhoff membantu klub Friulian lolos ke Piala UEFA untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Dengan Udinese di Eropa, Bierhoff mencetak 27 gol di Serie A dan 31 dalam 39 penampilan di semua kompetisi. Pemain Jerman itu memenangkan penghargaan pencetak gol terbanyak dan membawa Udinese ke posisi ketiga di akhir klasemen.



Musim yang mengesankan itu membuat Bierhoff ditarik ke AC Milan pada usia 30 tahun, di mana dia menyumbang 20 gol dan membantu klub Milan itu meraih gelar Serie A.

Total sekitar 103 gol dilesakkan oleh Bierhoff di kancah Serie A, capaian itu telah membuatnya menjadi pemain Jerman dengan jumlah gol terbanyak di Serie A hingga saat ini, melebihi pemain Jerman terkenal lainnya termasuk Lothar Matthaus, Jurgen Klinsmann, Miroslav Klose, dan Rudi Voller.

2. Dario Hubner

Dario Hubner barangkali sedikit dari pesepakbola yang sempat merasakan bermain di empat kasta sepakbola Italia, bahkan dia baru bisa berlaga di Serie A ketika usianya 30 tahun.

Karier Serie A Hubner dimulai dengan gemilang. Dalam dua pertandingan Serie A pertamanya, ia mencetak 4 gol, termasuk hattrick di pertandingan keduanya melawan Sampdoria. Musim 1997-98 dia mencetak 16 gol Serie A. Musim berikutnya  Hubner mencetak 21 gol. Selama 3 tahun memperkuat Brescia, total Hubner menjaringkan 75 gol.

3. Fabrizio Miccoli

Nama Fabrizio Miccoli identik dengan kesebelasan Palermo. Era akhir 2000 adalah masa-masa keemasan Miccoli. Waktu itu dia bermain dengan sejumlah nama besar seperti Edinson Cavani dan Javier Pastore.



Mantan pemain Juventus dan Benfica ini hijrah ke Palermo tepatnya pada musim 2007, saat di Benfica dia mencetak 14 gol dari total 39 pertandingan Liga Primera.

Daya gedornya memuncak ketika berseragam Palermo, dalam 6 musim yang dia lewati, Miccoli mencetak 81 gol dalam 179 pertandingan, termasuk 19 gol pada musim 2009-2010 yang jadi capaian tertingginya, waktu itu usia Miccoli menginjak angka 30 dan di Palermo dia ditunjuk bsebagai kapten klub.

Dari semua penampilan yang dia jalani untuk klub-klub Serie-A , Miccoli pensiun dengan total 103 gol sepanjang karir.

4. Antonio Di Natale

Pada akhir 1990-an Antonio Di Natale memulai karirnya bersama Empoli di Serie B dan tak ada catatan mengesankan mengenai itu. Barulah ketika memperkuat Udinese, Di Natale membuat namanya sebagai salah satu pencetak gol terbanyak sepanjang masa di Serie A.

Musim 2010 Di Natale mengantongi 29 gol dan musim berikutnya Udinese masih menggila dengan torehan 28 gol. Karier Di Natale berkembang pesat, penyerang asal Italia ini hampir selalu mencetak 2 digit gol bersama Udinese, hingga menempatkannya di urutan ke-enam dalam daftar pencetak gol terbanyak Serie A sepanjang masa, dengan 209 gol, 191 di antaranya dicetak saat bersama Udinese. Saat ini dia masih aktif di Udinese pada usia 42 tahun!

5. Luca Toni

Palermo dan Fiorentina adalah dua klub yang beruntung karena sempat merasakan kehandalan seorang Luca Toni.

Sebelum Palermo, Toni menghabiskan karirnya di berbagai tim dari Serie C hingga Serie A. Musim pertamanya di Palermo, Toni mencetak 30 gol di Serie B, membantu Palermo meraih promosi ke Serie A, langsung mencetak 20 gol. Kesuksesannya di Serie A dan Serie B bersama Palermo cukup menarik perhatian Fiorentina, musim panas 2005, Luca Toni memutuskan pindah ke Fiorentina.



Marcello Lipi lalu memboyong Luca Toni untuk memperkuat timnas Italia di gelaran Piala Dunia 2006, keputusan itu tak lepas dari penampilan garang Luca Toni ketika memulai tahun pertamanya di Fiorentina dengan 31 gol. Jumlah gol yang menghantarkannya meraih Sepatu Emas Eropa.

Di Piala Dunia, Luca Toni mencetak 2 gol dan mengukir namanya dalam sejarah sebagai juara Piala Dunia bersama timnas Italia.

Setelah meninggalkan Fiorentina pada 2007, pria Italia itu pindah ke raksasa Jerman, Bayern Munich. Musim pertamanya, Toni langsung mencetak 39 gol dan 10 gol di antaranya di Piala UEFA. Di usia 37 tahun, ia memecahkan rekor pencetak gol tertua di Serie A, yang sebelumnya dipegang oleh Dario Hubner. Dia menjadi orang tertua yang menjadi top skor Serie A yaitu musim 2015 pada usia 38 tahun.

Karier Toni yang panjang dan berkelok-kelok menghasilkan 157 gol di Serie A dan total 268 gol sepanjang karir klubnya, termasuk di Bayern Munchen.

6. Fabio Quagliarella

Quagliarella memulai karirnya sebagai striker muda yang menjanjikan, mantan pemain Napoli, Juventus, Udinese dan sejumlah klub besar Italia lainnya ini menemukan masa-masa keemasannya saat berseragam Sampdoria.

Di ujung karirnya, saat usianya menginjak 34 tahun, bersamaan dengan musim 2018/2019 Quagliarella mencetak 19 gol lalu  26 gol pada musim berikutnya, memimpin liga dalam hal mencetak gol.

Hingga kini dia masih aktif bermain. Usianya sekarang 37 tahun. Walau jarang dipanggil untuk membela tim, tetapi Quagliarella merupakan pemain tertua yang mencetak gol untuk Italia, rekor lainnya adalah Quagliarella pernah mencetak gol dalam 11 pertandingan Serie A berturut-turut.

7. Duvan Zapata

Duvan Zapata pindah ke Italia pada 2013 dari klub Argentina Estudiantes pada usia 22 tahun. Sayangnya dia hanya mencetak 11 gol untuk Napoli. Setelah gagal tampil mengesankan, Zapata dipinjamkan ke Udinese selama dua musim.

Dari 52 kali berlaga Zapata mencetak 21 gol. Hasil yang lumayan, tapi tidak cukup untuk menggoda Udinese untuk merekrutnya secara permanen. Lalu Zapata balik ke Napoli dan langsung dipinjamkan ke Sampdoria.



Barulah ketika di Atalanta, karir Zapata membaik, di bawah manajer Gian Piero Gasperini yang memberi rasa kepercayaan penuh untuknya. Zapata mencetak 14 gol hanya dalam 8 pertandingan untuk memulai musimnya di akhir 2018, pada akhirnya itu membantu Atalanta di ajang Liga Champions.

Total Zapata menggemas 23 gol liga pada musim 2018-19. Musim ini umurnya genap 30 tahun dan Zapata terlihat siap untuk terus menjadi penyerang tengah andalan Atalanta. Semua itu belum terlambat.

8. Josip Ilicic

Josip Ilicic memulai karirnya di Slovenia sebelum meninggalkan negara asalnya itu untuk bergabung dengan Palermo di Serie A pada 2010.

Di Palermo, Ilicic terbukti menjadi gelandang serang yang solid, memberikan 5-10 gol per musim untuk klub Sisilia tersebut. Tetapi lama kelamaan, ketika dia pindah ke Fiorentina pada tahun 2013, Ilicic mulai dimainkan sebagai penyerang tengah, dan pada musim 2015-16, Ilicic mencetak 13 gol dari posisi barunya itu.

Semua berubah ketika Ilicic pindah dari Fiorentina ke Atalanta pada musim 2017. Gasperini telah memanfaatkan kemampuan terbaik pemain Slovenia itu, dalam 3 musim berturut-turut Ilicic selalu mencetak 2 digit gol. Musim ini, Ilicic telah mencetak 15 gol Serie A dan 5 gol Liga Champions.

Dengan kesuksesan yang didapatnya di Atalanta, pemain berusia 32 tahun itu kemungkinan besar akan sangat ragu untuk pindah dan agaknya dia akan terus memainkan peran kunci di tim Gasperini.

9. Roberto Boninsegna

Di antara yang lain, nama Roberto Boninsegna barangkali asing di telinga pengemar sepakbola Italia modern. Dia merupakan pemain andalan sekaligus legenda Nerrazurri yang mulai bermain pada musim 1970-an.



Pada musim pertamanya di Inter, waktu itu usianya baru 26, Boninsegna mencatatkan 13 gol dari 30 laga. Musim-musim berikutnya Roberto Boninsegna makin gemilang. Dia menjebloskan 24 gol dari 28 pertandingan sekaligu gelar Scudetto untuk Inter Milan.

Striker Inter itu mencetak 57 gol selama tiga musim berikutnya. Usia Boninsegna telah lebih dari 30 tahun kala itu. Dari Inter Milan dia pindah ke Juventus, di mana ia mencetak 22 gol lebih dalam tiga musim.

Dan Boninsegna mengakhiri karier sepakbolanya di Hellas Verona, dalam usia 37 tahun. Dari 364 penampilan di Serie-A, Boninsegna membuat 163 gol. Dan itu membuat namanya masuk dalam 16 dalam daftar pencetak gol terbanyak liga Italia sepanjang masa.