Rivalitas abadi AS Roma dan Lazio tidak selamanya berlangsung panas, tetapi juga menghadirkan sisi kemanusiaan.
Rivalitas abadi AS Roma dan Lazio tidak selamanya berlangsung panas. Laga bertajuk Derby della Capitale itu ternyata juga menghadirkan sisi kemanusiaan. Salah satunya yang ditunjukkan Francesco Totti kepada Ilenia Matilli. Matilli adalah pemain berusia 19 tahun yang membela Lazio Femminile, sementara Totti adalah legenda Serigala Ibu Kota Italia. 

Kisah menyayat hati itu bermula pada 15 Desember 2019. Saat itu, Matilli mengalami kecelakaan kendaraan yang merengut nyawa rekannya. Beruntung, nyawa wanita berusia 19 tahun tersebut selamat, meski harus koma 9 bulan. Matilli menghabiskan tidur panjangnya dalam pengawasan tim medis di Rumah Sakit Gemelli, Roma.

Uniknya, status sebagai pemain muda tim wanita Lazio tidak menghalangi Matilli untuk mengemari Totti. Dia memuja legenda Roma tersebut dan menjadikan role model di lapangan. 

Ketika tahu Matilli memuja Totti, keluarganya berinisiatif menghubungi sang legenda. Mereka merekam suara Totti untuk diperdengarkan kepada Matilli. "Jangan menyerah. Kamu akan bisa melewatinya. Kami semua bersamamu," bunyi pesan suara Totti yang diperdengarkan kepada Matilli, dilansir ESPN.

Ajaib! Setelah mendengar suara Totti, Matilli terbangun dari tidur panjangnya. Tim medis terkejut karena sang pemain sepakbola wanita itu tidak koma lagi. Mereka menganggapnya sebagai mukjizat yang datang dari Tuhan melalui perantara Totti.

Totti, yang mendengar keajaiban tersebut, langsung menyambangi Matilli di rumah sakit. Dia bertemu Matilli yang sudah sadar. Keduanya terlihat bahagia dan berbincang-bincang. Tidak lupa, Totti memberikan hadiah jersey Roma bernomor punggung 10 lengkap dengan tanda tangannya.





"Ini pertemuan yang hebat. Benar-benar menyentuh saya. Saya harap kedatangan saya bermakna untuk dia. Saya sangat bahagia. Dia tidak berbicara, tapi kami saling memeluk. Dia mulai menangis gembira," ujar Totti.

"Jika saya tahu rekaman itu akan membantunya, saya pasti kan mengirimkannya sejak dulu. Saya akan menemui dirinya lagi setelah meninggalkan rumah sakit. Itu yang saya katakan pada dia dan keluarganya," tambah mantan bintang tim nasional Italia tersebut.

Orang tua Matilli juga mengaku sangat bahagia mengetahui sang putri telah sadar dan mendapatkan kunjungan Totti. Mereka mengatakan tidak menyangka rekaman yang diberikan Totti benar-benar membantu proses pengobatan putrinya.

"Kami akan mengingat ini selamanya. Francesco orang yang santai. Rasanya seperti sedang berbicara dengan saudara laki-laki saya. Dia orang yang baik. Kami berharap pertemuan ini bisa membantu Ilenia karena jalur pemulihannya masih panjang. Francesco sudah berjanji akan datang untuk makan malam saat Ilenia bisa berjalan lagi," ungkap ibu Ilenia.

Apa yang dilakukan Totti benar-benar membuktikan kamanusiaan di atas rivalitas antarklub. Pasalnya, sudah menjadi pemandangan langka ketika suporter Roma dan Lazio bisa berjalan bersama tanpa keributan seperti yang ditunjukkan Totti kepada Matilli.

Fakta menunjukkan, Derby della Capitale adalah pertandingan paling panas di Italia. Tensinya melebihi Derby della Madonnina, Derby della Lanterna, maupun Derby della Mole. Statistik mencatat, kedua klub bertetangga itu sudah bermain pada 174 pertandingan resmi semua ajang. Hasilnya, Lazio menang 46 kali dan Roma 63 kali. Lazio memproduksi 171 gol dan Roma 217 gol.

Pertandingan itu terkadang juga memunculkan hal-hal berbau ideologis. Lazio dikenal sebagai klub sayap kanan yang mendukung fasisme. Sementara Roma adalah sayap kiri yang menjadi corong kaum sosialis.

Tidak jarang, pertandingan Roma dengan Lazio memunculkan kerusuhan. Contoh paling ikonik terjadi pada 21 Maret 2004. Laga dihentikan 4 menit setelah memasuki babak II dalam skor imbang 0-0 setelah terjadi kerusuhan. Aksi tidak terpuji itu dipicu rumor terbunuhnya seorang anak laki-laki yang ditabrak mobil polisi di luar stadion.

Rumor diperparah setelah beberapa fans menunjukkan sebuah tubuh yang tertutup kain putih. Padahal, fakta menunjukkan bahwa bocah yang dimaksud mengalami kesulitan bernapas akibat banyak flare dan kembang api yang dibakar di stadion.

Hoax terlanjur menyebar dan menyebabkan laga dihentikan. Para pendukung lalu bentrok dengan polisi di sekitar stadion dan di jalanan. Polisi menangkap 13 orang dan mengumumkan 170 orang terluka akibat lemparan berbagai benda. Laga dilanjutkan 28 Maret 2004 dan berakhir imbang 1-1 tanpa disaksikan penonton.