Penggemar Liga Italia apalagi Parma, atau penggemar Newcastle tidak akan pernah lupa kebintangan Faustino Asprilla. Ingat selebrasi saltonya.
Pensiun sebagai pesepakbola dijalani mantan penyerang Kolombia, Faustino Asprilla, dengan berbisnis. Bukan bisnis sembarangan, melainkan berdagang alat kontrasepsi.

Biasanya, mantan pemain memilih menjadi komentator, pelatih, manajer, pemandu bakat, atau pengurus klub setelah gantung sepatu. Jika harus berbisnis, biasannya tidak jauh dari olahraga yang membesarkan nama mereka. Contohnya, berjualan sepatu, jersey, atau perlengkapan sepakbola lainnya. Bisa juga membuka restoran atau penginapan.

Tapi, yang dijalani Asprilla memang unik. Memanfaatkan statusnya sebagai sosok yang pernah dikenal sebagai ikon seks di Kolombia, mantan penyerang Parma dan Newcastle United tersebut memilih mendirikan perusahaan kondom. Alat kontrasepsi yang diberi label "Tino" itu mengunakan wajah dirinya.  

Sebagai pengusaha, tujuan utama Asprilla adalah uang. Tapi, pria berusia 50 tahun itu tidak selalu komersial saat membahas kondom buatannya. Bagi Asprilla, memproduksi kondom dengan berbagai rasa buah adalah kemanusiaan dan bentuk nyata kasih kepada sesama.

Membuat kondom didasari pada pemikiran Asprilla mengenai banyaknya penderita HIV/AIDS di negara asalnya dan Amerika Latin pada umumnya. Pemain yang terkenal dengan selebrasi salto tersebut merasa terpanggil melakukan sesuatu untuk menyelamatkan generasi muda Kolombia dari bahaya penyakit menular mematikan tersebut.

Kondom buatan Asprilla sempat digunakan WHO wilayah Kolombia untuk dibagikan gratis kepada rakyat miskin yang membutuhkan. Saat itu, pembagian tersebut atas inisiatif sang pemilik.

Selama pandemi Covid-19, Asprilla juga membagikan kondomnya secara murah kepada orang-orang yang membutuhkan. "Di sini, di rumah. Saya memiliki banyak kondom yang saya ingin anda bantu saya gunakan karena sangat sulit bagi saya untuk menggunakan semuanya," kata Asprilla dalam video yang dirilis di akun Twitter resmi miliknya, @TinoasprillaH.

 

"Saya memberi Anda tautan di mana saja anda bisa mendapatkan kondom Tino ini dengan harga yang sangat wajar. Saya akan membiarkan mereka pergi dengan lebih dari setengah harga sehingga anda bisa memiliki perlindungan di rumah: sabun, cuci tangan, dan apa yang lebih baik dari kondom?" tambah sang mantan penyerang tersebut.

Berbeda dengan cara pandang orang pada umumnya, Asprilla melihat kondom sebagai salah satu kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap keluarga di masa pandemi selain makanan. Sebab, dengan terbatasnya kegiatan di luar ruangan, orang akan menghabiskan banyak waktu di rumah dengan melakukan sejumlah aktivitas, termasuk berhubungan suami-istri. 

Asprilla khawatir, jika aktivitas tersebut tidak bisa dikendalikan, pertumbuhan penduduk akan tidak terkendali. Begitu pula penyebaran HIV/AIDS. Apalagi, pasokan kondom sempat berkurang drastis ketika sebuah perusahaan pembuat bahan baku kondom di Malaysia ditutup karena pegawainya terpapar Virus Corona.

"Membiarkan melahirkan anak-anak yang tidak berdosa itu ke dunia yang dikontaminasi virus (Corona) adalah perbuatan yang tidak bijak dari orang tua. Jadi, saya menawarkan bantuan untuk anda. Inilah yang bisa saya lakukan," ucap Asprilla.

Dalam sejarah sepakbola internasional, pemilik nama lengkap Faustino Hernan Asprilla Hinestroza tersebut dikenal sebagai penyerang berbakat sekaligus kontroversial. Hingga hari ini, suporternya masih mengenang kehebatan Asprilla dalam mencetak banyak gol berkelas. 

Selama karier, Asprilla bermain untuk banyak klub di Amerika maupun Eropa. Dua tim yang paling berkesan adalah Parma dan Newcastle. Saat merumput di Stadio Ennio Tardini, Asprilla cukup sukses. Dia mempersembahkan Coppa Italia 1998/1999, Piala Winners 1992/1993, Piala Super Eropa 1993 serta Piala UEFA 1994/1995 dan 1998/1999. 

Pada masa itu, Parma adalah salah satu klub paling disegani di Benua Biru. Dilatih Nevio Scala, mereka diperkuat banyak telanta hebat dunia seperti Luca Bucci, Fernando Couto, Gianfranco Zola, hingga  Dino Baggio.

Setelah sukses di Parma, Asprilla ditransfer ke Newcastle dengan mahar 6,7 juta pounds pada musim dingin 1996. Tapi, performa di St James' Park tidak segemerlap di Italia, meski masih sanggup memproduksi sejumlah gol penting. Akhirnya, dia kembali ke Italia untuk membela Parma.

Keberhasilan di level klub membuat Asprilla menjadi langganan timnas. Saat memperkuat Los Cafeteros, Asprilla memproduksi 20 gol dari 57 caps. Dia ikut tampil di Piala Dunia 1994 dan 1998. Kariernya juga sempat diwarnai kasus doping dan narkotika.