Mereka menjadi sosok yang berada dibalik kesuksesan sang pelatih dalam menghadirkan permainan menghibur maupun trofi juara.
Selain materi pemain yang kompetitif, keberadaan asisten pelatih juga kerap menentukan peruntungan pelatih kepala. Asisten yang hebat akan menjadi jembatan antara pelatih dengan pemain.

Di Inggris, asisten pelatih dikenal dengan istilah "first team coach", sementara pelatih disebut "manajer". Tugas utamanya mengurusi hal teknis latihan maupun pertandingan. Dia memberitahu pelatih pemain-pemain yang siap bertanding. Dengan asisten yang bagus, pelatih akan dengan mudah menetapkan taktik dan strategi.

Dalam sejarah Liga Premier, terdapat banyak asisten pelatih hebat. Mereka menjadi sosok yang berada dibalik kesuksesan sang pelatih dalam menghadirkan permainan menghibur maupun trofi juara.

Ada sejumlah asisten pelatih yang di kemudian hari naik kelas menjadi pelatih dan mencapai kesuksesan. Tapi, tidak sedikit yang memiliki takdir hanya menjadi orang kedua di tim. Saat beralih profesi menjadi profesi pelatih, mereka justru tidak sehebat saat menjadi asisten.

Berikut ini 8 asisten pelatih hebat di Liga Premier:

1. Carlos Queiroz (asisten Sir Alex Ferguson)



Berkebangsaan Portugal, nama Carlos Manuel Brito Leal Queiroz justru melambung ketika bekerja bersama Sir Alex Ferguson di Manchester United. Dia berada di Old Tarrford dalam dua periode, 2002-2003 dan 2004-2008. Di sela-sela tahun tersebut, Queiroz sempat menukangi Real Madrid dan gagal.

Meski tawaran menjadi pelatih kepala datang lagi dari sejumlah klub besar Eropa, termasuk Benfica, Queiroz tetap setia menampingi Ferguson. Dia baru meninggalkan Old Trafford ketika Portugal memanggil. Sebagai nasionalis, Queiroz tidak mungkin menolak panggilan ibu pertiwi. Ferguson sangat sadar asistennya memiliki mimpi bersama negaranya.

"Carlos Queiroz sangat brilian. Luar biasa. Luar biasa. Pria yang cerdas dan teliti. Dia baik untuk saya. Dia adalah Rottweiler. Dia paling dekat dengan anda untuk menjadi manajer Manchester United tanpa benar-benar meraih gelar," tulis Ferguson di buku autobiografinya, Alex Ferguson: My Autobiography.

2. Pat Rice (asisten Arsene Wenger)



Setelah pensiun sebagai pmain profesional, Rice memimpin tim Akademi Arsenal. Kemudian, menjabat sebagai asisten pelatih The Gunners sejak Arsene Wenger datang pada 1996. Pria asal Irlandia Utara itu baru mengumumkan pengunduran diri dari jabatan tersebut pada 10 Mei 2012. Jika ditotal, dia mengabdi untuk Arsenal selama 44 tahun!

Pada era itu, Rice menjadi sosok kunci di belakang kesuksesan Le Professeur. Dia memainkan peran kunci dalam membantu klub meraih kesuksesanpada akhir 1990-an hingga awal 2000-an, termasuk Double Winners 1997/1998 dan 2001/2002, serta tak terkalahkan di liga pada 2003/2004.

"Pat adalah legenda Arsenal sejati dan telah berkomitmen hampir sepanjang hidupnya untuk klub. Dia yang menunjukkan kesetiaan dan pengabdian yang besar kepada klub ini. Saya akan selalu berhutang budi kepadanya. Di lapangan latihan dan di hari pertandingan, Pat selalu menjadi kolega yang bersemangat, setia, dan berwawasan luas," ungkat Wenger saat itu, di situs resmi Arsenal.

3. Zeljko Buvac (asisten Juergen Klopp)



Buvac adalah orang Serbia-Bosnia. Dijuluki The Brain (Sang Otak), dia adalah direktur olahraga klub elite Rusia, Dynamo Moscow. Jabatan itu baru dia pegang tahun ini setelah mengundurkan diri dari Liverpool pada akhir musim 2017/2018 dengan alasan "pribadi". Konon, terjadi perselisihan internal yang membuat Buvac memutuskan pergi dari Anfield. 

Namun, sebelum pergi ke Rusia, Buvac dikenal sebagai orang kepercayaan Juergen Klopp selama bertahun-tahun. Selama hampir dua dekade pria berusia 59 tahun itu membantu Klopp sejak menukangi Mainz, Borussia Dortmund, dan Liverpool. Sukses The Reds menjuarai Liga Champions dan Liga Premier sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari pondasi yang ditanamkan Buvac, meski sudah tidak bersama lagi.

"Saya tidak melakukannya (memberi ucapan selamat kepada Klopp saat Liverpool juara). Saya senang untuk Liverpool. Untuk para penggemar. Untuk para pemain. Tapi, saya tidak (menyelamati pelatih)," ujar Buvac belum lama ini, dilansir Planet Football.

4. Rui Faria (asisten Jose Mourinho)



Tidak ada orang di dunia yang mengenal Jose Mourinho sebaik Faria. Pria berusia 45 tahun itu sudah bekerja bersama Mourinho sejak 2001 ketika menjadi pelatih kebugaran di Uniao Leiria.

Setelah itu, Faria ikut ke manapun Mourinho pergi. Dia hadir FC Porto, Chelsea (dua kali), Inter Milan, Real Madrid, dan Manchester United. Faria menjadi saksi kehebatan Mourinho mengangkat banyak trofi bergengsi di Portugal, Inggris, Spanyol, hingga Italia. Satu Piala UEFA, 1 Liga Eropa, dan 2 Liga Champions milik Mourinho juga dihadirkan berkat bantuan Faria.

Bukan hanya bertanggung jawab mendidik pemain-pemain asuhan Mourinho, Faria juga bertanggung jawab mendukung mind game yang sedang dimainkan. Beberapa kali dia dihukum larangan duduk di bench lantaran membantu Mourinho melancarkan perang psikologi kepada tim lawan.

"Dia seperti tangan kanan saya. Orang inilah yang paling mengerti keinginan dan cara bekerja saya," ucap Mourinho pada 2002 ketika menjawab pertanyaan tentang asisten pelatihnya di Porto, di situs resmi UEFA. Saat ini Faria masih menganggur setelah musim lalu melatih Al-Duhail dari Uni Emirat Arab (UEA).

5. Jason Tindall (asisten Eddie Howe)



Bukan hanya pelatih hebat yang memiliki asisten loyal. Nakhoda klub medioker macam Eddie Howe juga mempunyai orang yang membantunya salam bertahun-tahun. Sebelum menjadi pelatih Bournemouth untuk musim 2020/2021, Tindall dikenal sebagai asisten Howe sejak 2008.

Ketika Howe melatih Burnley pada 2011/2012, Tindall juga ikut. Saat Howe kembali ke Bournemouth pada 2012/2013, Tindall juga ikut. Dia membantu Howe hingga akhir musim 2019/2020. Meski tidak ada gelar bergengi yang didapat, setidaknya Tindall membantu Howe membawa Bournemouth promosi dari League Two 2009/2010, League One 2012/2013, dan Championship Division 2014/2015.

6. Mikel Arteta (asisten Pep Guardiola)



Hampir 1 tahun Arteta melatih Arsenal. Tapi, pelatih asal Spanyol itu sudah mempersembahkan Piala FA dan Community Shield. Setidaknya, jumlah trofinya dalam 1 tahun terakhir lebih banyak dari sang mentor, Pep Guardiola.

Bagi Arteta, Guardiola adalah sosok yang berjasa. Pria Spanyol itulah yang mempekerjakan dirinya sebagai asisten Manchester City sejak 3 Juli 2016. Saat itu, ditunjuk membantu Guardiola sebagai asisten bersama Brian Kidd dan Domenec Torrent.

"Saya sangat cocok dengan Mikel. Dia selalu benar. Dia orang yang sangat baik dan pelatih yang hebat. Dia telah memberi saya banyak nasihat. Kami berbicara banyak tentang gerakan saya, bagaimana berlari ke ruang di belakang pertahanan, apa saja yang harus saya lakukan dengan bola dan momen spesifik untuk mengubah kecepatan saya. Dia selalu ada untuk saya," komentar Leroy Sane atas sepak terjang Arteta sebagai asisten Man City.

7. Carlos Corberan (asisten Marcelo Bielsa)



Pada 21 Juni 2017, Corberan diumumkan sebagai pelatih baru Leeds United U-23 menggantikan Jason Blunt. Satu tahun kemudian, Marcelo Bielsa datang ke Elland Road. Sebagai orang Spanyol, Corberan langsung diangkat sebagai asisten El Loco di Championship Division merangkap pelatih Leeds U-23.

Pada musim panas 2019, Corberan ditawari pekerjaan di kampung halamannya untuk melatih Cultural Leonesa. Tapi, dia menolak karena ingin membantu Bielsa mewujudkan target promosi ke Liga Premier. Hasilnya, The Whites akhirnya bisa menjadi salah satu peserta Liga Premier 2020/2021. Setelah promosi, Corberan memutuskan pergi menukangi Huddersfield Town.

8. Joao Pedro Sousa (asisten Marco Silva)



Sousa sering dibicarakan media selama tugas berat Marco Silva bersama Hull City, Watford, dan Everton. Rumornya, Sousa adalah sosok yang sangat berpengaruh di tempat latihan maupun ruang ganti. Dia bisa berbicara berjam-jam dengan Silva hanya untuk mendiskusikan taktik di satu pertandingan.

Hal itu wajar karena Sousa sudah bekerja dengan Silva sejak 2012. Mereka adalah rekan satu tim ketika sama-sama menjadi pemain Trofense di Liga Portugal. Saat pensiun, kedunya memutuskan banting stir menjadi pelatih. Ketika Silva menukangi Estoril, Sousa diajak bergabung sebagai asisten.

Sejak saat itulah Sousa selalu ikut ke manapun Silva pergi. Dia membantu Silva di Sporting Lisbon, Olympiakos Piraeus, Hull, Watford, dan Everton. Ketika Silva diberhentikan sebagai nakhoda The Toffees, Sousa menerima tantangan melatih Famalicao.