Beberapa pakar menyoroti keterampilan juggling bola Mastour dan kecakapan dalam teknik freestyle yang luar biasa.
Kenal Hachim Mastour? Jika jawabannya iya, berarti anda adalah pendukung fanatik AC Milan. Pemuda Italia keturunan Maroko itu sempat menghebohkan Serie A ketika dikontrak I Rossoneri. Tapi, manajemen akhirnya menyesal. Kok bisa?  

Cerita unik perjalanan karier Mastour dimulai pada 2012 saat berusia 13 tahun. Dia tampil untuk Inter Milan di turnamen junior, meski ada aturan yang melarangnya meninggalkan Reggiana hingga ulang tahunnya yang berikutnya. Di turnamen itu, dia mencetak 5 gol, termasuk 1 gol di final melawan AS Roma.

Setelah pendekatan dari Juventus, Barcelona, Real Madrid, dan Manchester City, Mastour pindah ke Milan atas rekomendasi Arrigo Sacchi. I Rossoneri membayar 500.000 euro untuk biaya transfer. Saat itu, orang-orang membanggakan Mastour. Bukan karena penampilannya di lapangan, melainkan Youtube.

Mastour mendadak populer ketika video aksi mendribel bola viral di Youtube dan sejumlah platform media sosial lainnya. Lalu, dia dikontrak sebuah produsen minumal energi ternama untuk tampil dalam video promosi bersama Neymar da Silva Santos Junior.

Dalam video tersebut, Mastour dan Neymar saling unjuk keterampilan. Aksi Mastour membuat banyak orang terkesima. Media heboh dan mulai mencari-cari siapa bocah ini sebenarnya. Saat itu, sejumlah media tidak segan menulis Mastour adalah pemain masa depan calon peraih Ballon d'Or.

Situs resmi UEFA juga pernah menulis gaya bermain Mastour mirip legenda Inter asal Belanda, Wesley Sneijder. Perumpamaan itu lantaran Mastour lihai bermain di belakang para penyerang. Mastour juga pintar bermain sebagai pemain sayap. Dia dianggap sebagai pemain serba guna sejak remaja.

Ada lagi Football Italia yang membandingkan gaya permainan Mastour seperti Ronaldinho dan Neymar. Pandangan itu tak lepas dari kemampuan Mastour mengolah bola di atas rata-rata dan kebiasaannya dalam mendribel bola melewati pemain-pemain lawan.

Tidak ketinggalan, The Guardian sempat menulis Mastour masuk dalam 50 Pemain Muda Terbaik Dunia yang lahir pada 1998. Tulisan itu sempat dipublikasikan pada 2015. Ketika itu, banyak media olahraga di Italia dan Eropa menjuluki Mastour sebagai The Next Lionel Messi, Cristiano Ronaldo dari Maroko, hingga The New Neymar.



Beberapa pakar, termasuk Ivano Pasqualino, juga menyoroti keterampilan juggling bola Mastour dan kecakapan dalam teknik freestyle yang luar biasa. Itu dianggap sebagai beberapa kekuatan dan karakteristik utamanya sebagai pemain.

Omar Danesi, pelatih Milan U-17, juga pernah memuji kecepatan dan kemampuan Mastour dalam mempertahankan bola dari para pemain bertahan lawan. Dia memprediksi terobosan tim utama, sambil memastikan bahwa Mastour harus diberi waktu yang cukup untuk meningkatkan kemampuannya.

"Tidak ada seorang pun di Milan yang meragukan kemampuan Hachim Mastour," kata Direktur Tim Muda Milan, Filippo Galli, ketika mengajak Mastour bergabung dengan akademinya, dilansir uefa.com.

Dampak pemberitaan yang melebih-lebihkan dan video di Youtube yang viral, tim pemandu bakat Milan mulai memantau Mastour. Mereka mengikuti Mastour di Reggiana. Mereka juga sempat melaporkan Inter yang menggunakan jasa Mastour di sejumlah ajang junior.

Ketika itu, para pemandu bakat I Rossoneri menilai pemain yang pernah merumput bersama Italia U-16 tersebut dianggap serbaguna, cepat, tangkas, kreatif, cekatan, dan pandai dalam membaca permainan. Manajemen Milan langsung berani merekrut Mastour dari Reggiana ketika baru berusia 14 tahun.

Saat Mastour datang ke akademi, tim pelatih fisik I Rossoneri sangat terkejut. Sebab, kenyataannya berbeda 180 derajat. Fisik dan stamina Mastour tidak mampu mendukung tekniknya.

"Saya mengancamnya karena dia lebih terkenal karena membuat video daripada bermain. Tapi, dia tidak melakukannya lagi karena saya memberi tahu dia, saya akan merontokkan giginya!" kata Pelatih Milan saat itu, Gennaro Gattuso, dilansir Football Italia.

"Dalam beberapa bulan terakhir dia meningkatkan beberapa hal dalam latihan dan kami memutuskan untuk membiarkan dia bermain di Primavera. Kereta api telah lewat, tapi dia belum berusia 50 tahun. Dia berusia 20 tahun dan saya pikir dia harus memperhitungkan kesalahannya. Dia perlu bermain secara konsisten karena kami bisa melihat dia kehilangan beberapa pertandingan," beber pria yang kini melatih Napoli itu.

Kesempatan sudah diberikan Gattuso. Tapi, pemuda kelahiran Reggio Emilia, 15 Juni 1998, tidak juga memperbaiki kesalahan. Mastour gagal menjawab tantangan Milan. Dia tidak pernah merasakan kesempatan bermain di tim utama I Rossoneri setelah lulus dari akademi.

Pemain yang tercatat sekali tampil bersama tim nasional Maroko tersebut lebih banyak dipinjamkan ke Malaga dan PEC Zwolle. Setelah itu Milan menjual Mastour ke PAS Lamia di Liga Yunani. Hanya bertahan satu musim, Mastour kini terdampar di klub Serie C, Reggina.