Rupanya, Aubameyang pun dibela oleh Mesut Oezil, rekannya di Arsenal.
Adalah hal lumrah ketika seorang pesepakbola mencetak gol lalu melakukan perayaan dengan cara masing-masing. Bagi para penonton, terutama penggemar dan tim selebrasi adalah hiburan dan kegembiraan tersendiri.

Selebrasi adalah pertunjukan kecil tambahan, bahkan dalam titik tertentu, selebrasi yang unik, nyeleneh, alias tidak biasa akan mendapat tempat di memori banyak orang. Anda tentu ingat, selebrasi kontroversial milik Robby Powler yang mengendus-endus, atau selebrasi emosional Mario Balotelli dengan kaus dalam bertuliskan “Why Always Me”, dan juga ada banyak selebrasi lain yang patut untuk dikenang.

Tapi baru-baru ini, gelandang Real Madrid Toni Kroos telah melancarkan serangan yang mengejutkan dan aneh kepada kapten Arsenal Pierre-Emerick Aubameyang.

Pemain internasional Jerman itu terkenal sebagai pemain yang tidak neko-neko. Buktinya selama bertahun-tahun Kroos mengenakan sepasang sepatu Adidas yang sama.

Dengan gaji yang berlimpah, tidakkah Kroos berpikir untuk membeli sepatu baru? Jadi, tidak mengejutkan jika kemudian kita mengetahui, mantan pemain Bayern Munich itu bukanlah jenis pemain yang banyak ulah.

Dia model pemain yang lurus-lurus saja. Wajar jika Kroos tak suka dengan selebrasi ala Aubameyang, yang menurutnya norak dan berlebihan. Kroos mengatakan perayaan gol Aubameyang “tidak masuk akal,” “konyol” dan menyebut bintang timnas Gabon itu dengan kalimat bernada sarkas “bukan menjadi panutan yang baik”.

Auba punya selebrasi ikonik. Semenjak dia memperkuat Borussia Dortmund, secara teratur setelah mencetak gol, Auba melakukan selebrasi dengan cara memakai topeng superhero dengan penghormatan lebih pada Spiderman, Deadpool, Batman dan Black Panther.
“Jika ada tarian atau koreografi yang sengaja disiapkan untuk selebrasi, saya merasa itu sangat konyol,” kata Kroos di podcast Einfach mal Luppen.

“Dan Aubameyang pernah merayakan dan mengeluarkan topeng. Di sanalah aku berpikir. Menurutku itu juga bukan panutan yang baik. Omong kosong,” pungkas Kroos.

Bagi Kroos, selebrasi yang baik dan masih dalam batas wajar adalah selebrasi apa adanya. Lalu Kroos menyebut nama pesepakbola lain diluar Auba.

“Yang selalu saya anggap manis adalah Gerd Muller. Itu benar-benar kegembiraan, sederhana, tidak ada perayaan besar.”

Aubameyang memang kedapatan beberapa kali melakukan selebrasi ikonik alias khas, misalnya saja, topeng Black Panther pada 2019 ketika Auba mencetak gol dalam leg kedua babak 16 besar Liga Europa melawan Rennes di Emirates Stadium.

Auba  berkata setelah pertandingan, “Saya membutuhkan topeng yang mewakili saya dan itulah Black Panther. Di Gabon, kami menyebut tim nasional Panthers.”

Tanpa harus menghiraukan apa kata Kroos, begitulah cara Auba merayakan gol, penuh penghormatan, bukan sekedar main-main.
Misalnya, beberapa bulan yang lalu, usai mencetak gol melengkung yang menakjubkan dalam kemenangan Community Shield atas Liverpool di Wembley, Aubameyang memberikan penghormatan kepada mendiang bintang Black Panther Chadwick Boseman dengan melakukan selebrasi ‘Wakanda Forever’.

Balasan Aubameyang

Diserang Toni Kroos, Aubameyang pun membalas. "Ngomong-ngomong, apakah @ToniKroos ini punya anak? Hanya untuk mengingat saya melakukannya untuk anak saya beberapa kali dan saya akan melakukannya lagi," tulisnya di Twitter, mengutip tweet di bawah ini.

"Saya berharap Anda memiliki anak suatu hari nanti dan membuat mereka bahagia seperti siswa SMP ini berbicara dan jangan lupa (masker) #maskon #staysafe"

Kicauan itu diikuti gambar bagaimana seorang siswa memilih Aubameyang yang mereka gambar sebagai citra kebahagiaan mereka.



Kamis malam, Kroos menanggapi penyerang Arsenal itu melalui Twitter.



Rupanya, Aubameyang pun dibela oleh Mesut Oezil, rekannya di Arsenal.



Dan Aubameyang tak berhenti. Dia terus menyindir Toni Kroos.