Penggunaan VAR low budget itu berbuah kartu merah. Dua peristiwa pernah terjadi di Indonesia tak kalah kocaknya.
Diberi kartu merah oleh wasit karena pelanggaran keras atau protes berlebihan di lapangan adalah hal biasa di sepakbola. Lalu, bagaimana jika pengusiran itu didapatkan karena masalah handphone? Kejadian unik dan langka tersebut benar-benar hadir di Liga Turki, akhir pekan lalu, dan menimpa pemain Sivasspor, Hakan Arslan.

Arslan adalah pesepakbola asal Turki yang lahir di Fatih, 18 Juli 1988, dan berposisi sebagai gelandang. Dia merupakan produk asli Akademi İstanbul Güngörenspor yang bergabung pada 1998. Setelah lulus, Arslan memulai karier di klub tersebut pada 2007.

Setelah berkarier 4 tahun, Arslan pindah ke Samsunspor pada 2011 dan melakukan debut dalam pertandingan melawan MKE Ankaragücü pada 4 November 2011. Pertandingan Liga Super Turki tersebut berakhir imbang 2-2 dan Arslan bermain sebagai pengganti.

Dari Ankaragucu, Arslan pindah ke Sivasspor pada 2013. Sempat dipinjamkan ke Kasımpaşa, dia kembali ke Sivasspor dan menjelma menjadi salah satu pemain inti, termasuk musim ini.

Namun, ada kisah unik yang didapatkan Arslan bersama Sivasspor musim ini. Saat bertemu Besiktas, skuad asuhan Riza Çalimbay itu menyerah 0-3. Kekalahan diwarnai kejadian aneh berupa kartu merah Arslan. Penyebabnya, sangat sepele. Dia memprotes keputusan wasit dengan menunjukkan rekaman pertandingan melalui handphone.



Kejadian langka itu lahir pada menit 45. Saat itu, dia tidak puas dengan kepemimpinan wasit. Kemudian, tanpa diduga dia mengambil HP dan menunjukkannya kepada sang pengadil lapangan. Dia berargumen keputusan wasit tidak tepat.

Apa respons sang wasit? Pertama, dia memberi kartu kuning. Tapi, peringatan wasit ternyata tidak direspons dengan baik olah Arslan. Gelandang berusia 32 tahun itu justru marah dan membanting HP kesayangannya. Tanpa pikir panjang, wasit memberi kartu kuning kedua yang berarti kartu merah. Insiden itu tidak lebih dari 1 menit.

Kartu merah yang berakibat sangat fatal. Pasalnya, sebelum Arslan diusir, Besiktas memimpin 1-0 lewat gol Guven Yalcin pada 18. Setelah Sivasspor bermain 10 orang, Elang Inonu mampu menambah gol pada menit 84 melalui Cyle Larin. Selanjutnya, Oguzhan Ozyakup menjadikan skor 3-0 di additional time babak kedua.

Kejadian yang sama pernah muncul 2 kali di Liga Indonesia

Meski unik dan langka, kejadian tersebut bukan yang pertama di sepakbola. Pada 18 September 2019, hal yang sama tercipta di Stadion Segiri Samarinda ketika Borneo FC menjamu Madura United. Bedanya, tidak ada kartu yang keluar dari kantong wasit, Nusur Fadilah.

Momen lucu itu tercipta pemain Madura, Asep Berlian, tidak puas dengan keputusan wasit ketika kedudukan imbang 1-1 jelang akhir pertandingan. Ketika itu, Borneo mendapatkan hadiah penalti. Wasit menunjuk titik putih setelah Asep melanggar Muhammad Shiran di kotak terlarang.

Merasa tidak melakukan pelanggaran, Asep dan para pemain Madura melancarkan protes keras sehingga pertandingan menarik tersebut harus dihentikan sementara sekitar 8 menit.

Tanpa diduga penonton, Asep dan rekannya, Beto Goncalves, menghampiri Nusur untuk menunjukkan bukti bahwa tidak ada pelanggaran yang dilakukan terhadap Shiran. Uniknya Asep memberikan tayangan ulang kepada wasit dengan menggunakan HP miliknya yang diambil dari bangku cadangan Madura.

Protes juga melibatkan para penghuni bench Madura, termasuk sang manajer, Haruna Soemitro. Tapi, wasit bergeming. Nusur tetap kokoh pada pendiriannya bahwa Asep melakukan pelanggaran kepada Shiran dan layak dihukum penalti.

Eksekusi penalti Borneo akhirnya diambil Lerby Eliandry. Dia berhasil menceploskan bola, sekaligus membawa Pesut Etam menang 2-1. Para pemain Madura kecewa dan langsung mengajukan protes keras melalui surat resmi disertai bukti rekaman pertandingan kepada PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB).

Sebelumnya, pada Liga 1 2017, hal yang sama terjadi di pertandingan PS TNI melawan Persija Jakarta. Saat itu, pada 8 Juni 2017 di Stadion Pakansari, Cibinong, wasit, Fariq Hitaba, mengeluarkan keputusan kontroversial setelah mendapat desakan pemain dan ofisial yang melihat rekaman pertandingan melalui HP.

Kejadian itu bermula dari handball di area penalti Persija yang dituduhkan wasit kepada Ryuji Utomo pada menit 85. Berdasarkan tayangan ulang, bola memang hanya mengenai perut bek tim nasional Indonesia tersebut.

Namun, bukan itu yang jadi perbincangan. Ketika para pemain Persija melancarkan protes keras, Fariq goyah. Apalagi, ada ofisial Macan Kemayoran yang meminta sang wasit melihat rekaman pertandingan melawan HP miliknya. Kemudian, wasit memilih melihat tayangan ulang melalui kamera yang ada di pinggir lapangan.

Itu kesalahan fatal karena belum ada dalam regulasi kompetisi. Akibatnya, PSSI menjatuhkan sanksi kepada Fariq. "PSSI sudah diskusi di Komite Wasit dan mengkonfirmasi bahwa ini error karena VAR belum diterapkan," ujar Plt Sekjen PSSI ketika itu, Djoko Driyono.