Bielsa dikabari tentang bocah 14 tahun yang bermain bagus di jalanan. Dia langsung naik mobil sejauh 140 km menemui bocah itu yaitu Pochettino.
Kamis (7/1/2021) dini hari WIB akan menjadi penampilan perdana Mauricio Pochettino sebagai pelatih baru Paris Saint-Germain (PSG) saat tandang ke Stade Geoffroy-Guichard melawan Saint-Etienne.

Setelah beberapa bulan menganggur, Pochettino akhirnya mendapatkan pekerjaan. Akhir pekan lalu, pria asal Argentina itu diresmikan sebagai pelatih Les Parisiens setelah pemecatan Thomas Tuchel. PSG menjadi klub profesional keempat yang ditukangi pria berusia 48 tahun tersebut setelah Espanyol, Southampton, dan Tottenham Hotspur.

Sebagai pelatih yang menuai banyak pujian di Liga Premier, tantangan Pochettino sangat berat. Dia harus mengelola sekumpulan pemain bintang berharga mahal dengan ego masing-masing. Tekanan yang didapatkan Pochettino di PSG akan jauh lebih beasr dari Tottenham.

"Tim ini memiliki potensi yang luar biasa dan saya bersama staf akan melakukan semua yang kami bisa agar PSG mendapatkan yang terbaik di semua kompetisi. Kami juga akan melakukan yang terbaik untuk memberi tim kami identitas permainan yang agresif dan menyerang, yang memang selalu disukai suporter di kota ini," kata Pochettino di situs resmi klub.

Sepanjang karier kepelatihannya, Pochettino memang belum pernah meraih trofi. Prestasi terbaiknya hanya menjadi runner-up Liga Champions bersama Tottenham. Tapi, bukan berarti mantan bek tengah itu tidak akan bisa sukses. Ada banyak alasan yang diyakini bisa menjadikan Pochettino mengakhiri puasa gelar.

Berikut ini 5 fakta unik Pochettino di sepakbola:
 

1. Ditemukan Marcelo Bielsa saat berusia 14 tahun



Lahir di Murphy, 2 Maret 1972, Pochettino ternyata dipantau dua petinggi Newell's Old Boys ketika itu. Mereka adalah Jorge Griffa selaku direktur sepakbola dan Marcelo Bielsa yang masih berstatus pelatih tim cadangan.

Mendengar cerita tentang seorang bocah berusia 14 tahun yang bermain bagus di jalanan kota Murphy, Griffa dan Bielsa mengendarai kendaraan dari Rosario. Mereka tiba di Murphy pukul 01.00 dini hari dan langsung menuju rumah Pochettino. Pochettino tertidur lelap ketika orang tuanya mempersilakan Griffa dan Bielsa masuk rumah

Orang tua Pochettino mengantar kedua pria asing itu ke dalam rumah dan mereka diam-diam merangkak ke kamar tidur anak berusia 14 tahun itu, menarik selimut, dan membangunkannya dengan kaget. "Dia terlihat seperti pesepakbola," kata Bielsa sambil menatap kaki Pochettino, dilansir The Guardian.

Kejadian itu tercipta pada 1987. Atas izin kedua orang tuanya, Griffa dan Bielsa membawa Pochettino ke Rosario keesokan harinya. Mereka langsung memasukkan bocah berusia 14 tahun itu ke Akademi Newell dan mendidiknya menjadi bek tengah tangguh.


2. Pindah ke Spanyol pada usia 22 tahun

Pada 1994/1995, Pochettino menolak pinangan dua klub elite Argentina, Boca Juniors dan River Plate. Dia justru pindah ke Spanyol untuk bermain di tim medioker, Espanyol. Saat itu, Los Periquitos baru saja kembali ke La Liga setelah bermain di Segunda Division.

Di Espanyol, Pochettino segera membuktikan diri sebagai penghuni tim utama. Dia mengembangkan reputasi sebagai bek tengah yang tangguh dan tanpa kompromi. Pada Februari 1997, dalam derby melawan Barcelona di Estadio Sarrià, yang akan segera dihancurkan, Pochettino membuat Ronaldo tak berkutik sehingga Espanyol unggul 2-0. Itu adalah kemenangan pertama mereka melawan Barcelona dalam 10 tahun.

Meski Espanyol hanya klub menengah, Pochettino sering menolak ajakan pindah. Misalnya pada musim 1999/2000 saat menolak pinangan Valencia. Pada akhir musim itu, Pochettino justru membantu Espanyol mengalahkan Atlético Madrid di final Copa del Rey. Itu adalah trofi besar pertama mereka dalam 60 tahun.

"Pochettino memiliki kharisma yang luar biasa di ruang ganti. Dia tidak pernah menerima kekalahan dan ada rasa hormat yang tinggi padanya. Itu hampir seperti hierarki ketika anda berada di dinas militer. Dia benar-benar memotivasi rekan satu timnya. Dia adalah pemimpin, kepribadian yang kuat," kata Paco Flores, pelatihnya saat Espanyol menjuarai Copa del Rey 1999/2000.


3. Dua kali bergabung dengan PSG di musim dingin



Entah kebetulan atau tidak, Pochettino datang ke Parc des Princes saat musim dingin. Ketika menjadi pelatih, dia dikontrak pada Januari 2021. Saat menjadi pemain, dia bergabung dengan Les Parisiens pada Januari 2001. Artinya, tepat 20 tahun lalu.

Sebagai pemain, dia membuat debut resmi liga pada 3 Februari 2001. Saat itu, PSG ditangani Luis Fernández. Tapi, PSG kalah menyerah 0-1 dari Nantes. Tiga hari kemudian, Pochettino mencetak gol pertamanya dalam kekalahan 1-3 melawan Guingamp. Kontribusi Pochettino selama di PSG hanya berujung Piala Intertoto dan final Coupe de France.


4. Dibantu sang putra, Sebastiano Pochettino, saat melatih



Menikah dengan Karina Grippaldi, Pochettino memiliki dua putra, Sebastiano dan Maurizio. Sebastiano adalah ilmuwan olahraga. Sedangkan Maurizio masih tercatat sebagai pemain Tottenham Hotspur U-18. Saat Pochettino melatih Tottenham, Sebastiano ikut membantu sebagai salah satu asistennya. Pria berusia 25 tahun itu bertanggung jawab terhadap kebugaran fisik para pemainnya.

Ketika Pochettino dipecat Tottenham dan digantikan Jose Mourinho, otomatis Sebastiano ikut pergi. Saat Pochettino menukangi PSG, Sebastiano juga turut serta. Sama seperti di London Utara, tugas Sebastiano sebagai pelatih fisik.

Pochettino pernah membantah hal itu sebagai nepotisme. Pasalnya, Sebastiano punya kemampuan dan ilmu. Sebab, dia merupakan lulusan Southampton Solent University jurusan Olahraga dan Latihan. Ilmu yang dipelajari Sebastiano meliputi cara menciptakan kekuatan dan pengkondisian atlet, fisiologi latihan, biomekanik, psikologi olahraga, serta analisis kinerja.

Setelah lulus, Sebastiano sempat menjadi pengajar di almamaternya hingga diajak bergabung dengan staf kepelatihan Tottenham pada 2016. "Sebastiano orang hebat. Dia layak berada di sana. Itu bukan nepotisme," kata salah satu dosen Sebastiano di Southampton Solent University, James Grant.

Selain Sebastiano, Pochettino di PSG juga dibantu Miguel D'Agostino, Jesús Pérez, dan Zoumana Camara sebagai asisten. Lalu, Toni Jiménez dan Gianluca Spinelli (pelatih kiper), Jean-Luc Aubert (asisten pelatih kiper), Nicolas Mayer (instruktur fitness), dan Benjamin Weber (analis pertandingan).


5. Punya persentase kemenangan yang buruk

Selain belum pernah mendapatkan piala, karier kepelatihan Pochettino juga tidak terlalu bagus dalam statistik jumlah kemenangan. Dari 514 pertandingan, dia hanya mampu mempersembahkan 236 kemenangan, 116 skor imbang, dan 162 kekalahan alias 45,9%.

Bandingkan dengan Thomas Tuchel. Pelatih yang baru digantikan Pochettino itu memiliki total 451 pertandingan, 255 kemenangan, 90 skor imbang, dan 106 kekalahan. Artinya, Tuchel memiliki kemenangan 56,54%.