Umumnya, pemain cedera saat pertandingan akan diganti. Apalagi, jika cederanya membahayakan. Tapi, tidak dengan Bert Trautmann.
Umumnya, pemain cedera saat pertandingan akan diganti. Apalagi, jika cederanya membahayakan karier pemain. Tapi, yang pernah dialami Bert Trautmann pada final Piala FA 1955/1956 berbeda. Kiper asal Jerman itu tetap bermain, meski lehernya patah. Saat itu belum ada regulasi pergantian pemain.

Sejak awal kemunculannya, Bernhard Carl Trautmann sudah menjadi musuh bersama suporter di Inggris. Kebencian tersebut bukan tanpa sebab. Itu terkait latar belakang Trautmann di kampung halamannya.

Fakta menunjukkan, pada usia 10 tahun, Trautmann sudah bergabung dengan Jungvolk. Itu adalah seksi junior untuk Organisasi Pemuda Hitler. Lalu, Trautmann bergabung dengan Luftwaffe (Angkatan Udara Nazi Jerman) di awal Perang Dunia II dan kemudian bertugas sebagai anggota pasukan penerjun payung.

Trautmann bertugas saat Jerman menginvasi Polandia. Dia bertarung di Front Timur (melawan Uni Soviet) selama tiga tahun, mendapatkan lima medali, termasuk Iron Cross. Kemudian, dia dipindahkan ke Front Barat (melawan Inggris dan Amerika Serikat).

Saat bertempur di Eropa Barat itulah Trautmann ditangkap oleh militer Inggris saat perang hampir berakhir. Sebagai sukarelawan, dia diklasifikasikan sebagai tahanan kategori "C" oleh Sekutu, yang berarti dia dianggap sebagai seorang Nazi. Dia jadi salah satu dari 90 rekan di resimennya (berjumlah total 1.000 orang), yang selamat dan menjadi tawanan.

Sebagai tahanan perang, Trautmann dipindahkan ke kamp tawanan perang di Ashton-in-Makerfield, Lancashire. Dia menolak tawaran repatriasi menjadi warga negara United Kingdom. Tapi, setelah dibebaskan pada 1948, dia memilih menetap di Lancashire. Dia bekerja di pertanian sambil bermain sepakbola sebagai kiper di tim lokal, St Helens Town.

Penampilan untuk St Helens membuat Trautmann mendapatkan reputasi sebagai penjaga gawang jempolan dan segera menarik minat  klub-klub profesional. Lalu, pada 7 Oktober 1949, Trautmann menandatangani kontrak dengan Manchester City.

Beberapa penggemar Man City tidak senang dengan transfer itu karena terkait masa lalu Trautmann. Pemegang tiket musiman mengancam akan memboikot dan berbagai kelompok suporter di Manchester maupun dari seluruh negeri membombardir klub dengan surat protes.

Dalam situasi sulit, Trautmann mendapatkan dukungan dari kapten The Citizens saat itu, Eric Westwood. Sebagai seorang veteran perang dalam kampanye pendaratan Marinir di Normandia, Westwood membuat pernyataan publik yang menyambut Trautmann dengan tangan terbuka.

"Tidak ada perang di ruang ganti. Semua (Perang Dunia II) sudah berakhir dan kini semuanya hidup normal sebagai saudara. Ini hanyalah (permainan) sepakbola," kata Westwood, dilansir Der 11 Freunde.

Trautmann membuat debut tim utama pada 19 November 1948 melawan Bolton Wanderers. Setelah tampil kompeten di pertandingan kandang pertamanya, protes menyusut. Para penggemar menemukan fakta bahwa Trautmann merupakan kiper berbakat dengan kemampuan hebat.

Sebelum pertandingan kandang pertamanya, Alexander Altmann, seorang rabi komunitas Yahudi di Manchester, telah menulis surat terbuka yang luar biasa kepada Manchester Evening Chronicle. Dia meminta penggemar Man City dan komunitas Yahudi untuk memperlakukan Trautmann dengan penuh hormat.

Pertandingan Man City melawan Fulham pada Januari 1950 adalah kunjungan pertama Trautmann ke London. Laga tersebut mendapat perhatian luas media karena sebagian besar pers Inggris bermarkas di sana. Beberapa penulis olahraga terkemuka menyaksikan Trautmann beraksi untuk pertama kalinya.

Tapi, trauma Perang Dunia II ketika Luftwaffe menghancurkan London dari udara membuat Trautmann menjadi sasaran kebencian dari suporter Fulham. Teriakan  "Kraut" dan "Nazi" menggema di stadion.

Saat itu, Man City sedang berjuang di liga dan secara luas diperkirakan akan menderita kekalahan telak. Tapi, serangkaian penyelamatan Trautmann sangat berarti bagi penonton. Skornya kalah 0-1. Namun, saat peluit akhir dibunyikan, Trautmann justru menerima tepuk tangan meriah dan disambut di luar lapangan oleh kedua kubu.

Setelah Man City balik ke Divisi I (Liga Premier) lantaran sempat terdegradasi ke Divisi II (Championship Division), Trautmann kembali membuktikan kualitas sebagai salah satu kiper terbaik di Inggris. Bahkan, pada 1952, ketenarannya telah menyebar ke Jerman. Schalke 04 menawarkan Man City 1.000 pounds untuk transfer Trautmann, yang langsung ditolak.

Kemudian, pada pertengahan 1950-an, Pelatih Man City, Les McDowall, memperkenalkan sistem taktis baru menggunakan penyerang tengah. Itu dikenal sebagai "Rencana Revie" lantaran Don Revie yang bermain sebagai penyerang tengah.

Sistemnya bergantung pada mempertahankan penguasaan bola. Taktik itu mengharuskan Trautmann memanfaatkan kemampuannya melempar bola jauh ke sayap (Ken Barnes atau John McTavish) sebelum diumpan ke tengah (Revie). Itu kemampuan yang langka karena biasanya kiper menendang, bukan melempar bola.

Menggunakan Rencana Revie, Man City mencapai final Piala FA 1954/1955. Trautmann menjadi orang Jerman pertama yang bermain di final ketika Man City menghadapi Newcastle United. Laga berakhir dengan kekalahan 1-3.

Ternyata, kekalahan itu membuat Man City dan Trautmann berbenah untuk kembali di pertandingan yang sama musim berikutnya dengan lebih spektakuler, heroik, legendaris, dan dikenang hingga hari ini. Itu adalah final Piala FA 1955/1956 versus Birmingham City, yang bersejarah.

Trautmann memenangkan FWA Footballer of the Year Award sesaat sebelum pertandingan. Dia menjadi penjaga gawang pertama yang memenangkan penghargaan tersebut. Dua hari kemudian, Trautmann melangkah ke lapangan di Wembley Stadium untuk pertandingan yang membuatnya mendapat pengakuan dunia.

Di bawah pengaruh Revie yang luar biasa pada hari itu, Man City mencetak gol menit ketiga lewat Joe Hayes. Birmingham menyamakan kedudukan pada menit 15 lewat Noel Kinsey. Pertandingan tetap sama sampai pertengahan babak kedua, ketika Jack Dyson dan Bobby Johnstone mencetak dua gol untuk memberi Man City keunggulan 3-1.

Birmingham mencoba bangkit dengan terus menyerang. Lalu, pada menit 75, Trautmann mencoba menangkap bola yang datang. Tiba-tiba tabrakan dengan Peter Murphy terjadi. Lutut kanan Murphy menghantam leher Trautmann. Benturan yang keras itu meremukkan lehernya.

Trautmann cedera parah. Para pemain bingung dan panik. Begitu pula pelatih. Sebab, regulasi saat itu tidak mengenal pergantian pemain. Jadi, Trautmann dengan bingung, tidak stabil, dan menahan sakit, melanjutkan pertandingan.

Selama 15 menit tersisa, Trautmann tidak hanya berdiam di bawah mistar. Dia bekerja keras mempertahankan gawangnya. Dia sempat melakukan intersep penting untuk menghalau Murphy sekali lagi. Akhirnya, Man City sukses bertahan dan mempertahankan skor.

"Saya tidak pernah menjadi kiper yang hanya berdiri di garis depan. Jadi, saya mencegah umpan silang. Itu bukan umpan silang yang panjang. Itu pendek. Murphy datang untuk menerima umpan itu. Tapi, kami bertabrakan. Saya merasakan pahanya di leher saya," kata Trautmann bertahun-tahun kemudian, dikutip The Guardian.

"Saya tidak bisa benar-benar melihat apapun dengan jelas (setelah cedera). Semuanya berkabut. Setelah beberapa saat saya mendapat penglihatan yang jelas lagi. Saya berkata pada diri saya sendiri: 'Pertandingan pasti hampir berakhir'. Saya melanjutkan. Orang-orang berbicara tentang keberanian. Tapi, jika saya tahu leher saya patah, saya akan pergi (keluar lapangan)," tambah Trautmann.

Dua hari setelah final di Wembley, Trautmann baru menyadari tingkat cederanya. Hasil sinar X di Manchester Royal Infirmary Hospital menunjukkan dislokasi pada lima ruas tulang belakang (dekat leher) dengan yang kedua retak menjadi dua. Vertebra ketiga terjepit pada vertebra kedua. Itulah yang mencegah kerusakan lebih lanjut yang dapat menyebabkan Trautmann kehilangan nyawa.

Dia beruntung masih hidup, melanjutkan perawatannya, dan kembali lagi untuk bermain sepakbola sebagai orang normal. Trautmann tampil dalam 545 pertandingan untuk Man City selama 15 tahun pada 1949-1964. Pada 15 April 1964, dia mengakhiri kariernya di depan 60.000 fans.

Kehebatan dan kepahlawanan Trautmann menginpirasi banyak kiper top dunia di kemudian hari. Lev Yashin, Bob Wilson, hingga Gordon Banks mengaku menjadikan Trautmann role model. Namanya dijadikan tribune (Kippax Stand) di stadion lama Man City, Maine Road. Patungnya juga terpampang di Museum Man City.