Biasanya, pemain No.10 diistimewakan. Tapi, yang terjadi pada Spanyol justru berbeda.
Mengenakan nomor punggung 10, Thiago Alcantara justru hanya menjadi penghangat bangku cadangan Spanyol. Playmaker Liverpool itu baru diberi kesempatan merumput sebentar di penghujung laga. Ada apa sebenarnya?

Dididik di La Masia dan pernah bermain untuk Barcelona, seharusnya Thiago akan mudah menyatu dengan skema Luis Enrique. Sebab, sang nakhoda juga sempat menjadi pemain serta melatih di Camp Nou dan menyumbangkan banyak penghargaan bergengsi.

Tapi, kenyataan di lapangan berbeda. Meski mengenakan nomor keramat, pemain keturunan Brasil itu jutsru hanya pilihan kedua di starting line-up La Furia Roja. Dia kalah bersaing dengan Pedri dan Koke.

Dari tiga pertandingan grup dan dua fase knock-out, tidak ada nama Thiago di starting line-up. Melawan Swedia, dia masuk di menit 66 mengganti Alvaro Morata. Melawan Polandia absen. Melawan Slovakia masuk menit 71 menggantikan Sergio Busquets.

Lalu, di babak 16 besar versus Kroasia, Thiago absen. Dia baru kembali masuk lapangan pada menit 113 menggantikan Pau Torres saat perempat final melawan Swiss. Tapi, dia juga tidak menjadi satu dari lima pemain La Furia Roja yang dipercaya Enrique untuk menjadi eksekutor adu penalti.


Gara-gara Juergen Klopp dan Liverpool

Untuk seorang pemain yang telah menjadi salah satu yang paling sukses dari generasinya dengan memenangkan trofi dua Liga Champions dengan dua klub berbeda dan banyak gelar domestik lainnya, situasi yang terjadi pada Thiago sangat mengherankan.

Kondisinya semakin membingungkan karena Spanyol terkini tidak lagi diperkuat gelandang-gelandang legendaris seperti Xavi Hernandez, Andres Iniesta, David Silva, atau Cesc Fabregas.

Namun, jika anda mengamati permainan Thiago di Liverpool, status yang didapatkan saat ini tidak mengejutkan. Sebab, Thiago baru menemukan performa terbaiknya di Anfield pada akhir musim 2020/2021. Itu karena Fabinho kembali bermain di lini tengah saat Juergen Klopp memutuskan untuk tampil habis-habisan dengan harapan timnya bisa bangkit di akhir musim.

Lisensi dan kebebasan yang kembali didapatkan untuk berkeliaran memungkinkan Thiago menghasilkan bentuk terbaiknya saat menjadi metronom Liverpool. Saat itu, dia beroperasi di kantong-kantong ruang lawan dengan berusaha memberi dukungan untuk lini depan.

Tapi, waktunya untuk meyakinkan Enrique sepertinya tidak cukup. Pasalnya, di awal musim, Thiago telah dimainkan Klopp lebih jauh di lini tengah. Dia dibatasi pergerakannya hanya untuk peran defensif. Dia bukan lagi pemberi umpan, melainkan pemain yang menghentikan serangan lawan. Dua hal yang berbeda bukan?

Meski diberkati dengan jangkauan operan jarah jauh yang fantastis mencapai keberhasilan 81,2%, permainan Thiago sangat berisiko bagi La Furia Roja. Itu karena mereka lebih menyukai ball possession dan umpan-umpan pendek.


Tidak adanya gelandang bertahan murni

Faktor kedua adalah Spanyol di Euro 2020 tidak bermain menggunakan gelandang bertahan murni. Tidak ada pemain seperti Marcos Senna di Euro 2008. Sejak era Vicente del Bosque, La Furia Roja lebih senang memainkan gelandang seperti Xabi Alonso atau Sergio Busquets. Mereka adalah gelandang yang merupakan perpaduan box-to-box, defensif, serta deeplying-playmaker.

Sejauh ini, Busquets beroperasi seorang diri, tepat di belakang dua pemain gelandang ofensif (Koke dan Pedri). Itu sama dengan Alonso dulu ketika berkolaborasi dengan Xavi, Iniesta, Fabregas, atau Silva.

Memainkan seseorang dengan gaya seperti Thiago tanpa penjagaan gelandang bertahan murni seperti Fabinho atau Joshua Kimmich di belakangnya, dapat menyebabkan masalah besar. Contohnya, ada di pertandingan Liverpool melawan Southampton, Burnley, dan Everton di Liga Premier 2020/2021.


Munculnya Iniesta baru dalam diri Pedri

Selain dua faktor itu, keberadaan Pedri juga membuat Enrique tidak perlu pusing mencarikan posisi yang sesuai untuk Thiago. Gaya permainan anak muda Barcelona itu sepertinya benar-benar membuat Enrique senang. Dia seperti memiliki Iniesta di lini tengah La Furia Roja.

Bukti kesenangkan Enrique terhadap Pedri bisa dilihat dari jam terbang yang diberikan selama Eueo 2020. Mantan pemain Las Palmas itu selalu bermain 90 menit di tiga laga grup dan 120 menit melawan Kroasia. Pedri baru diganti pada menit 119 saat perempat final menghadapi Swiss.

"Awalnya saya juga terkejut (Thiago tidak ada di starting line-up Spanyol). Tapi, setelah melihat seseorang seperti Pedri, saya merasa hal itu wajar. Di Bayern Muenchen, Thiago salah satu gelandang terbaik dunia. Tapi, pindah ke Liverpool, sedikit mengacaukan momentum dan ritmenya. Tapi, tidak diragukan lagi dia tetap talenta besar," kata Rio Ferdinand, dilansir Liverpool Echo.

Untuk pemain sekelas Thiago, duduk di bangku cadangan pada ajang sebesar Euro 2020 adalah kerugian. Tapi, bagi pendukung Liverpool, itu adalah berkah. Sebab, itu akan mencegah sang idola untuk memulai musim 2021/2022 dengan cedera bawaan dari turnamen.