Legenda yang membenamkan popularitas Lionel Messi.
Banyak yang bisa berubah dalam waktu 6-8 tahun. Dan, segalanya berjalan sangat baik bagi mantan gelandang timnas Jerman Bastian Schweinsteiger.

Pada 2014, tepatnya saat pria yang dijuluki Schweini itu berusia 29 tahun, berada dalam performa terbaiknya. Dia memberikan banyak trofi, baik bersama Bayern Muenchen maupun Der Panzer.

Schweinsteiger meraih juara Piala Dunia 2014 bersama Jerman. Mereka mengalahkan Argentina sambil membenamkan pamor Lionel Messi di final. Mereka juga mempermalukan tuan rumah Brasil dengan skor mencolok 7-1.

Hanya beberapa bulan setelah itu, Schweinsteiger akan menjadi kapten Die Mannschaft. Namun, pada 18 Juni 2017, kurang dari tiga tahun setelah mengangkat trofi sepakbola paling bergengsi, Schweinsteiger tidak lagi bermain di posisi aslinya.

Dia terlempar di Major League Soccer (MLS) saat bermain bersama Chicago Fire. Suami legenda tenis Serbia, Ana Ivanovic, itu ditempatkan di posisi belakang sebagai bek tengah.

Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Ada penjelasan singkat tentang perjalanan Schweinsteiger dari Maracana ke Stadion Gillette di Massachusetts. Dari Piala Dunia di Brasil hingga ke liga sepak bola yang baru berkembang di Amerika Serikat.

Awal mula kemerosotan karier Schweinsteiger mungkin bisa dilacak sejak 4 Oktober 2015.

Saat dimana dia baru saja bergabung dengan Manchester United, bermain sebagai bagian dari poros lini tengah dengan Michael Carrick yang berusia 34 tahun dalam pertandingan Liga Premier melawan Arsenal. Dalam 20 menit, Arsenal unggul 3-0, dan MU menyadari bahwa lini belakang mereka keropos.

Louis van Gaal kemudian dipecat pada akhir musim, dan Jose Mourinho masuk. Keberadaan Mou membuat Schweinsteiger dibiarkan berjalan-jalan dengan anjingnya di pedesaan Cheshire selama setengah tahun. Dia mulai jarang dimainkan.

Pada Maret 2017, datanglah tawaran dari Chicago Fire FC. Klub semenjana yang berusaha untuk bangkit.

Jika bermain bersama Michael Carrick di lini tengah adalah tantangan, ini akan menjadi sesuatu yang lain.

Di Chicago, kedatangan pemenang Piala Dunia Schweinsteiger disambut dengan sangat hati-hati: dapatkah pemain berusia 32 tahun yang rawan cedera berbuat banyak untuk membantu klub keluar dari keterpurukannya? Atau apakah itu terbukti membuang-buang uang?

Setelah hanya 17 menit dari debutnya di Fire, Schweinsteiger mencetak gol pertamanya untuk klub. Dia dengan tenang menyundul bola dari jarak dekat.

Schweinsteiger mencetak gol lagi dua minggu kemudian. Selama beberapa bulan, kepercayaan dirinya pulih dan peringkat klub membaik.

Di akhir semula mereka favorit degradasi dan saat Schweinsteiger datang klub itu finis ketiga di wilayah timur.

Dimainkan Sebagai Bek Tengah

Seiring dengan berjalannya waktu. Momen itu datang ketika klub bermain tandang melawan New England Revolution. Pelatih Fire, Veljko Paunovic, menempatkan Schweinsteiger sebagai penyapu yang beroperasi di antara dua bek tengah tradisional.

“Kami pikir itu bisa menjadi solusi yang baik,” kata Paunovic. “Jelas, dia memiliki kualitas untuk bermain di sana.”

Kemenangan 2-1 berhasil diraih klub. Dan, Schweinsteiger sendiri senang dengan peran barunya. “Terkadang Anda harus bermain berbeda,” katanya.

Schweinsteiger dikenal sebagai pemain sayap yang sangat baik yang menjadi gelandang tengah yang lebih baik.

Tapi, dia memiliki beberapa pengalaman sebelumnya bermain di pertahanan. Lebih dari satu dekade sebelumnya, pada musim gugur 2005, pemain Jerman itu bermain sebagai bek kiri untuk Bayern dan tim nasional Jerman.

Eksperimen kecil itu penting, kelak dikemudian hari ternyata membantu.

Schweinsteiger tampil cukup baik untuk peran barunya itu. Dia bahkan bisa mengontrol tempo pertandingan tanpa harus mengejar bola.

Sayangnya, perpindahan posisi Schweinsteiger itu tidak dapat mencegah Fire mengalami musim yang sangat mengecewakan, menempati posisi kedua dari bawah di Wilayah Timur.

Tahun buruk lainnya datang bagi Fire pada 2019. Itu menjadi tahun terakhir Schweinsteiger di MLS dan sepakbola secara keseluruhan, dan dia masih menghabiskan sebagian besar waktunya di pertahanan — sering kali sebagai bek tengah tradisional di empat bek daripada menyapu di belakang.

Meskipun para penggemar akhirnya kecewa karena Schweinsteiger diharuskan bermain di pertahanan — mengingat kelangkaan pilihan yang lebih baik — sebagian besar senang dengan kontribusinya di sana.

Apa yang mungkin tidak diperhitungkan oleh Schweinsteiger adalah dipanggil ke skuad MLS All-Star untuk bermain sebagai bek tengah melawan Joao Felix dan Diego Costa dalam pertandingan persahabatan melawan Atletico Madrid (di Florida pada bulan Juli), yang berjalan persis seperti Anda harapkan.

Dia pantas mendapatkan pengakuan itu, dan dalam 10 penampilan terakhirnya di MLS, dia membantu Fire menjaga lima clean sheet.

Sedikit yang akan meramalkan bahwa Schweinsteiger akan mengakhiri kariernya sebagai 'bek' All-Star MLS, tetapi mengingat bakat dan tingkat profesionalisme pemain, keberhasilannya di posisi asing itu tidak akan mengejutkan siapa pun.