Berita

UEFA Melarang Lima Klub Berkompetisi di Liga Champions

Ringkasan Berita

  • UEFA telah melarang lima klub dari Liga Champions karena pelanggaran seperti pengaturan pertandingan dan Financial Fair Play.

  • Besiktas dan Fenerbahce dilarang pada 2013, sementara Juventus diskors untuk musim 2023/24 karena pelanggaran FFP.

  • Larangan UEFA bertujuan menjaga integritas Liga Champions dan menjadi peringatan bagi klub lain untuk mematuhi aturan.

Lima klub dilarang oleh UEFA untuk berkompetisi di Liga Champions karena berbagai pelanggaran.

UEFA, badan pengatur sepak bola Eropa, telah melarang lima klub dari berkompetisi di Liga Champions sepanjang sejarah turnamen. Liga Champions UEFA dianggap sebagai trofi paling bergengsi dalam sepak bola klub, dengan Real Madrid memegang rekor 15 gelar. Paris Saint-Germain memenangkan edisi 2024/25 dengan kemenangan telak 5-0 atas Inter Milan di Munich pada bulan Mei. Tahap awal kampanye 2025/26 sudah dimulai, dengan Rangers akan menghadapi tim Ceko, Viktoria Plzen, dalam leg pertama babak kualifikasi ketiga pada Selasa malam. Menuju fase grup, juara bertahan PSG tentu percaya diri untuk mempertahankan mahkota mereka, sementara klub-klub besar seperti Barcelona, Bayern Munich, dan Liverpool kemungkinan akan mencapai tahap akhir. Namun, beberapa tim telah kehilangan hak istimewa untuk berkompetisi di Liga Champions karena berbagai alasan.

Baca juga : Prediksi dan Analisis Pertandingan Bologna vs Parma | 4 Desember 2025

Klub yang Dilarang Karena Pengaturan Pertandingan

Raksasa Turki, Besiktas, dilarang dari kompetisi UEFA pada 2013 setelah terlibat dalam pengaturan pertandingan. Klub tersebut kemudian kalah dalam banding mereka ketika Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) menguatkan larangan satu tahun yang dijatuhkan oleh UEFA. Klub Istanbul lainnya, Fenerbahce, juga menerima larangan tiga tahun dari UEFA pada 2013 karena dugaan pengaturan pertandingan, dan seperti Besiktas, mereka kalah dalam banding di CAS.

Di Italia, raksasa Serie A dan juara Eropa dua kali, Juventus, diskors dari kompetisi UEFA untuk musim 2023/24 setelah klub tersebut dinyatakan bersalah melanggar aturan Financial Fair Play (FFP) oleh UEFA antara 2012 dan 2019. Kasus ini menunjukkan bahwa bahkan klub-klub besar tidak kebal terhadap sanksi jika mereka melanggar aturan yang ditetapkan oleh UEFA.

Larangan Akibat Pelanggaran Lain

Pada 2009, klub asal Makedonia Utara, FK Pobeda, terkena larangan delapan tahun dari UEFA karena pengaturan pertandingan, yang juga dikuatkan dalam banding oleh CAS. Larangan seumur hidup UEFA terhadap presiden klub saat itu, Aleksandar Zabrcanec, juga tetap berlaku. Baru-baru ini, pada Juli 2025, klub Montenegro, FK Arsenal Tivat, dilarang dari kompetisi Eropa selama sepuluh tahun dan dikenai denda €500,000 setelah penyelidikan terhadap 'dugaan pelanggaran Peraturan Disiplin UEFA' selama pertandingan antara Alashkert FC dan FK Arsenal Tivat pada Juli 2023.

Secara lebih luas, klub-klub Inggris dilarang berkompetisi di Eropa selama lima tahun setelah bencana Stadion Heysel pada 1985, yang mengakibatkan kematian 39 orang selama final Piala Eropa antara Juventus dan Liverpool di Brussels, Belgia. Liverpool dilarang selama satu tahun tambahan hingga 1991. Larangan ini menunjukkan bahwa UEFA tidak ragu untuk mengambil tindakan tegas ketika menyangkut keselamatan dan integritas kompetisi mereka.

Larangan ini bukan hanya hukuman bagi klub-klub tersebut, tetapi juga peringatan bagi klub lain untuk mematuhi aturan dan regulasi yang ditetapkan oleh UEFA. Dengan demikian, UEFA berusaha menjaga integritas dan reputasi Liga Champions sebagai kompetisi klub paling bergengsi di dunia.

Newsletter : 📩 Dapatkan update terkini seputar dunia sepak bola langsung ke email kamu — gratis!