Kisah Pilu Ibrahim Afellay, Dulu Wonderkid Sekarang Merana

"Dulu dia meraih gelar Dutch Football Talent of the Year. Sejajar dengan Bergkamp, Overmars, Seedorf, Patrick Kluivert, Van Persie, Robben, dan Sneijder."

Biografi | 17 September 2020, 01:36
Kisah Pilu Ibrahim Afellay, Dulu Wonderkid Sekarang Merana

Libero.id - Ibrahim Afellay adalah nama yang cukup dikenal oleh banyak orang, meski hanya bermain 21 kali untuk Barcelona dan pernah bermain di tim lain seperti Stoke City, Schalke 04, dan Olympiacos.

Afellay adalah satu di antara banyak pemain lain yang menderita akibat kutukan 'wonderkid'. Pemain lain yang juga menderita kutukan itu antara lain lain Bojan Krkic dan Freddy Adu.

Ibrahim Afellay lahir di Utrecht, Belanda dari orang tua yang berasal dari Maroko yang beremigrasi ke Belanda pada tahun 60-an.

Ayah Afellay meninggal ketika dia masih kecil, meninggalkan ibunya untuk merawat dia dan saudara laki-lakinya yang bernama Ali.

Karier sepak bola Ibrahim Afellay dimulai dengan memperkuat tim lokal VSK sebelum bergabung dengan tim muda USV Elinkwijk, sebuah tim di Hoofdklasse, divisi tertinggi kedua dalam sepak bola amatir Belanda.

Afellay bermain untuk Elinkwijk dari rentang usia 4 hingga 9 tahun yang pada akhirnya di usia 10 tahun PSV Eindhoven merekrutnya untuk bermain di tim akademi.

Tidak sampai delapan tahun kemudian, ketika, pada usia 17 tahun, Afellay melakoni debutnya untuk tim nasional Belanda.

Afellay kemudian menghabiskan enam tahun di tim utama PSV Eindhoven yang berlaga di Eredivisie dengan mencetak 38 gol dari 217 laga yang ia jalani di seluruh kompetisi dan memenangkan empat gelar liga berturut-turut antara tahun 2004 hingga 2008.

Pada tahun 2007, Afellay bahkan dinobatkan sebagai Dutch Football Talent of the Year dan ia resmi bergabung dengan nama-nama tenar lainnya yang sempat merengkuh gelar itu seperti Dennis Bergkamp, Marc Overmars, Clarence Seedorf, Patrick Kluivert, Robin Van Persie, Arjen Robben, dan Wesley Sneijder.

Pada titik inilah dalam karir Afellay dan terutama setelah musim 13 gol di Eredivisie pada 2008/09, ia mulai dicap sebagai wonderkid yang diprediksi memiliki masa depan yang cerah.

Pemuda Belanda itu terus tampil menawan hingga klub-klub ternama Eropa mulai tertarik untuk mengontraknya.

Pada tahun 2010, Ibrahim Afellay terpilih untuk masuk ke dalam skuad Piala Dunia Belanda yang berlaga di Afrika Selatan.

Pada usia 24 tahun, banyak mata tertuju pada pria Eindhoven tersebut karena banyak yang mengira Piala Dunia 2010 akan menjadi jembatannya untuk pindah dari Liga Belanda ke kompetisi yang lebih prestisius.

Meskipun, mungkin mengecewakannya, karena tidak memainkan peran besar dalam kompetisi, hanya membuat tiga penampilan pengganti dalam pertandingan melawan Denmark, Jepang, dan Slovakia, timnas Belanda berhasil mencapai final dimana mereka akhirnya dikalahkan oleh Spanyol.

Afellay belum mampu menunjukkan kualitas terbaiknya di ajang tersebut, tetapi diyakini ia tetap menarik sejumlah klub untuk merekrutnya.

Pada musim panas 2010, Afellay memulai tahun terakhir kontraknya dengan PSV yang sebelumnya telah mencoba memperbarui kontraknya namun PSV tidak bisa menawarkan Afellay kesempatan yang dia inginkan dan situasi itu memancing tim lain untuk mencoba merekrutnya.

Pada bulan Oktober 2010, Afellay mengumumkan bahwa dia tidak akan memperbarui kontraknya dengan pihak PSV dan untuk menghindari kehilangannya secara gratis, PSV mengambil keputusan untuk menjualnya pada bursa transfer musim dingin yang akan datang.

Akhirnya, Barcelona berhasil mengontrak pemain Belanda itu dengan biaya transfer yang cukup rendah, yakni 2,7 juta pounds.

Setelah membuat 16 penampilan di setengah musim pertamanya bersama raksasa Catalan, hal-hal mulai membaik; seolah-olah hype dan ekspektasinya berada di jalan yang tepat.

Namun, hal itu ternyata tidak terjadi. Pada pramusim 2011/12, Afellay mengalami cedera hamstring yang membuatnya absen di awal musim.

Dia memulihkan kebugaran dan memainkan dua pertandingan sebelum menderita cedera ACL pada September yang membuatnya harus absen selama 7 bulan.

Pada saat dia pulih sepenuhnya, Pep Guardiola tidak lagi membutuhkannya di pertandingan yang akan datang dan menilai pertumbuhan Afellay tampak terhambat.

Dalam dua tahun berikutnya, karier Afellay mulai menurun. Diputuskan oleh Barcelona bahwa dia akan dipinjamkan, menghabiskan satu musim dengan Schalke di Bundesliga sebelum kembali untuk satu musim lagi dimana dia hanya membuat 2 penampilan di semua kompetisi.

Akhirnya penampilan buruknya itu membuat Barcelona mengirimnya ke klub Yunani Olympiakos dengan status pinjaman.

Setelah selesai menjalani masa peminjaman di Yunani, Afellay dibebaskan dari kontraknya di Barcelona dan bersiap menuju klub Liga Premier Stoke City dengan status bebas transfer.

Afellay memainkan satu musim penuh di tahun pertamanya bersama Stoke sebelum rentetan cedera serius yang membuatnya hanya bermain 19 kali untuk klub di semua kompetisi pada musim 2016/17, 17/18 dan 18/19.

Pada saat dibebaskan dari kontraknya, dia sudah tidak bermain lagi sejak Desember 2017. Meskipun rekam jejak cederanya mengkhawatirkan, PSV memberinya kesempatan untuk membuktikan kebugarannya.

Awalnya dia berlatih dengan tim junior sebelum akhirnya bermain di tim senior dan kemudian membuat hanya 3 penampilan sebelum kontraknya berakhir.

Kisah Afellay adalah kisah peringatan, tetapi juga kisah yang sangat sedih. Setelah mendapat predikat sebagai pemain yang digadang-gadang akan bersinar, justru masalah kebugaran dan cedera memilukan membuat Afellay gagal mencapai apa yang dia bisa.

Kini di usianya yang menginjak 34 tahun ia masih belum memiliki klub lagi dan masih terus berjuang untuk bermain sepakbola sebelum akhirnya kelak memutuskan untuk pensiun.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network