Kisah San Marino, Timnas yang Tidak Pernah Menang di Laga Resmi UEFA dan FIFA

"Tim nasional San Marino baru saja dibantai Inggris 5 gol tanpa balas di Wembley, London."

Feature | 28 March 2021, 00:48
Kisah San Marino, Timnas yang Tidak Pernah Menang di Laga Resmi UEFA dan FIFA

Libero.id - Tim nasional San Marino baru saja dibantai Inggris 5 gol tanpa balas di Wembley, London. Itu memperpanjang catatan La Serenissima sebagai tim yang tidak pernah menang di pertandingan resmi UEFA atau FIFA.

Tim sepak bola nasional San Marino atau dikenal sebagai Nazionale di calcio di San Marino mewakili San Marino dalam kompetisi sepakbola internasional dan dikendalikan oleh Asosiasi Sepakbola San Marino (FSGC). Tim tersebut mewakili populasi terkecil kedua di negara anggota UEFA.

San Marino memainkan pertandingan kandang di San Marino Stadium. Itu sebuah stadion milik Pemerintah di Serravalle, yang juga menjadi tuan rumah pertandingan klub Serie D, San Marino Calcio. Mereka juga pernah memainkan laga kandang di Stadio Renato Dall'Ara, Bologna, atau di Stadio Romeo Neri, Rimini.

Meski lahir pada 1931, FSCG tidak membentuk timnas hingga 1986, ketika sebuah tim yang mewakili San Marino bertanding melawan tim Olimpiade Kanada. Dua tahun berselang, FSGC memperoleh status keanggotaan di UEFA dan FIFA sehingga bisa berpartisipasi dalam kompetisi resmi. Sebelumnya, San Marino dianggap bagian dari Italia dalam konteks sepakbola.

Laga pertama San Marino berbendera FIFA adalah melawan Swiss pada 14 November 1990 dalam kualifikasi Euro 1992. Mereka kalah 0-4. Mereka juga kalah pada total 8 pertandingan di kualifikasi dengan hanya mencetak 1 gol lewat penalti melawan Rumania.

Gagal di kualifikasi Euro 1992, San Marino mencoba di kualifikasi Piala Dunia perdana. Pada kualifikasi Piala Dunia 1994, San Marino berada satu grup dengan Inggris, Belanda, Norwegia, Polandia, dan Turki. Pertandingan pertama menghasilkan skor 0-10 melawan Norwegia.

Kemudian, gol pertama di kualifikasi Piala Dunia lahir saat dikalahkan Turki 1-4. Pada 10 Maret 1993, San Marino mendapatkan poin perdana di pertandingan resmi saat bermain imbang tanpa gol dengan Turki dan saat melawan Inggris, Davide Gualtieri mencetak gol tercepat dalam sejarah kualifikasi Piala Dunia dalam waktu 8,3 detik. Tapi, Inggris unggul 7-1.

Setelah selalu menjadi lumbung gol dan tidak berkutik di depan negara-negara besar Eropa, sejarah kembali lahir pada 25 April 2001. San Marino memperoleh poin tandang pertama setelah imbang 1-1 dengan Latvia di Riga.

Puncak dari kegembiraan San Marino terjadi pada 28 April 2004. Saat itu, La Serenissima memperoleh kemenangan pertama setelah lebih dari 70 pertandingan. Mereka mengalahkan Liechtenstein 1-0 dalam uji coba internasional berkat gol menit kelima Andy Selva. Itu laga debut Martin Andermatt sebagai pelatih Liechtenstein.

"Saya senang bisa mencetak gol kemenangan. Itu gol bersejarah untuk San Marino dan saya," ucap Selva ketika itu, dilansir situs resmi UEFA.

Dalam kampanye kualifikasi Piala Dunia 2010, San Marino kembali mencetak rekor. Tapi, itu rekor negatif. Mereka kalah dalam 10 pertandingan yang dimainkan. La Serenissima juga kebobolan 47 gol dan hanya mencetak 1 gol, termasuk menderita 10 gol saat dikalahkan Polandia. Bagi Polandia, itu rekor kemenangan sepanjang masa.

Hasil terbaik San Marino di ajang itu adalah kekalahan 0-1 dari Finlandia. Sementara yang terburuk adalah kekalahan 0-11 dari Belanda. Itu juga menjadi rekor kemenangan tertinggi De Oranje sepanjang masa dan kekalahan tandang terburuk San Marino.

Setelah bertahun-tahun meraih hasil buruk, pada 13 Oktober 2020, San Marino mencatatkan hasil imbang kompetitif keempat dalam sejarah atau yang pertama sejak 2014. Dalam pertandingan Nations League dengan Liechtenstein, mereka bermain imbang 0-0.

Sebulan kemudian San Marino membuat sejarah dengan menahan imbang Gibraltar tanpa gol. Mereka bertahan dengan sangat baik menggunakan 10 pemain setelah Davide Simoncini diusir wasit. "Ini laga yang layak dirayakan," ucap Kiper San Marino, Simone Benedettini.

Buruknya hasil pertandingan San Marino di kompetisi resmi internasional tidak terlalu mengherankan. Mereka adalah negara dengan populasi terkecil hingga Gibraltar diterima menjadi anggota UEFA pada Mei 2013.

Selain itu, San Marino tidak memiliki kompetisi sepakbola profesional. Satu-satunya klub di negara itu bermain di kasta terbawah Italia. Mayoritas pemain nasional mereka juga berstatus amatir. Ada yang pelajar, mahasiswa, pemilik toko kelontong, hingga karyawan swasta yang berlatih hanya ketika ada pertandingan.

Dalam Peringkat Dunia FIFA, San Marino secara tradisional memiliki tempat terendah di antara negara UEFA mana pun. Sejak penciptaan peringkat FIFA pada tahun 1992, posisi rata-rata San Marino berada di 176.

Namun, bukan berarti San Marino bisa disepelekan. Banyak pelatih timnas yang melawan San Marino harus menerima kritik pedas jika gagal menang atau hanya imbang. Beberapa diantaranya dipecat atau dipaksa mundur. Salah satu contohnya Pelatih Latvia, Gary Johnson, pada 2001.

"Pertandingan melawan San Marino adalah mimpi buruk. Kami memiliki 2 gol bagus yang dianulir. Saya tidak tahu mengapa. Kami memiliki 90%  penguasaan bola, 9 peluang besar, dan kami hanya bisa mengambil 1 gol. Mereka memiliki 2 peluang di seluruh pertandingan dan mencetak gol dari satu-satunya kesempatan," kata Johnson saat itu, dikutip Baltic Times.

"Lihatlah apa yang telah kami capai dalam 18 bulan terakhir. Tujuh pemain Latvia sekarang bermain di  Inggris. Itu telah menghasilkan banyak uang untuk membangun stadion baru, struktur pemain muda yang hebat, sponsor baru, dan pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Skotlandia dan Belgia, full house," tambah pria asal Inggris itu, membela diri.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network