Kisah Thiago Silva Hampir Meninggal Dunia pada Usia 21 Tahun

"Dia mengalaminya saat membela klub Rusia pada 2005. Tak banyak yang tahu."

Feature | 12 April 2021, 13:53
Kisah Thiago Silva Hampir Meninggal Dunia pada Usia 21 Tahun

Libero.id - Thiago Silva adalah salah satu pemain terbaik di generasinya, namun pemain asal Brasil itu nyatanya pernah hampir meninggal dunia karena terkena tuberkulosis. Bek tengah Chelsea itu didiagnosis terkena infeksi bakteri saat berada di Dynamo Moscow pada tahun 2005.

Di usia 21 tahun, Silva dirawat di rumah sakit selama enam bulan sementara dokter Rusia merawatnya untuk kondisi yang ia derita enam bulan sebelum penyakitnya terdeteksi. Tuberkulosis yang didapat mantan pemain AC Milan itu terbilang sangat parah, bahkan dokter mempertimbangkan untuk membuang sebagian paru-parunya untuk memastikan kelangsungan hidupnya. Tetapi ibunya, Angela, dan istrinya, Isabelle turun tangan dan menyarankan agar tidak melakukan operasi yang akan menghancurkan impian sepak bola Silva.

"Itu akan mengakhiri karir saya, saya membutuhkan malaikat pelindung untuk membawa saya pergi," ujar Silva kepada Associated Press News.

Bermain untuk Dynamo Moscow

Pria Brasil didatangkan oleh manajemen Dynamo Moscow dari Porto pada Januari 2005 dengan biaya sekitar 3,5 juta Poundsterling.

Meskipun tidak memainkan satu pertandingan pun untuk raksasa Portugis, selain beberapa pertandingan di cadangan di divisi dua, manajemen Dynamo tetap memboyongnya ke Rusia. Presiden Dyanmo pada waktu itu, Alexei Fedorychev punya rencana besar untuk Dynamo tahun itu, mendatangkan tujuh pemain dari Portugal pada Januari itu. Fedorychev bahkan menunjuk manajer Brasil yang berpengalaman, Ivo Wortmann guna menangani masalah bahasa para pemain latinya dan berharap bisa membawa Dynamo ke persaingan juara liga Rusia.

Tetapi para dokter klub terkejut karena Silva cepat lelah. Mereka juga terkejut bahwa sebagian besar rekrutan baru mereka dibeli tanpa pemeriksaan kesehatan yang layak. Silva sangat sakit pada waktu itu, menderita gejala termasuk suhu tinggi, batuk-batuk, dan keringat berlebih. Jelas itu bukan kasus flu, ia kemudian dikirim ke rumah sakit di mana dokter melakukan serangkaian tes untuk menentukan apa yang salah.

Hampir meninggal dunia

Tim medis Dyanmo tercengang saat mengetahui Silva menderita TBC, dan enam bulan sebelum mereka merekrutnya, Silva ternyata sudah terkena TBC.

Sederhananya, dokter memberi tahu ia bahwa dalam dua minggu lagi bila tak segera ditangani, Silva bisa saja meninggal dunia dan beruntung penyakit itu bisa segera diketahui.

"Pada 2005 saya dipinjamkan ke Dynamo Moscow, tetapi kotanya mengerikan, saya kedinginan dan sakit," ujarnya kepada Gazzetta dello Sport Sport Week pada tahun 2011.

“Saya berada di rumah sakit selama enam bulan. Saya kelebihan berat badan 10kg dan, meskipun semua orang di rumah sakit sangat kurus dan tidak ingin makan, saya selalu lapar. Ibuku bilang aku tidak kelihatan sakit, tapi aku tidak bisa bergerak.”

“Para dokter akan menyuruh saya untuk bangun dan berjalan-jalan, tetapi saya tidak bisa melakukannya. Penyakit ini juga menular, jadi saya diisolasi, hanya bisa main game komputer dan masuk internet. Sesekali dokter datang dan memberi saya suntikan, tiga atau empat kali sehari, ditambah 10-15 pil.”

“Saya akhirnya mengetahui bahwa saya menderita TBC selama enam bulan. Para dokter mengatakan jika dua minggu lagi telah berlalu, saya mungkin tidak dapat pulih. Saya hampir mati. Inilah sebabnya, setiap kali saya bermain, saya mengingat kembali momen-momen di Rusia," jelasnya.

Ancaman terhadap karirnya

Selama perawatannya, staf medis menasihati bek tengah itu bahwa ia perlu memotong bagian paru kanannya untuk tetap bisa hidup. Pernyataan dan saran itu jelas mengartikan bahwa ia harus berhenti bermain sepak bola.

"Saya memberi tahu mereka tidak ada yang akan membuka suami saya dan mengakhiri mimpinya," ujar istri silva, Isabelle kepada Associated Press News.

"Saya bukan dokter, tapi tidak ada yang percaya ia harus menjalani operasi. Melihat dia mengenakan kostum Brasil adalah kemenangan bagi kami semua, terutama mereka yang mengenalnya sejak saat itu."

Selama masa kelam itu, Silva berpikir untuk pensiun, meski diberi tagihan kesehatan yang bersih. Itu adalah kedua kalinya dalam hidupnya ia mempertimbangkan untuk berhenti dari sepak bola.

“Saya telah berpikir untuk berhenti bermain sepak bola,” ujarnya kepada Gazzetta dello Sport Sport Week.

Pada waktu itu, Silva juga sempat mengikuti trial bersama Flamengo dan setelah dua sesi, manajemen Rubro-Negro tidak menerima Silva karena masih ada pemain yang lebih baik darinya.

“Saya memberi tahu ibu saya bahwa saya tidak ingin bermain sepak bola lagi, karena tidak ada yang menginginkan saya. Namun, dia berkata kalau begitu aku harus bekerja untuk kakakku, jadi aku segera berubah pikiran dan mencari klub lain!"

Bergabung kembali bersama Fluminense

Petualangan buruk Silva di Rusia berakhir pada tahun 2006 ketika ia kembali ke tanah airnya bersama Fluminense.

Bisa dibilang karir Silva diselamatkan oleh jasa Ivo Wortmann, orang yang bertanggung jawab untuk membawanya ke Dynamo dan orang yang sama membawanya kembali ke tanah Samba.

Percaya pada bakat Silva, ia memberi tahu Fluminense bahwa ia akan menjadi pelatih mereka jika mereka juga membeli anak didiknya. Mereka melakukannya, dan sisanya adalah kesuskesan yang mengikuti karir Silva.

3 tahun bersama Fluzao, Silva menunjukkan penampilan yang konsisten, kemudian ia dipinang oleh AC Milan, berkarir di PSG, dan sekarang bersama Chelsea. Di muism ini, mantan kapen timnas Samba itu mungkin bisa menyelesaikan tahun pertamanya di London dengan memenangkan Liga Champions.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network