Jose Mourinho kehilangan dua pemain yang akhirnya menjadi bintang.
Keberhasilan seorang manajer di klub sepakbola sering kali bergantung kepada keberhasilan mereka merekrut pemain, tetapi terkadang para pemain yang dibeli tak langsung tampil hebat.

Ada juga dari para pemain tersebut justru melesat performanya setelah bermain dengan klub lain.

Tidak peduli seberapa berbakatnya seorang pemain, seorang manajer terkadang tidak dapat menemukan tempat untuk mereka dalam skuad. Mungkin, mereka tidak cocok dengan gaya permainan, mungkin mereka tidak bekerja cukup keras dalam latihan, atau mungkin manajer tidak mengetahui potensi pemain tersebut.

Apa pun alasannya, berikut adalah tujuh pemain yang hampir pasti disesali klub karena telah menjualnya:

7. Eric Cantona

Bakat, gaya, dan kecemerlangan penyerang berkepala plontos ini membuatnya menjadi sosok yang dipuja di Elland Road, di mana dia memainkan peran kunci dalam kemenangan gelar Divisi Pertama mereka pada 1992 – tetapi  entah mengapa, pelatih Leeds saat itu, Howard Wilkinson, melepasnya ke Manchester United.

Seolah 11 golnya dalam 20 penampilan sejauh musim itu tidak cukup untuk membuat Leeds United yakin. Apa yang terjadi selanjutnya bukanlah rahasia.

Eric Cantona adalah nama yang terukir dalam sejarah Liga Premier. Bukan dalam balutan seragam Leeds, melainkan Man United.

6. Jaap Stam

Setelah hanya tiga tahun di Manchester United, Stam dijual ke Lazio dengan harga sekitar 16 juta pounds /Rp 286 miliar. Tapi, Setan Merah menyesal setelah itu.

Bek tangguh asal Belanda tersebut melanjutkan kariernya yang gemilang dengan menghabiskan lima tahun lagi bermain di level tertinggi, sehingga hampir mengklaim gelar Liga Champions kedua dengan AC Milan pada malam yang terkenal di Istanbul.

Man United berjuang untuk mengisi kekosongan posisi yang ditinggal oleh Stam.

“Jaap Stam adalah orangnya. Tanpa pertanyaan, saya membuat kesalahan di sana,” kata Ferguson pada 2007 saat dia mengakui kesalahan terbesar dalam kariernya di Man United.

5. Andrea Pirlo

“Saya pikir itu adalah penandatanganan terbaik abad ini,” seru Gianluigi Buffon ketika Juventus mengontrak bintang Italia dan AC Milan, Pirlo, dengan status bebas transfer pada 2011.

AC Milan mengira kariernya telah berakhir saat dia memenangkan gelar Serie A keduanya pada 2011, tetapi mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Penampilan Pirlo dengan cepat membuat I Rossoneri menyesal, sebab Pirlo tampil lebih energik.

Torehan 13 assist yang dibuat Pirlo membuat Juventus mengangkat trofi Serie A, sang playmaker juga menyelesaikan 500 operan lebih banyak daripada pemain lain di kompetisi papan atas Italia.

Empat musimnya di Juventus membuat mereka meraih empat gelar Liga Italia, dan itu lebih dari cukup untuk menjelaskan apa itu arti penyesalan.

4. Kevin de Bruyne

Bakat yang diperlihatkan oleh De Bruyne sudah cukup untuk meyakinkan Chelsea bahwa dia layak ditebus dari Genk. Chelsea mengontraknya pada Januari 2012.

Tetapi, anehnya, dia segera dipinjamkan kembali. De Bruyne kemudian menghabiskan musim 2012/2013 dengan status pinjaman di Werder Bremen, di mana dia mencetak 10 gol dalam 34 penampilan.

Namun, pencapaian ini tidak cukup untuk meyakinkan Jose Mourinho, yang mengizinkannya pergi ke Wolfsburg.

Dari sana, Manchester City tertarik mendatangkan De Bruyne pada 2015. Pemain asal Belgia itu akhirnya ke Etihad Stadium. Kita semua tahu apa yang dilakukan oleh De Bruyne semenjak saat itu.

“Tentu saja, dia adalah salah satu yang terbaik. Tidak ada keraguan tentang itu,” kata Pelatih Man City, Pep Guardiola, pada 2019.



3. Philippe Coutinho

Rafael Benitez menyatakan Coutinho sebagai "masa depan Inter Milan" ketika dia mengungkapkan pemain berusia 17 tahun itu ke media Italia pada 2010.

Namun, pemecatan Benitez beberapa bulan kemudian membuat pemain Brasil itu seolah tidak berguna lagi.

Dia dijual ke Liverpool dengan harga 8,5 juta pounds pada 2013. Lima tahun kemudian, dia bergabung dengan Barcelona dalam kesepakatan fantastis 142 juta pounds.

Ya, Inter mungkin seharusnya sedikit bersabar.

2. Mesut Oezil

Ketika Oezil selalu memiliki keraguan di Arsenal, Carlo Ancelotti selaku pelatih Real Madrid saat itu mengakui bahwa dia membuat kesalahan besar dengan mengizinkan raja assist asal Jerman itu bergabung dengan Arsenal pada 2013.

“Saya pikir kami membuat kesalahan ketika kami memberinya kemungkinan untuk meninggalkan klub,” katanya setelah mengirim Oezil keluar untuk memberi jalan bagi Gareth Bale datang.

1. Mohamed Salah

Salah tiba di London barat pada Januari 2014 dan digunakan dengan sangat hati-hati oleh Jose Mourinho sebelum dipinjamkan ke Fiorentina dan kemudian Roma, yang mengontrak pemain Mesir itu secara permanen pada 2016.

“Ketika klub memutuskan untuk menjualnya, itu bukan keputusan saya,” kata Mourinho kepada beIN Sports pada 2019. “Saya membelinya, saya tidak menjualnya, dan hubungan saya dengannya baik.”

Setelah satu musim di Roma, dia pindah ke Liverpool dengan harga awal 36,6 juta pounds. Dia telah menjadi salah satu pemain terbaik dunia, memenangkan Liga Champions, dan Liga Premier di sisi Merseyside.

Salah melakukan hal di luar pemahaman kebanyakan manusia.