Sulit membayangkan jika hal itu terjadi di Liga Indonesia. Cek videonya!
Di sepakbola dan olahraga lainnya, wasit adalah orang yang tidak memihak. Dia netral, tidak boleh berat sebelah, dan harus menjalankan semua peraturan dengan adil. Tapi, bagaimana jika wasit ikut bereaksi saat sebuah peluang mencetak gol dari tim yang dimpimpinnya dipatahkan?

Harus diakui bahwa menjadi wasit sepakbola sangat sulit. Hampir tidak mungkin menjadi pengadil lapangan tanpa membuat setidaknya satu kesalahan, entah itu besar atau kecil. Pada fase itulah pekerjaan wasit bisa memacu adrenalin.

Sedikit saja kesalahan dibuat wasit, kemarahan pemain, ofisial, suporter, hingga media akan memuncak selama bertahun-tahun. Jadi, bukan cerita baru jika wasit dihakimi secara brutal, baik secara fisik maupun verbal.

Namun, yang penting untuk diingat bahwa wasit hanyalah manusia biasa. Mereka tidak ingin membuat kesalahan selama pertandingan. Mereka juga kadang-kadang dilematis. Pasalnya, tidak jarang tim yang dipimpin dalam pertandingan merupakan kesayangan mereka sendiri. Jadi, wajar jika mereka gagal menempatkan suasana hati. 

Contoh paling terkini dalam kasus itu ada di kompetisi kasta tertinggi Belgia, Minggu (13/2/2022). Saat itu, Bert Put memimpin Liga Pro Belgia antara Union Saint-Gilloise melawan Sint-Truidense.

Pada menit 28, Aboubakary Koita dari Sint-Truidense melaju di lini belakang Saint-Gilloise. Tapi, upayanya dihentikan seorang bek lawan. Bola kemudian berhasil menemukan Daichi Hayashi dan dia mendapati dirinya berhadapan satu lawan satu dengan kiper Saint-Gilloise.

Awalnya, Put hampir meniup peluit untuk memberikan pelanggaran kepada Sint-Truidense. Tapi, ketika melihat Hayashi menembus gawang Saint-Gilloise, maka dia membiarkannya sebagai "keuntungan" bagi Sint-Truidense seperti yang tertera dalam regulasi FIFA.



Masalah muncul karena reaksi Put setelah itu. Ketika melihat peluang Hayashi di kotak penalti Saint-Gilloise digagalkan pemain lawan, sang pengadil lapangan terlihat menatap ke langit dan meletakkan tangannya di atas kepalanya. Sementara disampingnya, Koita terus meminta pelanggaran.



Tidak ada yang tahu apa yang dikatakan Put. Tapi, reaksi itu biasa dilakukan suporter, pemain, atau ofisial ketika peluang mencetak gol gagal. Tentu saja momen tersebut telah menarik perhatian di sosial media dengan banyak yang merasa kasihan pada sang wasit.

Untungnya Put menyadari kesalahannya dan mengakui telah mempertontonkan ekspresi yang tidak seharusnya dimiliki wasit saat memimpin pertandingan.



Yang lebih membuat Put tenang adalah Sint-Truidense akhirnya memenangkan pertandingan itu. Pada menit 54, Christian Bruls terbukti menjadi pembeda saat tim tamu mengamankan tiga poin. Itu cukup membuat Sint-Truidense naik ke peringkat 11. Sementara Saint-Gilloise masih kokoh di puncak keunggulan tujuh poin dari Royal Antwerp.