Pertama, ubah cara pikir instan dan berorientasi piala. Lalu, banyak hal lainnya..
Sejak Shin Tae-yong mengambil alih tim nasional Indonesia, ada kemajuan didapat. Yang paling kasat mata adalah keberhasilan pasukan Garuda lolos ke Piala Asia 2023 setelah terakhir kali ambil bagian pada 2007. Tapi, menurut pelatih Korea Selatan itu sepakbola Indonesia butuh 10 tahun untuk berada di level Asia yang sebenarnya.

Shin Tae-yong datang ke Indonesia pada 2019 ketika Simon McMenemy membuat timnas porak-poranda di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.

Meski aktivitas sempat terhenti karena pandemi Covid-19, pelan dan pasti Shin Tae-yong mengelola timnas dengan benar. Tidak perlu menilai hasil di Piala AFF U-19 atau SEA Games karena itu hanyalah kompetisi junior yang sifatnya pembinaan. Untuk menilai prestasi Shin Tae-yong, lihatlah di timnas senior.

Di Piala AFF 2020, Indonesia tampil mengejutkan dengan barisan pemain muda berusia 20, 21, 22, 23, dengan beberapa pemain senior. Meski kembali kandas di final, perkembangannya cukup positif.

Performa timnas semakin baik saat Kualifikasi Piala Asia 2023. Meski kalah dari Yordania, Indonesia sanggup mengalahkan Kuwait dan Nepal. Tim Merah-Putih lolos ke Piala Asia untuk pertama kalinya setelah puasa sangat lama. Terakhir kali tampil ketika menjadi tuan rumah bersama Piala Asia 2007.

Meski grafik cenderung naik, Shin Tae-yong tidak otomatis puas. Dia juga menolak sesumbar. Bahkan, pelatih Korea Selatan di Piala Dunia 2018 itu menyebut jalan Indonesia untuk berada di level Asia masih panjang.

Menurut Shin Tae-yong, sepakbola Indonesia perlu melakukan banyak hal jika ingin bersaing di level Asia. PSSI, Pemerintah Indonesia, hingga klub sepakbola harus bekerja sama membuat program yang baik. Jika itu dilakukan tahun ini, Shin Tae-yong menyebut dalam 10 tahun Indonesia akan disegani di Asia.

"Saya belum bisa meyakinkan kapan. Tapi, seharusnya PSSI dan timnas, serta setiap klub harusnya menjadi satu unit untuk membuat program yang baik. Menurut saya perlu waktu minimal 10 tahun," ujar Shin Tae-yong dalam wawancara di kanal Youtube, Sport77 Official.

Shin tae-yong menyebut, jika hanya fokus pada prestasi dan target jangka pendek, sepakbola Indonesia tidak akan bisa berkembang lebih jauh. "Yang pertama harus membuat pembinaan usia dini. Jika kita hanya berbicara prestasi, prestasi, prestasi. Tidak akan berkembang," tambah Shin Tae-yong.

Setelah mindset diubah, Shin Tae-yong menyebut satu hal lain yang tak kalah penting, yaitu kompetisi. "Satu lagi kalau mau timnas kuat, ya liga juga harus kuat," ucap Shin Tae-yong santai.

Yang dimaksud Shin Tae-yong tentu saja kualitas kompetisi. Faktanya, berdasarkan peringkat AFC, Liga 1 berada di posisi 25. Kompetisi kasta tertinggi besutan PSSI itu tertinggal jauh dari beberapa negara ASEAN seperti Malaysia (9), Vietnam (10), Thailand (12), atau Singapura (20).

Dan, kritik Shin Tae-yong terhadap Liga 1 bukan kali ini saja dilakukan. Beberapa bulan lalu, dia juga mengeluh minimnya penyerang lokal, khususnya No.9, diberi kesempatan bermain reguler. Klub lebih senang pemain asing. Jadi, saat di timnas, Indonesia tidak punya pemain seperti era Kurniawan atau Bambang Pamungkas.