Memang ada baiknya tidak ada sepakbola di Indonesia. Setuju?
Tiga bulan setelah tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, menewaskan 153 orang, Liga Indonesia kembali panas. Ikrar damai yang diucapkan setelah insiden paling mematikan dalam sejarah sepakbola Indonesia itu hanya manis di bibir. Buktinya, dalam beberapa hari terakhir dua insiden pelemparan bus tim lawan terjadi.

Kejadian tidak pantas pertama tercipta saat Arema FC dijamu PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis (26/1/2023).

Saat itu, para pendukung Super Elang Jawa sebenarnya melakukan aksi elegan di tribun dengan memprotes keberadaan Singo Edan pada putaran kedua BRI Liga 1 2022/2023. Berbagai spanduk yang berisi kritik pedas dituliskan. Begitu pula nyanyian-nyanyian menyentil.

Sayangnya saat pertandingan berakhir, muncul insiden kurang terpuji. Bus yang ditumpangi Arema FC mendapatkan pelemparan dari oknum.

Beberapa bagian kaca bus pecah. Sejumlah personel Arema FC juga terluka. Bahkan, Asisten pelatih Singo Edan, Kuncoro, harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka di lutut. Ada lagi beberapa pemain yang terluka ringan di tangan akibat batu dan pecahan kaca.

Belum selesai insiden di Sleman, sportivitas di BRI liga 1 2022/2023 kembali tercoreng. Kali ini di Tangerang.





Pada Sabtu (29/1/2023) sepulang dari pertandingan melawan Persita Tangerang di Indomilk Arena, Tangerang, bus yang mengangkut personel Persis Solo mendapatkan lemparan batu hingga pecah di beberapa bagian.

Beda dengan Arema FC yang pasif, para pemain Persis Solo kemudian mengejar oknum yang melakukan aksi anarkistis. Mereka mengejar dan mengeroyoknya beramai-ramai. Kemudian, sang oknum diserahkan kepada pihak berwenang untuk diproses lebih lanjut.

Insiden memalukan itu langsung membuat Persita Tangerang meminta maaf. Mereka menyayangkan kejadian itu dan berjanji akan mengawal sang pelaku hingga diproses pihak berwajib.

Hal yang sama juga diungkapkan Presiden Persis Solo, Kaesang Pangarep. Dengan sedikit bercanda, putra Presiden Joko Widodo itu menegur Persita Tangerang di media sosial. "Woi @Persitajuara," tulis Kaesang Pangarep di Twitter, @kaesangp.

"Bus @persisofficial lewat Yogya padahal adem ayem aja. Alhamdulillah #MataramIsLove," tulis Kaesang Pangarep lagi tak lama kemudian."Gapapa. Nanti beli baru lagi. Yang penting sekarang keselamatan pemain dan official dulu," tutup Kaesang Pangarep.

Dua kejadian memalukan itu menambah panjang daftar kekerasan di sepakbola Indonesia. Suporter seolah tidak bisa belajar dari tragedi di Stadion Kanjuruhan, yang menewaskan 135 orang seusai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, 1 Oktober 2022.

Jadi, apakah lebih baik tidak ada sepakbola di Indonesia? Setuju?