Momen cedera itu disebut dokter sangat mengerikan. Pemain tak tega melihat. Kini menjadi pelatih.
Borussia Dortmund memberi contoh positif cara menghargai pemain muda yang dipaksa pensiun dini karena cedera, Dario Scuderi. Setelah berhenti bermain pada usia 21 tahun, gelandang asal Italia itu kini bekerja sebagai pelatih di tim anak-anak Die Schwarzgelben.

Cedera benar-benar membuat Scuderi trauma. Dalam sebuah pertandingan Liga Champions Junior melawan Legia Warszawa pada 2016, lutut kirinya patah. Saat itu, Scuderi terjatuh di sisi kiri area penalti Dorrtmund ketika berusaha menghalau serangan para pemain Legia dari sayap kanan. 



Dokter bedah yang saat itu menangani Scuderi, Michael Strobel, menggambarkan cedera tersebut sebagai "sangat mengerikan". Apalagi, tim medis membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan tindakan medis kepada pemuda asal Paterno tersebut.  

Awalnya, dokter pesimistis bisa menyambung lutut Scuderi lagi. Pasalnya, butuh ketekunan, usaha yang tidak mudah, dan waktu yang cukup untuk membuat kakinya kembali bisa berfungsi normal.

"Itu adalah cedera terburuk yang mungkin bisa anda bayangkan. Hampir semuanya robek. Ligamen, semua otot, dan tendon. Sepanjang saya menjadi dokter bedah dan mengurusi banyak cedera, saya belum pernah melihat yang seperti itu. Benar-benar sulit dibayangkan," kata Profesor Strobel, dilansir bundesliga.com.

Scuderi ditakdirkan harus menjalani proses penyembuhan yang panjang. Setelah menjalani operasi sembilan kali dan melewatkan hampir 700 hari di rumah sakit, dia kembali bermain pada 2018. Tim medis menyatakan Scuderi sudah 100% bebas dari cedera lutut dan mendapatkan izin bermain di pertandingan yang kompetitif lagi.

Gembira dengan kesehatannya, Scuderi menjalani ccomeback saat Dortmund U-19 beruji coba dengan Luener SV. Pada tahun yang sama dia masuk skuad U-23 yang menjalani pertandingan melawan Wuppertaler SV. Pada laga yang dimenangkan Dortmund 3-0 tersebut, Scuderi hanya duduk di bench selama 90 menit.

"Jelas itu adalah sesuatu yang sangat istimewa bagi saya setelah sekian lama absen. Untuk waktu yang lama tidak jelas apa yang akan terjadi atau kemana perginya. Sungguh luar biasa bisa kembali ke skuad. Saya sangat senang. Saya sudah banyak berlatih dan senang bisa kembali ke skuad," kata Scuderi di situs resmi BVB.

Meski izin dokter sudah diberikan dan rekan-rekannya menyambut bergabungnya Scuderi, kenyataan di lapangan berkata lain. Mental Scuderi sudah terlanjur down. Dia trauma dan putus asa dengan keadaannya. 

Cedera patak tulang tersebut ternyata benar-benar membuat Scuderi berpikir ulang untuk melanjutkan karier sepakbola profesional, yang sebenarnya terbentang luas di depan mata. Tak ingin kembali merasakan sakit yang sama, dia memilih gantung sepatu dan mengubur cita-citanya menjadi pemain tim nasional Italia. 

"Itu bukan keputusan mudah. Sebab, bermain sepakbola selalu menjadi impian besar saya sejak kanak-kanak. Saya memberikan segalanya untuk bisa berada di lapangan sepakbola. Saya berjuang dari nol. Saya memiliki tawaran untuk terus bermain. Tapi, saya harus berpikir ulang," ungkap Scuderi.

Scuderi bergabung dengan Dortmund pada 2009 saat berusia 11 tahun. Pada 2016, ketika tragedi itu datang, dia bermain bersama Dortmund U-19 sebagai bek kanan. Dia pemain satu angkatan Jacob Bruun Larsen dan Felix Passlack. Dia juga sempat memperkuat Italia U-19. 

Selama bermain bersama Dortmund, Scuderi ikut menyumbangkan gelar Bundesliga Junior pada 2014/2015 dan 2015/2016. Dia juga sempat masuk dalam daftar 11 pemain muda terbaik Bundesliga.

Menurut situs resmi Dortmund pada saat itu, Scuderi memiliki karier bagus karena pemain serbaguna. Meski berposisi sebagai fullback kiri, dia juga bisa bermain di kanan. Scuderi juga bisa menjadi bek tengah dan gelandang serang. "Dia menarik perhatian Thomas Tuchel (pelatih kepala saat itu) dan sangat dihargai oleh Pelatih U-19, Hannes Wolf, karena keserbagunaannya," tulis BVB. 

Setelah memutuskan pensiun dini, Scuderi mendapatkan pekerjaan baru sebagai staf kepelatihan di Akademi Dortmund. Dia dipercaya mengajari anak-anak usia 12 tahun ke bawah mengenal dasar-dasar sepakbola yang benar.