Manajemen Rijeka menjual striker bintang mereka, Andrej Kramaric, ke Leicester City dengan harga 9,7 juta pounds.
Vakumnya kompetisi sepakbola di Indonesia membuat beberapa pemain muda memanfaatkan tawaran bermain di luar negeri. Yang paling baru rumor Brylian Aldama ke klub Kroasia, HNK Rijeka.

Brylian merupakan gelandang muda tim nasional Indonesia U-19 yang sedang disiapkan ke Piala Asia U-19 dan Piala Dunia U-20. Dia menjadi salah satu anggota Garuda Muda yang ikut pemusatan latihan Kroasia selama 2 bulan di bawah kendali langsung Shin Tae-yong.

Saat di negeri pecahan Yugoslavia tersebut, Brylian mendapatkan status sebagai pemain utama. Oleh Tae-yong dan para asistennya, Brylian ditempatkan bersama David Maulana di jantung lini tengah. Sebab, salah satu kelebihan Brylian yang diakui Tae-yong adalah kemampuan mendistribusikan bola.

pemuda berusia 18 tahun itu juga memiliki kemampuan lain dalam menjebol jala lawan. Selain open play, Brylian punya reputasi yang bagus dalam bola mati. Bahkan, beberapa kali dia didaulat menjadi eksekutor penalti timnas U-19. Terbukti, saat di Kroasia, lulusan timnas U-16 itu berhasil menyumbangkan 2 gol, yaitu versus Qatar dan NK Dugopolje.

Jika rumor tersebut terbukti kebenarannya, Brylian akan mengikuti jejak dua rekan mudanya. Sebelumnya, Egy Maulana Vikri telah lebih dulu merumput di Polandia bersama Lechia Gdansk dan Witan Sulaiman di Serbia dengan Radnik Surdulica.

Berikut ini 5 fakta menarik tentang tim yang memiliki nama lengkap Hrvatski Nogometni Klub Rijeka atau Klub Sepakbola Kroasia Rijeka:


1. Klub tersukses di Kroasia setelah Dinamo Zagreb dan Hajduk Split

Klub ini didirikan pada 29 Juli 1946 dengan nama Sportsko Drustvo Kvarner (Bahasa Kroasia) atau Societa Sportiva Quarnero (Bahasa Italia). Nama resmi klub diubah menjadi Nogometni klub Rijeka pada 2 Juli 1954. Pada musim panas 1995, manajemen klub menambahkan kata sifat "Hrvatski" (Kroasia) pada nama resminya.

Rijeka adalah klub sepak bola Kroasia tersukses ketiga dengan parameter trofi. Mereka memenangkan 1 gelar Liga Kroasia, 2 Piala Yugoslavia, 6 Piala Kroasia, 1 Piala Super Kroasia, dan 1 Piala Balkan.


2. Tidak pernah turun kasta sejak 1974/1975

Rijeka sudah bermain di kasta tertinggi sejak masih bergabung dengan Yugoslavia pada musim 1974/1975 setelah promosi dari Divisi II. Ketika Kroasia merdeka dan Liga Kroasia dibentuk pada 1992, Rijeka selalu ambil bagian hingga musim 2020/2021.

Dalam periode modern, klub memenangkan gelar liga pertamanya pada 2016/2017. Saat itu, mereka mengakhiri 11 gelar berturut-turut Dinamo Zagreb. Musim tersebut juga diakhiri Rijeka dengan Piala Kroasia alias double winners.

Gelar itu dirayakan suporter dengan meriah berhari-hari. Pasalnya, pada 1998/1999 mereka nyaris juara. Hanya karena kesalahan wasit saat memimpin pertandingan, Rijeka harus puas menjadi runner-up. Saat itu, dengan 1 pertandingan tersisa, Rijeka unggul 1 poin dari Dinamo, yang membutuhkan kemenangan kandang melawan Osijek untuk mengamankan gelar.

Dengan hasil sementara imbang 1-1, pada menit 89, penyerang Rijeka, Admir Hasancic, mengonversi umpan silang Barnabas Sztipanovics menjadi gol. Skor 2-1 bertahan beberapa detik karena asisten wasit mengangkat bendera tanda off side. Berdasarkan rekaman televisi, gol itu sah. Tidak ada off side maupun pelanggaran lainnya.

Saat itu, insiden tersebut menjadi isu nasional yang merembet ke urusan politik. Pasalnya, investigasi majalah ternama Kroasia, Nacional, mengungkapkan Presiden Kroasia saat itu, Franjo Tudjman memerintahkan intelijen negara untuk memata-matai wasit sepakbola, pejabat, dan jurnalis. Tujuannya, memastikan Dinamo memenangkan pertandingan. Tudjman adalah pendukung sekaligus presiden kehormatan Dinamo.


3. Sering gagal saat bermain di kompetisi Eropa

Rijeka berpartisipasi dalam kompetisi UEFA pada 20 kesempatan, termasuk delapan penampilan berturut-turut sejak 2013/2014. Keberhasilan terbesar adalah perempat final Piala Winners 1979/1980. Saat itu, mereka kalah dari Juventus. Sementara hasil yang paling berkesan adalah kemenangan kandang atas Real Madrid di Piala UEFA 1984/1985.

Di era modern, Rijeka lolos ke fase grup Liga Eropa 2013/2014 dan 2014/2015. Pada 2017/2018, Rijeka mencapai play-off Liga Champions. Sayang, mereka kalah agregat 1-3 dari Olympiakos Piraeus. Akibatnya, mereka hanya berhak tampil di fase grup Liga Eropa. Pada musim itu, mereka sempat mengalahkan AC Milan.


4. 30% saham Rijeka dimiliki Pemerintah Kota

Pada Februari 2012, seorang pengusaha Italia dan pendiri Orlean Invest, serta pemilik klub sepak bola Spezia dan klub polo air Pro Recco, Gabriele Volpi, menyuntikkan modal yang sangat dibutuhkan ke dalam klub. Dengan proses privatisasi selesai pada September 2013, Volpi, melalui Stichting Social Sport Foundation yang berbasis di Belanda, menjadi pemilik 70% klub, dan Pemerintah Kota Rijeka mengendalikan 30% sisanya.

Namun, pada 29 Desember 2017 diumumkan bahwa Damir Miskovic melalui Teanna Limited yang berbasis di London, mengakuisisi saham mayoritas di klub dari Stichting Social Sport Foundation. Uniknya, 30% saham Pemerintah Kota tidak pernah diusik karena itu menjadi bagian dari komitmen Rijeka kepada kotanya.


5. Rekor penjualan klub 9.7 juta pounds. 

Pada transfer window musim dingin 2015, manajemen Rijeka menjual striker bintang mereka, Andrej Kramaric, ke Leicester City dengan 9,7 juta pounds. Itu menjadi rekor penjualan klub yang belum bisa dipecahkan hingga hari ini. Sayang, Kramaric gagal bersinar sehingga harus dibuang ke Hoffenheim.