Ibunya Olga Zhukova, artis Rusia. Lulusan Dynamo Moskow.
Meski belum kalah dan memimpin klasemen Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia Putaran II, Vietnam tetap akan tampil full team. Menghadapi Indonesia, Thailand, dan Uni Emirat Arab (UEA), The Golden Star memanggil para pemain terbaiknya, termasuk kiper baru Cerezo Osaka, Dang Van Lam.

Van Lam lahir di Moscow, 13 Agustus 1993. Tidak ada darah sepakbola yang mengalir dari kedua orang tuanya. Ayahnya, Dang Van Son berasal dari Vietnam dan ibunya, Olga Zhukova, dari Rusia. Keduanya adalah seniman panggung.

Meski bukan olahragawan, ayah dan ibu Van Lam juga mengikuti perkembangan permainan sepakbola. Mereka diketahui sebagai pendukung salah satu klub elite di Liga Premier Rusia, Dynamo Moscow. Bahkan, nama Rusia milik Van Lam, Lev Shonovich Dang, terinspirasi dari penjaga gawang legendaris Uni Soviet yang juga legenda Dynamo, Lev Yashin.

Sejak usia 9 tahun, Van Lam belajar bermain sepakbola di Akademi Spartak Moscow. Lalu, atas permintaan kedua orang tuanya dan untuk mengikuti jejak Yashin, Van Lam pindah ke Dynamo. Pasalnya, di Rusia, Spartak dan Dynamo bermusuhan, selain dengan CSKA.

"Saya lahir di Moscow. Ibu saya orang Rusia dan ayah saya orang Vietnam. Ibu saya mantan aktris dan ayah saya adalah penari balet. Mereka bertemu di GITIS, di pelatihan. Mereka bertemu di asrama. Sekitar usia 8 tahun saya pergi ke sekolah dan di kelas 2 saya bergabung ke Spartak," ujar Van Lam dalam wawancara dengan sovsport.ru.

"Akademi itu paling dekat dengan rumah. Saya tinggal di dekat stasiun metro  Preobrazhenskaya Square dan di seberang jalan ada Stadion Almaz, yang sekarang bernama Netto. Saya termasuk dalam kelompok 93, yang terkenal. Saya bermain di bawah arahan Alexander Yartsev. Itu sampai usia 14 tahun. Kemudian, saya pindah ke Dynamo," tambah Van Lam. 

Setelah lulus dari Dynamo, Van Lam melihat kariernya akan lebih bagus jika kembali ke kampung halaman ayahnya. Pada 2006, dia bergabung dengan salah satu klub besar V-League 1, Hoang Anh Gia Lai.

"Mereka (Dynamo) tidak menginginkan saya bermain. Lalu, saya meminta ayah untuk membantu saya mencari klub di Vietnam. Kami melihat nama sebuah klub di Internet. Saya mendaftar dan terbang ke sana. Itu tidak sulit karena ayah biasa bicara Bahasa Vietnam di rumah," jelas Van Lam.

Meski berasal dari Eropa dan memiliki postur tubuh tinggi, ternyata tidak mudah bagi Van Lam untuk menembus sepakbola Vietnam. Dia memang diterima bergabung dengan HAGL. Tapi, dia juga harus rela dipinjamkan ke klub satelit mereka di Laos, Hoang Anh Attapeu.

Peminjaman di Laos ternyata tidak berhasil. HAGL tidak melanjutkan kontrak Van Lam. Kemudian, dia memutuskan kembali ke Rusia untuk bermain di kompetisi kasta bawah bersama Duslar Moscow dan Rodina Moscow.

"Saya tidak ingin kembali (ke Rusia). Itu pasti akan berarti akhir dari karier saya, dan saya merasa sepertinya saya masih bisa bermain. Saya terbang ke Thailand untuk mencoba. Tapi, tidak berhasil. Lalu, saya mulai menyiapkan mental saya untuk mengakui bahwa saya siap berhenti dari sepakbola," ujar Van Lam.

"Saya kuliah di perguruan tinggi keuangan. Ibu saya ingin saya kuliah sambil bermain. Saya tidak berpikir apa-apa, saya tidak mengerti apa-apa. Saya hanya mendapat satu nilai bagus, yaitu pendidikan jasmani. Saya belajar di sana selama dua bulan," tambah Van Lam.

Beruntung, ayah Van Lam mendapatkan informasi bahwa sang putra harus berganti kewarganegaraan jika ingin bermain di Vietnam lagi. Van Lam setuju dan kembali mencoba bermain di V-League 1 untuk kedua kalinya. Dia diterima bermain untuk Hai Phong setelah membuang paspor Rusia dan menggantinya dengan Vietnam.

Keputusan itu ternyata tepat. Selama 4 tahun membela Hai Phong, Van Lam menampilkan permainan yang membanggakan. Dia menjadi pilihan utama di bawah mistar gawang. Posturnya yang tinggi membuat Van Lam mendapatkan julukan "Beruang Rusia" dari suporter dan media. 

Dua tahun setelah beralih kewarganegaraan, tepatnya Juni 2017, Van Lam baru mendapatkan debut membela Vietnam. Saat itu, pertandingan Kualifikasi Piala Asia 2019 melawan Yordania di Ho Chi Minh City. Kemampuannya membantu menjaga clean sheet saat pertandingan berakhir 0-0. 

Van Lam dipuji karena keahliannya dan segera menjadi pemain populer. Puncak kariernya bersama Vietnam terjadi pada Piala AFF 2018. Dia membantu The Golden Star meraih gelar kedua setelah yang pertama pada 2008. 

Lalu, pada Piala Asia 2019, Van Lam melakukan penyelamatan penting atas penalti  Ahmed Samir saat Vietnam menghadapi Yordania. Penampilannya membantu Vietnam mencapai perempat final. Itu menjadi pencapaian terbaik The Golden Star setelah Piala Asia 2007.

Berkat rentetan aksi bagus untuk negara, pada 7 Juni 2019, klub elite Thailand, Muangthong United, mengumumkan Van Lam telah menandatangani kontrak 3 tahun. Kemudian, pada Januari 2021, setelah perselisihan kontrak dengan Muangthong, FIFA untuk sementara waktu memberikan lisensi transfer kepada Van Lam ke Cerezo Osaka di J1 League.

Untuk menjalani tiga pertandingan lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022, Pelatih Vietnam asal Korea Selatan, Park Hang-seo, kembali memasukkan nama Van Lam bersama 34 pemain lain. Tapi, dia tidak akan ikut pelatnas di Hanoi, melainkan langsung terbang ke Dubai sesuai regulasi FIFA.

"Dang Van Lam dan anggota tim Vietnam lainnya harus mematuhi peraturan medis tes Covid-19 dalam waktu 72 jam sebelum penerbangan mereka dan setelah mereka tiba di UEA," kata Wakil ketua umum Asosiasi Sepakbola Vietnam (VFF), Tran Quoc Tuan, dilansir Vietnam Net.

Sebelum menghadapi Indonesia pada 7 Juni 2021, Vietnam akan beruji coba dengan Yordania pada 31 Mei 2021. Melawan Indonesia, mereka diunggulkan karena pada pertemuan pertama di Gianyar, 15 Oktober 2019, unggul 3-1. Saat itu, tim Garuda masih ditukangi Simon McMenem