Kuncinya hanya 1% bakat, dan 99% kerja keras.
Oleksandr Zinchenko akan segera mengangkat gelar Liga Premier ketiga bersama Manchester City. Torehan itu bakal melanjutkan kisah yang sangat luar biasa untuk pemain berusia 24 tahun itu.

Lahir di Radomyshl, di mana anak-anak lain tidak akan lulus di akademi sepakbola lokal saat masih muda, Zinchenko malah menghabiskan enam tahun di Shakhtar Donetsk, klub terbesar Ukraina.

Zinchenko menjadi kapten Shakhtar U-19 dan segalanya berjalan dengan baik. Namun, karena perang di wilayah tersebut, dia dan keluarganya terpaksa meninggalkan negara tersebut pada 2014.

Itu berarti Zinchenko tidak memiliki klub selama lima bulan. Setelah perselisihan kontrak dan periode di mana dia berlatih di jalanan Moskow sendirian, dia akhirnya menandatangani kontrak dengan klub Rusia, FC Ufa, dan memulai karier profesionalnya di sana.

Zinchenko bermain 33 kali bersama Ufa sebelum Man City memboyongnya dengan harga 1,7 juta pounds pada 2016, hanya sehari setelah Pep Guardiola diresmikan sebagai pelatih The Citizens.

Namun, Zinchenko kurang mendapat tempat di Stadion Etihad. Dia kemudian dipinjamkan ke PSV Eindhoven di Belanda selama satu musim, dia tampak ditakdirkan untuk menjadi pemain yang akan dijual Man City untuk mendapatkan sedikit keuntungan tanpa pernah menjalani permainan kompetitif.

Tapi, hampir empat tahun setelah melakukan debut sebagai bek kiri, Zinchenko mendekati penampilan ke-100 di bawah kepelatihan Guardiola.

 


 
Ketika manajemen The Citizens mempersilahkan Zinchenko bergabung bersama Wolverhampton Wanderers untuk mendapat penampilan regular, Zinchenko justru memutuskan bertahan. Ternyata, pemain tim nasional Ukraina itu telah membuat langkah luar biasa.

Zinchenko memenangkan gelar Liga Premier pertamanya pada usia 21 tahun, pemain yang terkenal karena menjatuhkan trofi dalam perayaan. Zinchenko total membuat 29 penampilan ketika Man City memenangkan treble domestik pada 2018/2019.

Menggunakan jersey nomor 11, Zinchenko menandatangani kontrak baru bersama manajemen The Citizens pada Juni 2019. Namun, keberadaannya begitu penting musim ini.

Itu tergambar ketika dirinya menjadi tembok kokoh lini belakang Man City saat menghadapi PSG di leg pertama Liga Champions. Sempat tertinggal 0-1, Zinchenko kemudian membantu The Citizens saat mendominasi permainan pada babak kedua. Dia turut memberikan assist untuk gol penyeimbang Kevin de Bruyne.

Jika Man City memenangkan treble musim ini, Zinchenko memiliki lebih dari sekedar perannya. Guardiola menyukai sikapnya dan pada 2019, mengatakan bahwa semua orang bisa belajar darinya.

"Sehari setelah pertandingan selalu sulit bagi orang-orang yang tidak bermain (dalam sesi latihan mereka) dan sebagian besar pemain terkadang ingin menunjukkan kepada saya betapa kecewanya mereka," kata Guardiola, dilansir Sportbible.com. "Kemudian sebelum pertandingan mereka bagus lagi di depan manajer dan rekan satu tim mereka.”

"Orang ini kebalikannya. Itulah alasan dia selalu bermain bagus. Dia menunjukkan lagi suasana hati, perilaku, bersikap positif, tersenyum, dan waspada. Ketika ini terjadi, Anda akan selalu bermain bagus,” paparnya.

"Itulah mengapa saya senang. Dia pantas mendapatkan semua rasa hormat saya dan saya pikir dia akan menjalani karier yang panjang. Saya tidak tahu apakah itu akan ada di sini, semoga, atau di tempat lain. Tapi, dengan perilaku ini, dia akan senang melakukan pekerjaannya,” tuturnya. "Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih. Lebih dari cara dia bermain, ini adalah pendekatannya."

Zinchenko menjelaskannya dengan sempurna dalam sebuah wawancara dengan The Telegraph. Ditanya apa yang diperlukan untuk menjadi pesepakbola, dia menjawab: "1% bakat, 99% kerja keras."

Kebangkitannya adalah bukti nyata bahwa kerja keras selalu mengalahkan bakat.