Berita

Mengapa Paris Saint-Germain Semakin Sulit Dihentikan

Mengupas taktik Paris Saint-Germain yang luar biasa di Piala Dunia Klub dan bagaimana mereka mengatasi tekanan lawan.

PSG dan Taktik Posisi yang Memukau

Paris Saint-Germain (PSG) telah menunjukkan performa yang luar biasa sepanjang musim 2024-25. Di bawah arahan Luis Enrique, tim ini berhasil memenangkan setiap gelar yang mereka ikuti, baik di Prancis maupun Eropa. Puncak dari musim gemilang ini adalah final Piala Dunia Klub, di mana mereka akan menghadapi Chelsea. Enrique dikenal dengan kemampuannya dalam mengatasi tekanan tinggi dari lawan, dan ini menjadi salah satu kunci sukses PSG.

Baca juga : Prediksi dan Analisis Pertandingan Bologna vs Parma | 4 Desember 2025

PSG sering kali memulai serangan dari belakang meskipun mendapat tekanan dari lawan. Tim ini mampu mengalirkan bola dari kaki ke kaki dengan cepat untuk menyerang. Enrique telah membentuk tim yang solid meskipun kehilangan Kylian Mbappe. Semua pemain terlibat dalam membangun serangan dan bertahan, menciptakan harmoni yang sempurna di lapangan.

Adaptasi dan Pergerakan Tanpa Henti

Salah satu kekuatan PSG adalah kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan gaya permainan lawan. Enrique memastikan timnya selalu memiliki keunggulan jumlah pemain di lapangan, baik dalam menyerang maupun bertahan. Pergerakan pemain yang terus-menerus membuat lawan kesulitan untuk menandingi mereka. Misalnya, gelandang bertahan bisa turun ke garis pertama, atau penyerang tengah berperan sebagai false nine untuk menarik perhatian lawan.

Jika lawan menekan secara man-to-man, pergerakan konstan PSG akan mengacaukan sistem pertahanan mereka. Sebaliknya, jika lawan menutup jalur umpan, PSG akan mencoba menciptakan keunggulan jumlah pemain untuk melakukan umpan satu-dua. Namun, seperti sistem sepak bola lainnya, ada celah yang bisa dimanfaatkan lawan.

Contohnya, Bayern Munich memberikan tantangan berat bagi PSG di perempat final Piala Dunia Klub. Mereka menekan tinggi dan menutup ruang, memaksa PSG melakukan kesalahan. Meski begitu, Bayern gagal mengonversi tekanan tersebut menjadi gol. PSG akhirnya bisa keluar dari situasi sulit ini dengan mengubah arah permainan dan memanfaatkan ruang di sayap.

Dalam konferensi pers setelah pertandingan, Enrique mengakui bahwa Bayern adalah lawan yang paling mendekati ideologinya. Namun, efisiensi dalam penguasaan bola menjadi pembeda bagi PSG. Tim ini memiliki identitas yang jelas, dan jika lawan merasa menekan PSG tidak efektif, mereka bisa memilih untuk bertahan dan menunggu kesempatan menyerang balik.

Botafogo, misalnya, memilih untuk tidak menekan dan berhasil mengalahkan PSG dengan serangan balik yang mematikan. Namun, Real Madrid yang memilih strategi serupa di semifinal justru kalah telak 4-0. Ini menunjukkan bahwa strategi melawan PSG harus dieksekusi dengan sempurna.

Chelsea, sebagai lawan terakhir PSG di final, memiliki pilihan untuk menekan atau bertahan. Namun, apapun pilihannya, mereka harus memastikan strategi tersebut berjalan sempurna, karena PSG akan siap dengan segala kemungkinan.

Newsletter : 📩 Dapatkan update terkini seputar dunia sepak bola langsung ke email kamu — gratis!