Bagaimana potensi aplikasi yang dibentuk Vinicius.
Vinicius Junior telah memulai musim dengan cemerlang. Bintang asal Brasil itu mencetak 5 gol bersama Real Madrid dan membantu Los Blancos naik ke puncak klasemen La Liga musim ini.

Pemain berusia 21 tahun ini juga telah membangun warisan untuk dirinya sendiri di luar lapangan. Vinicius membuat Instituto Vini Jr, sebuah organisasi yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan dan olahraga untuk mendidik anak-anak Brasil. Vinicius ingin menjadikan negara ini lebih setara dengan negara maju lainnya.

Jebolan fakultas publik di Brasil ini meninggalkan banyak hal yang diinginkan, termasuk kepada anak-anak miskin yang tak bisa mencicipi pendidikan hingga perguruan tinggi.

Keluarga kaya biasanya mengirim anak-anak mereka ke fakultas swasta yang mahal, meski terdapat universitas federal negara yang gratis bagi siswa berprestasi.

Fakta membuktikan bahwa pendidikan tinggi gratis di Brasil dapat merekomendasikan mobilitas sosial yang ditawarkan kepada semua orang. Namun, dengan membayar anak-anaknya untuk mengambil fakultas sesuai keinginan, orang tua dari keluarga kaya pastinya akan memilih sekolah dengan kualitas pendidikan yang baik.

Vinicius menyadari betapa beratnya hal itu bagi anak-anak miskin. Jadi, dia mencoba melakukan satu hal untuk membantu siswa yang tidak mampu untuk membayar pendidikan non-publik. Lembaganya telah meluncurkan Base, sebuah aplikasi pendidikan yang menggunakan sepakbola sebagai metode melibatkan anak-anak. Aplikasi ini telah memulai debutnya di Rio, dan berencana akan meningkatkan cakupannya dalam 12 bulan berikutnya.



"Saya terkesan dengan apa yang dilakukan LeBron James, Lewis Hamilton, dan Marcus Rashford," ujar Vinicius dikutip pehalnews.in.

“Perhatian pertama saya adalah membantu anak-anak muda ini meraih lebih banyak hal melalui pendidikan,” kata Vinícius. “Sepakbola adalah mimpi, tapi bukankah indah jika kita bisa membantu anak-anak keluar dari kemiskinan dengan belajar?"

"Target saya adalah mewujudkannya dalam jangka menengah dan panjang. Kita perlu memiliki lebih banyak dokter, pengacara, insinyur yang keluar dari favela. Kami bermaksud memberikan kesempatan kepada mereka."

“Masih ada kesenjangan besar dalam literasi di Brasil. Ada baiknya kami meluncurkan aplikasi di sekolah tempat saya belajar karena saya tahu caranya. Saya memiliki banyak kenangan indah saat itu, tetapi kebanyakan hanya bermain sepakbola."

"Saya hanya berpikir bahwa saya bisa berbuat lebih banyak. Kami memiliki banyak contoh atlet yang melakukan itu. Saya terinspirasi oleh apa yang dilakukan LeBron James, Lewis Hamilton, dan Marcus Rashford. Jadi, saya mulai melakukan sesuatu di lingkungan saya terlebih dahulu, dan siapa yang tahu ini bisa tumbuh di seluruh Brasil.”

Vinicius dan keluarganya selalu membantu Sao Gonçalo, tempat asalnya di Rio. Ketika dia masih muda, keluarganya memberikan sumbangan dan membantu orang lain dalam hal apa pun. Sekarang dia adalah pemain Real Madrid dan Brasil, dia adalah satu-satunya investor di institut tersebut, menghabiskan hampir 2 juta real Brasil (Rp 2,1 miliar) untuk sekolah itu.

“Bagus untuk menyatukan sepakbola dan pendidikan. Aplikasi ini adalah sesuatu yang membuat belajar lebih menyenangkan. Kami telah mengerjakannya selama satu setengah tahun, dan pandemi juga membuat kami melihat betapa pentingnya memberikan kondisi yang lebih baik kepada orang-orang."

"Ada kesenjangan pendidikan yang besar, dan kami coba bantu kurangi. Saya mengunjungi anak-anak beberapa bulan yang lalu dan saya melihat betapa pentingnya ini. Saya ingin mengetahui bagaimana anak-anak merasa lebih baik dengan melakukan kegiatan tersebut,” katanya.

“Mereka menggunakan aplikasi saat di sekolah. Ini memiliki banyak latihan dan level yang harus mereka jawab dengan benar untuk lulus. Kami juga melakukan kegiatan tatap muka dengan siswa, selalu menggunakan olahraga sebagai latar belakang matematika dan bahasa Portugal, misalnya. Tetapi, mereka belajar lebih banyak tentang masalah sosial di dunia, seperti bagaimana kita perlu memperlakukan lingkungan dengan lebih baik dan memperlakukan orang dengan kesetaraan.”

Bruna Ferreira Matos, seorang sarjana berusia delapan tahun di Brasil, termasuk di antara anak-anak yang menggunakan aplikasi tersebut. Dia sangat senang menjadi bagian dari itu.

“Saya menyukainya dan saya merasa lebih mudah untuk belajar dengan Base dari pada dengan buku saya. Saya ingin menggunakannya lebih sering, seperti setiap hari karena sangat bagus,” timpalnya.