Salah satu aksi ikonik Savicevic ada di final Liga Champions 1993/1994. Cek videonya!
Lebih dari dua dekade yang lalu AC Milan sukses membuktikan diri sebagai juara Eropa. Pada 1994, Barcelona mereka hancurkan di final Liga Champions. Bintang dari kemenangan empat gol yang menakjubkan itu adalah Dejan Savicevic, legenda Yugoslavia, Serbia-Montenegro, dan Montenegro.

Lahir di bekas kota Yugoslavia, Titograd (kini Podgorica di Montenegro), tendangan volinya dari jarak 30 meter pada pertandingan final merupakan momen puncak karier gemilang bagi pria yang dijuluki Il Genio alias The Genius.

Delapan belas bulan setelah tampil untuk OFK Titograd pada 1981, Savicevic, yang berusia 17 tahun, membuat debut papan atas untuk Buducnost melawan mantan klubnya, Red Star Belgrade.

Tetap bersama klub sampai 1988, Savicevic berkembang sebagai playmaker yang memiliki visi bagus, kesadaran taktis, dan akurasi passing yang membuatnya menjadi salah satu pemain paling dicari di Yugoslavia. Terlepas dari kemajuan Partizan Belgrade dan tawaran substansial dari Hadjuk Split, dia pindah ke Red Star.

Dia diharapkan bisa membentuk trio lini tengah yang mengesankan bersama Dragan Stojkovic dan bintang Kroasia yang sedang naik daun, Robert Prosinecki. Tapi, dia dipanggil untuk dinas militer dan melewatkan seluruh musim liga karena hanya diberikan dispensasi khusus untuk pertandingan Eropa.

Pada 1989/1990, karier Savicevic melejit di Red Star. Dia membantu mereka meraih gelar ganda domestik dan masuk skuad Yugoslavia ke Piala Dunia 1990.

Saat Red Star memenangkan Liga Champions 1990/1991 melawan Marseille, Savicevic nyaris gagal dinobatkan sebagai pemenang Ballon d'Or. Dia kalah dari legenda Prancis, Jean-Pierre Papin.

Namun, pada 1992, Savicevic pindah ke Milan. Di San Siro, kariernya tidak langsung moncer. Saat meraih Scudetto pertama dalam musim debutnya, Savicevic hanya memainkan beberapa menit pertandingan. Dia tampil 10 kali di Serie A dan sempat mempertimbangkan untuk mencari waktu bermain yang lebih banyak di tempat lain.



Beruntung, Milan dilatih Fabio Capello. Dia bisa mencegah Savicevic pergi, meski tidak selalu mendapatkan kesempatan bermain di Serie A. Beberapa kali, kedua terlibat adu argumentasi yang keras. Tapi, Savicevic tetap bekerjasama dengan Capello hingga mendapatkan banyak piala bergengsi.

"Savicevic adalah pemain yang memiliki caps paling banyak. Dia hampir tidak berlatih, dan ketika dia berada di lapangan, semua orang harus bekerja dua kali lebih keras. Tapi, dia adalah bakat yang luar biasa. Kami mengubahnya menjadi superstar," kata Capello pada 2008, dilansir Forza Italian Football.

Kecepatan yang luar biasa, dribel bola, dan penampilan melawan Barcelona di final Liga Champions 1993/1994 yang legendaris itu benar-benar membuat Savicevic seperti dilangit. Gol spektakuler yang dihasilkan membuat Savicevic masuk barisan pemain yang juara Liga Champions dengan dua klub berbeda.

"Dia benar-benar jenius. Ketika dia merasa ingin bermain, itu bagus. Tapi, masalahnya dia sering tidak ingin bermain!" kata mantan Sekretaris Jenderal Red Star, Vladimir Cvetkovic.

Setelah era Savicevic di Milan berakhir, dia kembali ke Red Star sebentar sebelum pindah ke Austria untuk membela Rapid Wien. Selanjutnya, dia pensiun dan segera beralih profesi menjadi pelatih Serbia-Montenegro pada 2001-2003. Sekarang, dia adalah polisi dan presiden Asosiasi Sepakbola Montenegro (FSCG).