Botheim dan Haaland punya grup band yang sama, yang lagunya jadi hit di Youtube.
Ketika Jose Mourinho merebut bintang muda Lyn Oslo, John Obi Mikel, dari Manchester United dan mendatangkannya ke Chelsea pada 2007, dia hampir tidak bisa membayangkan bahwa 14 tahun kemudian lulusan Lyn lainnya menghancurkan timnya dan memberikan salah satu kekalahan paling memalukan dalam kariernya.

Sosok yang dimaksud adalah Erik Botheim. Dia melakukannya saat Bodo/Glimt mengalahkan Roma 6-1 di Liga Konferensi Eropa, Jumat (22/10/2021) dini hari WIB.

Pemain Norwegia berusia 21 tahun itu membuka skor dengan gol yang dicetak pada menit kedelapan dan memberikan assist untuk gol kedua yang dicetak Patrick Berg. Roma tertinggal 1-2 di babak pertama, dan Botheim semakin menghancurkan mereka di babak kedua.

Dia mencetak gol kedua dari jarak dekat dan memberikan umpan terobosan untuk gol yang dicetak Ola Solbakken untuk menambah keunggulan 4-1. Tak sampai di situ, Botheim kemudian memberikan umpan yang brilian kepada Amahl Pellegrino demi terciptanya gol kelima.

Dia mengakhiri pertandingan dengan dua gol dan tiga assist. Sesuatu yang sahabatnya, Erling Haaland, tidak pernah melakukannya dalam pertandingan Eropa. Hubungan Botheim dengan Haaland sudah terjalin sejak lama. Mereka pertama kali bertemu pada usia 12 tahun dan pada awalnya tidak saling menyukai. Tiga tahun kemudian, keduanya menemukan bahasa yang sama.

"Kami bermain di tim nasional junior yang sama dan harus bermain bersama. Kami telah menjadi teman yang sangat baik sejak itu," kata Botheim dalam sebuah wawancara dengan Avisa Nordland baru-baru ini.



Persahabatan Botheim dan Haaland tidak hanya di sepakbola. Pada 2016, mereka merekam lagu bersama di kamp latihan tim nasional. Teman lainnya yang berposisi sebagai bek, Erik Tobias Sandberg, memberi nama band tersebut "Flow Kingz". Video mereka untuk lagu berjudul "Kygo Jo" menjadi hit global dan telah ditonton lebih delapan juta pengunjung YouTube.

Botheim dianggap lebih berbakat dari Haaland di masa muda. Dia diundang uji coba oleh Barcelona pada usia 11 tahun dan melakukan debut profesional untuk Lyn B di kasta ketiga saat berusia 15 tahun. Setahun kemduain, dia dikontrak klub terbesar dan terkaya di Norwegia, Rosenborg BK. Itu hanya setahun ketika Haaland bermain di kasta kedua bersama Bryne.

Tapi, kemudian semuanya berubah. Haaland mulai meroket menjadi superstar dan kemajuan Botheim terhenti. Pelatih Rosenborg tidak pernah mempercayainya. Peluang bermainnya di tim utama jarang terjadi dan kepercayaan dirinya mulai luntur.

Tahun lalu, dia dipinjamkan ke tim papan tengah Stabaek, tapi gagal mencetak gol. Dia lebih sering dicadangkan. Lalu, pada akhir 2020, Rosenborg memutuskan kontrak Botheim dihentikan.

Pada saat yang sama, Bodo/Glimt mati-matian mencari penyerang. Klub itu baru saja mengukir sejarah setelah memenangkan gelar juara untuk pertama kalinya dan mencetak 103 gol dalam 30 pertandingan. 

Namun, kesuksesan luar biasa itu harus dibayar mahal ketika trio penyerang fenomenal mereka pergi ke mencari tim baru. Pemain sayap, Jens Petter Hauge, dijual ke AC Milan sebelum musim berakhir. Sementara pemain Denmark, Philip Zinckernagel, bergabung dengan Watford. Dan, penyerang tengah, Kasper Junker, dipaksa pindah ke Urawa Red Diamonds.

Mereka perlu mencari pengganti. Tapi, Bodo/Glimt tidak memiliki sumber daya untuk merekrut bintang mahal. Bahkan, menurut standar Norwegia, Botheim bersedia didatangkan secara gratis. Dan, itulah alasan utama kedatangannya.

"Tidak ada harapan sama sekali dari Erik. Dia gagal di Stabaek dan tidak membutuhkan biaya apa pun. Tidak ada yang mengira dia akan berkembang. Tapi, itulah yang terjadi," ujar koresponden Avisa Nordland, Freddy Toresen, mengatakan kepada Goal.

Ada tanda-tanda awal bahwa kebangkitannya terjadi. Botheim berkonsultasi dengan Hauge sebelum pergi ke Bodo/Glimt. Haaland ternyata juga menyuruhnya pergi ke sana. "Erling berpikir Bodo/Glimt akan menjadi tempat yang tepat bagi saya untuk berkembang," kata Botheim. 



Penyerang kelahiran Oslo itu langsung merasa nyaman di lingkungan yang sangat bersahabat. "Chemistry dalam tim ini benar-benar unik dan pelatih (Kjetil Knutsen) percaya pada Botheim sejak awal. Sangat mengesankan melihat apa yang bisa dilakukan, kepercayaan seperti itu kepada seorang pemain," kata komentator TV2, Endre Lubeck.

Jadi, meski kehilangan semua penyerang bintang mereka, Bodo/Glimt kembali memimpin klasemen. Bahkan, mereka berpeluang kembali menjuarai liga untuk kedua kali secara beruntun.

Botheim berada di jantung kesuksesan. Dia mencetak gol di awal debutnya melawan Tromso pada matchday pembuka. "Botheim sangat cerdas dan bisa membaca permainan dengan baik. Itulah mengapa dia sangat cocok dengan tim ini," tambah Lubeck.

Botheim telah mencetak 13 gol di Eliteserien (kasta tertinggi Liga Norweagia) dan mencetak enam gol di kompetisi Eropa. Dia telah mencetak gol melawan Rosenborg dan Stabaek. Itu seperti memberi pelajaran kepada tim-tim yang tidak percaya padanya.

"Erik bukanlah striker tercepat. Tapi, permainan timnya luar biasa. Dia selalu terlibat, dan sangat cerdas di dalam kotak. Penempatannya terus meningkat setiap saat. Dia membuat nama untuk dirinya sendiri di Bodo/Glimt yang megah ini," kata Toresen.

Setelah aksi heroiknya melawan Roma, semua mata kini tertuju kepada Botheim. Jendela transfer Januari 2022 dapat menjadi momen Botheim mengikuti jejak sahabatnya, Haaland, untuk bermain di klub Eropa lain.