Ini lebih mirip penyerang dan kiper yang berduel satu lawan satu. Cek videonya!
Dua dekade lalu, ketika Amerika Serikat dan Kanada sepakat menggelar kompetisi sepakbola bertajuk Major League Soccer (MLS), ada sejumlah aturan yang berbeda dari FIFA. Selain jersey, mereka juga menerapkan sistem adu penalti yang benar-benar aneh. Bahkan, super unik!

Sepakbola di Amerika Utara memang telah lama memiliki keanehan dan keistimewaan yang tidak ditemukan di tempat lain. Mereka menggabungkan cara Eropa memainkan sepakbola dengan manajerial olahraga khas Amerika yang terbukti sukses pada bola basket, American football, baseball, hingga hoki es. 

Cara mengelola khas Amerika itu seperti salary cap (batasan gaji), transfer pemain yang adil dan terbatas, home ground player, hingga sistem waralaba yang diterapkan. Semua itu dikenal dalam NBA, NFL, atau MLB.

Tapi, dari semua kebiasaan sepakbola di Amerika yang benar-benar berbeda dan unik adalah aturan adu penalti. Bagi sebagian orang, khususnya di Eropa, itu adalah pembajakan permainan dunia dan distorsi aturan yang mengisolasi Amerika dari bagian dunia lainnya. Mereka memandangnya sebagai sistem yang norak dan tidak unik.

Namun, bagi yang lain, itu revolusioner. Itu alternatif yang layak untuk sistem tendangan penalti yang digunakan secara global. 

Johan Cruyff, salah satu pemain paling terkenal dan pemikir taktis olahraga yang pernah ada, mengatakan bahwa Eropa harus mengadopsi sistem tersebut. Marco van Basten membuat argumen pada 2017 di lapangan kepada FIFA mengenai sejumlah potensi perubahan aturan.

"Ini spektakuler bagi penonton dan menarik bagi pemain. Mereka menggiring bola, menembak, menunggu, dan penjaga gawang merespons. Ini lebih seperti situasi permainan biasa," kata Van Basten saat itu sambil menyarankan penghapusan aturan offside, kartu kuning, dan beberapa perubahan aturan lainnya, dikutip Goal USA.

Jadi, bagaimana cara MLS melakukan adu penalti? Aturannya sederhana. Pemain hanya perlu berdiri 40 meter dari gawang. Dia memiliki waktu lima detik untuk mengalahkan penjaga gawang satu lawan satu. 

Itu bukan tendangan penalti. Ini lebih mirip tes dribel, keterampilan teknik, kecerdikan, berpikir cepat, kemampuan menembak, dan momentum. Ini sama sekali berbeda dengan penalti konvensional yang hanya berjarak 12 meter, dengan pemain dan kiper berdiri berhadap-hadapan untuk menebak arah bola.

"Saya pikir adu penalti itu menyenangkan. Dan, anda tahu, butuh banyak bakat, adu penalti, dan ada beberapa gol luar biasa dan momen-momen menarik selama adu penalti itu," ujar Bruce Arena.

"Saya pikir itu fantastis. Saya lebih suka. Sebenarnya, di semua kompetisi di seluruh dunia, jika pertandingan sampai ke perpanjangan waktu dan tim memainkan 30 menit perpanjangan waktu dan itu masih seri, saya lebih suka melihat adu penalti daripada tendangan penalti," tambah mantan pelatih timnas AS itu.

MLS adalah pihak yang mempopulerkannya. Tapi, sistem aneh itu sudah ada sejak North America Soccer League (NASL) mencapai puncak kejayaan. Itu adalah masa ketika para pemain seperti Cruyff, Pele, dan George Best mendominasi kompetisi yang sama sekali berbeda dengan liga-liga di Eropa.

Sejak awal liga, NASL menggunakan sistem poin yang sangat berbeda dari bagian dunia lainnya. Tim diberikan enam poin untuk kemenangan dan tiga poin untuk hasil imbang. Klub juga mendapatkan satu poin bonus untuk setiap gol yang dicetak dalam permainan hingga maksimum tiga poin per pertandingan. 



Pada 1977, tahun terakhir Pele di liga, NASL telah melembagakan adu penalti, dengan sistem akhirnya memutuskan Soccer Bowl 1981 antara Chicago Sting dan New York Cosmos. Sayang, pada 1984, NASL gulung tikar, dan sepakbola Amerika digantung oleh seutas benang.

Dengan berdirinya MLS pada 1996, beberapa sistem NASL diadopsi dan digabungkan dengan sepakbola yang dikenal di Eropa.

"Apa yang akan saya katakan kepada anda adalah dari sudut pandang yang sangat egois, saya suka adu penalti, dan saya ingin melihatnya kembali. Saya tidak berpikir itu akan kembali. Tapi, saya pribadi sangat menikmati bagian itu. Tapi, saya juga bisa mengerti di mana kita berada hari ini," kata mantan bintang MLS, Jeff Agoos.

Adu penalti ala MLS dan NASL itu tidak akan pernah hilang dari ingatan, meski tidak digunakan selama dua dekade. "Saya harap kami menerapkannya lagi. Itu unik. Tapi, saya tidak tahu apakah bisa terwujud atau tidak karena di atas kami ada FIFA," kata penyerang Toronto FC, Jozy Altidore.

Seperti yang dikatakan Agoos dan Altidore, tidak ada banyak harapan untuk kembali melihat penalti seperti itu kecuali ada izin FIFA. Jika tidak, adu penalti akan tetap menjadi bagian dari sejarah dan sorotan unik untuk diingat saat MLS terus tumbuh serta menemukan tempatnya di lanskap global.