Liga Premier terkenal dengan kompetisi sengitnya. Fakta itu pula yang membuat kompetisi terbaik di Inggris itu sering kali bongkar pasang di kursi kepelatihan.
Liga Premier terkenal dengan kompetisi sengitnya. Fakta itu pula yang membuat kompetisi terbaik di Inggris itu sering kali bongkar pasang di kursi kepelatihan.

Pergantian pelatih memang seringkali dijumpai di kompetisi tersebut. Bahkan, beberapa klub melakukan lebih dari sekali pergantian pelatih dalam waktu semusim.

Berdasarkan riset yang dilakukan Rantcasino.com melalui data Soccer Base, terdapat enam klub di Liga Premier yang memiliki riwayat pergantian pelatih paling sering sejak 2000.

Posisi pertama ditempati Crystal Palace dengan 27 pergantian pelatih, disusul Leicester City (27), Southampton (24), West Brom Albion (24), Leeds United (22), Aston Villa (21), Chelsea (21), Brighton and Hove Albion (20), Newcastle United (18), Fulham (17), West Ham (17), Wolverhampton Wanderers (15), Sheffield United (13), Tottenham Hotspur (13), Everton (11), dan Burnley (10).

Sementara empat klub raksasa Inggris, Manchester City, Liverpool, Manchester United, dan Arsenal tak banyak melakukan perubahan pelatih. Man City hanya melakukan sembilan suksesi, disusul Liverpool (6), MU (6), dan Arsenal dengan empat pergantian pelatih.

Berikut lengkapnya:

20. Arsenal (4)

19. Manchester United (6)

18. Liverpool (6)

17. Manchester City (9)

16. Burnley (10)

15. Everton (11)

14. Tottenham (13) 

13. Sheffield United (13) 

12. Wolves (15)

11. West Ham (17)

10. Fulham (17)

9. Newcastle (18)

8. Brighton (20)

7. Chelsea (21)

6. Aston Villa (21)

5. Leeds (22)

4. West Brom (24)

3. Southampton (24)

2. Leicester (27)

1. Crystal Palace (27)

Fakta ini kemudian direspons Thomas Tuchel. Suksesor Frank Lampard itu mengaku dirinya menghadapi permintaan sulit, khususnya dari pendukung setia The Blues, untuk memenangkan setiap permainan bersama tim asal London Barat.

Para fans menilai kepergian Lampard sangat menyakitkan, meski mereka sudah terbiasa melihat keluar-masuk pelatih di Stamford Bridge. “Tidak ada yang mengharapkan saya berada di sini terlalu lama,” kata Tuchel.

Sementara big boss Chelsea, Roman Abramovich, merasa pihaknya tidak punya pilihan selain bertindak. Apalagi, timnya mengalami lima kekalahan dari delapan pertandingan di kompetisi. Alasan itu pula yang membuat pengusaha Rusia ini menunjuk Tuchel sebagai pelatih ke-12, sekaligus menjadi catatan kejam sepanjang dirinya berkuasa.

Namun, terlepas dari stereotip tersebut, bukan hanya Chelsea yang diklaim sebagai klub paling sering berpisah dengan pelatih kepala mereka sejak era milenial.

Perubahan Pelatih di Liga Premier

Selama Arsenal dan MU diasuh oleh Arsene Wenger dan Sir Alex Ferguson, sekaligus membuat keduanya sebagai rival abadi sepanjang masa, terdapat catatan khusus mengenai mereka.

Kedua pelatih legendaris itu menjadi pengecualian karena tercatat sebagai pelatih terlama menjalankan tugas. Catatan itu pula yang membuat Arsenal maupun MU jarang melakukan pergantian pelatih.

Hal mengejutkan justru dilakukan Tottenham. Mereka tercatat melakukan sejumlah pergantian pelatih, kendati Daniel Levy biasanya lebih banyak mengabaikan posisi pelatih.

Entah alasan atau momen yang pas, tapi Levy melakukan sejumlah perubahan posisi pelatih saat dirinya berkuasa. Sebut saja Glenn Hoddle, Martin Jol, Juande Ramos, Harry Redknapp, dan Mauricio Pochettino yang berhasil disingkirkan.

Tapi, jika dibandingkan status kejam, Tottenham belum sebanding dari Palace dan Leicester. The Foxes menunjukkan betapa kejamnya mereka ketika mereka memecat Claudio Ranieri hanya beberapa bulan setelah memenangkan gelar Liga Premier.

Sementara keputusan Palace sering kali dianggap lebih adil, bahkan Frank de Boer tidak mengeluh saat menerima perintah mundur usai The Eagles gagal mencetak gol di bawah asuhannya.