Momen itu terjadi dalam 15 musim. Mungkinkah Paris Saint Germain bakal ke final.
Paris Saint-Germain (PSG) akhirnya melewati Barcelona di babak 16 besar Liga Champions. Les Parisiens berpeluang ke final karena statistik dalam 15 musim terakhir membuktikan hanya ada 1 tim finalis yang tidak berjumpa El Barca di fase knock-out.

Dengan bekal kemenangan 4-1 pada leg pertama di Camp Nou, PSG akhirnya melangkah mulus ke perempat final seusai bermain imbang 1-1 di Parc des Princes. Hasil yang disambut gembira suporter PSG, tapi harus diratapi para pendukung Barcelona.

Meski kalah, Barcelona punya status unik di Liga Champions. Klub Katalunya tersebut layaknya "king maker" di kompetisi sepakbola antarklub paling prestisius di Eropa. Pasalnya, dalam 15 musim terakhir, 14 musim diantaranya terhubung dengan aksi Lionel Messi dkk. 

Catatan menunjukkan, sejak 2005/2006, Barcelona juara 4 kali (2005/2006, 2008/2009, 2010/2011, 2014/2015). Kecuali 2017/2018 saat Real Madrid berjaya, 10 tim yang mampu mencapai final harus melewati Barcelona di fase knock-out (Barcelona dikalahkan AS Roma di perempat final). Bahkan, 6 klub beruntung mampu mengangkat tinggi-tinggi "Si kuping besar".

Berikut ini 10 tim finalis Liga Champions dalam 15 musim terakhir yang mencapai final setelah mengalahkan Barcelona di babak gugur: 


1. Liverpool 2006/2007 (runner-up)

Berstatus juara bertahan, Barcelona harus bertemu Liverpool di babak 16 besar. Diwarnai selebrasi legendaris bermain golf ala John Arne Riise di Camp Nou, Liverpool akhirnya menyingkirkan Barcelona melalui mekanisme keuntungan gol tandang dalam agregat 2-2 (2-1, 0-1).

Setelah mengalahkan PSV Eindhoven di perempat final dan Chelsea di semifinal, Liverpool ditantang AC Milan di final. Dengan misi membalas dendam kekalahan di Istanbul 2 musim sebelumnya, I Rossoneri sukses memetik kemenangan Filippo Inzaghi.


2. Manchester United 2007/2008 (juara)

Ini adalah musim ketika Cristiano Ronaldo gagal menceploskan bola pada adu penalti melawan Chelsea di Moscow dalam cuaca hujan. Sialnya, John Terry juga terpeleset sehingga gelar Liga Champions kembali menjadi milik The Red Devils.

Tapi, ada perjuangan yang harus dijalani MU sebelum menjadi juara. Mereka harus beklerja sangat keras untuk menyingkirkan Barcelona di semifinal. Dengan Lionel Messi, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dan Samuel Eto'o dalam kondisi terbaik, MU butuh gol roket Paul Scholes untuk membawa ke final setelah unggul agregat 1-0 (0-0, 1-0).

Itu menjadi jawaban sempurna dari ambisi Scholes untuk menjuarai Liga Champions di lapangan. Pasalnya, saat MU juara pada 1998/1999, dia tidak bisa bermain di final melawan Bayern Muenchen karena hukuman kartu.


3. Inter Milan 2009/2010 (juara)

Liga Champions 2009/2010 layaknya opera sabun yang melibatkan tiga nama, yaitu Jose Mourinho, Samuel Eto'o, dan Zlatan Ibrahimovic. Eto'o pindah ke Inter Milan, sementara Ibrahimovic menyeberang ke Barcelona. Dibantu taktik parkir bus Mourinho, Inter juara setelah melewati Barcelona di semifinal.

Babak 4 besar musim itu jauh lebih panas dari final melawan Bayern Muenchen. Sebagai juara bertahan, Barcelona benar-benar kesulitan menghadapi taktik defensif Mourinho. Setelah kalah 1-3 di Milan, Barcelona hanya menang 1-0 di Katalunya.

Tensi semakin panas karena di akhir pertandingan Mourinho merayakan kemenangan dengan sebuah selebrasi provokasi ke arah pengunjung Camp Nou. Itu sebuah luapan kepuasaan Mourinho karena selama kariernya di Real Madrid, suporter Barcelona sering melecehkan dirinya dengan menyebut sebagai "penerjemah".


4. Chelsea 2011/2012 (juara)

Lagi-lagi, Barcelona berstatus juara bertahan setelah pada 2010/2011 mengalahkan Manchester United di Wembley. Tapi, saat bermain di semifinal melawan Chelsea, situasinya berbeda. The Blues memiliki kartu as dalam diri Fernando Torres.

Ketika Barcelona butuh gol ketiga untuk membuat skor agregat 3-2 setelah kalah 0-1 di London, El Nino justru menakhlukkan Victor Valdes lewat aksi khas solorun. Gol itu lahir pada menit 92. Chelsea menang dan akhirnya mengalahkan Bayern Muenchen di final melalui adu penalti untuk meraih trofi perdananya.


5. Bayern Muenchen 2012/2013 (juara)

Untuk kedua kalinya secara beruntun, Barcelona kalah di semifinal. Kali ini giliran Bayern Muenchen yang unggul mutlak 4-0 dan 3-0 pada dua pertemuan kandang-tandang. Itu semakin menyakitkan karena mimpi UEFA menggelar El Clasico di final Liga Champions gagal setelah Borussia Dortmund juga menyingkirkan Real Madrid. Akhirnya, Bayern juara setelah mengalahkan Dortmund.


6. Atletico Madrid 2013/2014 (runner-up)

Rival domestik yang bertemu di Eropa terkadang memang menyulitkan. Barcelona sudah membuktikannya ketika bertemu Atletico Madrid pada perempat final 2013/2014. Hanya mampu bermain imbang 1-1 di Camp Nou, Atletico akhirnya unggul 1-0 di Estadio Vicente Calderon.

Sayang, setelah menyingkirkan Chelsea di semifinal, Atletico tidak mampu berbuat banyak melawan Real Madrid di final. Mereka menyerah 1-4 melalui babak perpanjangan waktu.


7. Atletico Madrid 2015/2016 (runner-up)

Setelah Liga Champions 2014/2015 menjadi milik Barcelona, Atletico Madrid ditakdirkan menjadi lawan di perempat final lagi. Hasilnya, sama saja. Los Colchoneros lolos ke semifinal, mengalahkan Bayern Muenchen di semifinal, dan harus bertemu Real Madrid di final. Sayang, mereka kalah lagi. Kali ini melalui adu penalti.


8. Juventus 2016/2017 (runner-up)

Perempat final hasil maksimal Barcelona pada 2016/2017. Mereka harus menyerah 0-3 dari Juventus di Turin sebelum bermain imbang 0-0 di Katalunya. Itu pembalasan sempurna untuk kekalahan di final 2014/2015. Tapi, La Vecchia Signora seperti ditakdirkan tidak akan menjuarai Liga Champions. Mereka dikalahkan Real Madrid di final.


9. Liverpool 2018/2019 (juara)

Mungkinkah sebuah tim besar bertabur bintang seperti Barcelona harus gagal ke final Liga Champions setelah memimpin 3-0 di leg pertama semifinal? Jawabannya, sangat mungkin!

Itu terjadi pada 2018/2019 saat Lionel Messi dkk menghadapi Liverpool. Mereka unggul 3-0 di Camp Nou lewat Luis Suarez dan Messin (2 gol). Tapi, ketika bertanding di Anfield, situasinya berbalik 180 derajat. Hanya butuh kecerdikan Trent Alexander-Arnold saat mengambil tendangan sudut, The Reds melangkah di final dengan kemenangan 4-0 (4-3 agregat).

Di final, Liverpool tidak menyia-nyiakan kesempatan seperti musim sebelumnya saat Loris Karius blunder melawan Real Madrid. Kali ini, The Reds tampil solid selama 90 menit untuk menyingkirkan Tottenham Hotspur di Estadio Wanda Metropolitano, Madrid.


10. Bayern Muenchen 2019/2020 (juara)

Pandemi Covid-19 mengubah semuanya, termasuk format fase knock-out Liga Champions. Pertandingan yang biasanya menganut sistem home-away diubah menjadi satu pertandingan di tempat netral dan tanpa penonton.

Perubahan radikal tersebut  ternyata juga ikut mempengaruhi mentalitas semua pemain bintang Barcelona ketika berhadapan dengan Bayern Muenchen di perempat final. Bayangkan, Lionel Messi dan Luis Suarez harus menjadi saksi kekalahan 2-8 dari FC Hollywood.

Itu kekalahan terburuk mereka sejak menyerah 0-8 dari Sevilla pada Copa del Generalisimo 1946. Yang lebih menyakitkan, skor fantastis tersebut menjadi bahan ejekan warga dunia maya hingga hari ini.

Sebaliknya, Bayern tampil di final dengan kepercayaan diri tinggi. Mereka mengalahkan PSG. FC Hollywood juga sukses mengakhiri musim ini dengan gelar juara Bundesliga dan DFB-Pokal. Lalu, dilanjutkan DFL-Supercup, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.