Ketika Anda memiliki pelatih dengan disiplin ketat, pemberontakan pemain pasti terjadi. Seperti Inggris 2010 era Capello.
Agak repot kalau sebuah tim dihuni oleh nama-nama besar. Ada gengsi dan ego disana. Dua hal itu bisa menjadi Boomerang. Alih-alih tampil solid, tak jarang konflik internal menggerogoti dan yang didapat malah hasil buruk. Dan hal tersebut sering terjadi di turnamen besar.

Contoh terbaru, konflik yang melibatkan Olivier Giroud dan Kylian Mbappe di timnas Prancis. Dimana dalam persiapan Euro 2020, saat melawan Bulgaria, seorang Giroud menyindir Mbappe yang menurutnya bermain tidak sebagai tim.

Giroud juga meyakini Perancis bisa mencetak lebih banyak gol jika Mbappe bermain lebih efisien dalam menyerang. Mbappe kemudian dikabarkan ingin mengadakan konferensi pers sendiri untuk menanggapi ucapan Giroud itu.

Nah, dalam hubungannya dengan cerita di atas. Kami telah mengumumkan beberapa momen perselisihan internal yang terjadi saat turnamen besar seperti Euro atau Piala Dunia. Dan hampir semua negara ini gagal total dalam prosesnya. Siapa saja? Ini dia :


1. Prancis, Piala Dunia 2010

Pada Piala Dunia 2010, Les Bleus benar-benar berantakan. Dan ada perselisihan di tempat latihan antara Patrice Evra dengan manajer Prancis waktu itu, Raymond Domenech.

Bukan hanya Evra, tapi juga menyulut Nicolas Anelka, dimana ia marah sesaat setelah ditarik keluar pada babak pertama dalam pertandingan kedua Prancis melawan Meksiko. Akibatnya tentu saja ialah kinerja yang buruk di lapangan, Prancis gagal untuk memenangkan satu pertandingan grup satupun.


2. Belanda, Euro 1996

Dugaan perselisihan tentang gaji, rasisme, dan bahkan layanan katering yang tidak buruk mewarnai perjalanan Belanda di Euro 1996.

Satu hal lagi, gelandang bintang Edgar Davids dikirim pulang setelah mengatakan manajer Guus Hiddink "harus berhenti menempatkan kepalanya di pantat beberapa pemain." Menyambung hal itu, Clarence Seedorf secara terbuka mengkritik pemilihan skuad.

Setelah melewati babak grup dan di antaranya kalah 1-4. Langkah Belanda berhenti di babak perempat final, kalah dari Prancis melalui adu penalti.


3. Argentina, Copa America 2015

Sebelum turnamen digelar Argentina sudah dalam kekacauan, dimana federasi belum menunjuk pengganti presiden Julio Humberto Grondona, yang meninggal pada 2014.

Dan ketika mereka kalah di final yang menegangkan dari Chili melalui adu penalti pada tahun 2015, perasaan itu memuncak.

Messi, Mascherano, Higuaín, Di María, Banega, Biglia, Aguero dan Lavezzi semuanya mengancam akan keluar dari tim nasional karena keadaan yang tidak menentu itu.

3. Inggris, Piala Dunia 2010

Ketika Anda memiliki pelatih yang menerapkan disiplin ketat minta ampun, maka pemberontakan pemain pasti akan terjadi. Dan itulah yang dirasakan Fabio Capello ketika menahkodai Inggris di Piala Dunia 2010.

Biangnya ialah kapten tim, John Terry. Dimana pemain Chelsea ini bandel.
Terry mengakui bahwa ia menantang otoritas sepak bola Italia dengan menegaskan para pemain harus diizinkan minum bir.

Permintaan itu dibuat setelah hasil imbang yang buruk melawan Aljazair.
Pada turnamen itu The Three Lions berakhir di babak 16 besar di tangan Jerman dalam kekalahan 1-4 yang memalukan.

4. Jerman Barat, Piala Dunia 1974

Ini cerita yang agak lain. Pada Piala Dunia 1974, beberapa pemain Jerman Barat dikecewakan oleh bonus juara sebesar £5,000 dan mereka minta dinaikan menjadi £17,000, yang mana itu jumlah yang sama dengan yang diterima rival mereka, Italia dan Belanda.

"Kalian serakah dan jika orang mengetahui apa yang kalian lakukan, mereka akan meludahi kalian di jalan," kata manajer Helmut Schon kepada para pemainnya saat itu.

Mendengar itu, Franz Beckenbauer mengumpulkan pasukan, setelah Schon mengatakan dia akan memilih tim lapis kedua, dan yang luar biasa justru mereka akhirnya memenangkan turnamen, meskipun ada cerita tentang minum dan merokok larut malam sampai fajar.


5. Belanda, Euro 2012

Belanda tampaknya tidak belajar dari pengalaman masa lalu. The Oranje gagal memenuhi ekspektasi penggemar mereka sebagai salah satu favorit turnamen dan bahkan mereka kehilangan point di setiap pertandingan di babak penyisihan grup di Euro 2012.

Perselisihan antara Robin van Persie dan Klaas-Jan Huntelaar membuat keduanya tidak bisa bermain bersama. van Persie merasa lebih pantas dipilih karena status klub. Sementara Gregory van der Wiel dituduh kurang fokus dan lebih peduli dengan label fesyennya.

6. Italia, Piala Dunia 1974

Giorgio Chinaglia sebetulnya merupakan striker hebat, tapo ia lebih terkenal karena sulit untuk mengelola emosi.

Buktinya, setelah dia diganti saat melawan Haiti karena teledor memanfaatkan peluang untuk mencetak gol, emosi Chinaglia meletus.

Saat ia berjalan ke sideline, Chinaglia mengatakan kepada pelatih Valcareggi "f*** off" sebelum akhirnya menghancurkan ruang ganti.

Dalam turnamen ini Italia bahkan tak lolos fase grup.

7. Amerika Serikat, Piala Dunia 1998


Setelah Steve Sampson memimpin tim ke semifinal Copa America pada tahun 1995, ia dipromosikan dari pelatih sementara menjadi pelatih penuh waktu.

Namun pada tahun 1998, semua itu berubah sebaliknya. Amerika Serikat hancur-hancuran di Piala Dunia 1998, mereka kehilangan points di tiga beruntun

Sebagian berkat Sampson yang mengeluarkan kapten John Harkes dari tim setelah ketidaksepakatan tentang taktik tim.

Sampson kemudian membuat kesal skuadnya dengan memasukkan pemain yang hampir tidak tampil di kualifikasi untuk skuad Piala Dunia 1998-nya.
Harkes kemudian berkata: "Semakin banyak (Sampson) melatih, semakin buruk yang kami dapatkan."