Dibuka kemenangan 3-0 Brasil atas Venezuela, ini jadi turnamen paling kontroversial dalam sejarah. Mengapa?
Dalam sejarah sepakbola internasional, tidak ada turnamen yang memiliki level kontroversial seperti Copa America 2021. Jika Euro 2020 digelar saat Covid-19 sudah bisa diatas di Eropa, ajang antarnegara Amerika Selatan itu justru berlangsung di tengah lonjakan kasus. Penuh muatan politik dan ekonomi.

Setelah ketidakpastian tentang negara mana yang akan menjadi tuan rumah, Mahkamah Agung Brasil mendengar tentang kemungkinan penundaannya, dan infeksi Virus Corona yang dilaporkan oleh tiga tim, Copa America 2021 yang telah lama tertunda dibuka di Ibu Kota Brasil, Brasilia.

Tuan rumah Brasil membuka pertandingan internasional melawan Venezuela pada Senin (14/6/2021) pagi WIB. Selecao menghajar Venezuela 3-0. Lalu, pada pertandingan kedua, Kolombia mengalahkan Ekuador 1-0.

Pertandingan pembukaan berlangsung hanya beberapa hari setelah otoritas kesehatan setempat melaporkan bahwa para pemain dan staf Venezuela dinyatakan positif Covid-19. Pandemi itu telah menghancurkan Brasil dan menyebabkan lebih dari 486.000 kematian.

Secara keseluruhan, 13 anggota delegasi Venezuela dinyatakan positif terkena virus, termasuk staf pelatih. Bolivia kemudian mengatakan tiga pemainnya dan seorang pelatih juga dinyatakan positif dan diisolasi menjelang debut melawan Paraguay, Selasa (15/6/2021) pagi WIB. Pada Minggu (13/6/2021), dua anggota delegasi Kolombia juga dinyatakan positif.

Copa America telah diganggu oleh ketidakpastian setelah turnamen ditunda 12 bulan karena pandemi dan tuan ruma asli Kolombia terpaksa mundur karena kerusuhan sosial yang sedang berlangsung dan Argentina batal karena melonjaknya infeksi Covid-19.

CONMEBOL mengumumkan akhir bulan lalu bahwa Brasil akan menjadi tuan rumah turnamen tersebut. Itu menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran baru tentang apakah acara tersebut akan memperburuk krisis Virus Corona yang sedang berlangsung di negara Amerika Selatan itu.



Monica Yanakiew dari Al Jazeera, melaporkan dari Rio de Janeiro bahwa Brasil diperkirakan akan mencapai tonggak suram setengah juta kematian akibat Virus Corona selama atau segera setelah turnamen.

Negara ini telah melaporkan lebih dari 486.000 kematian dan lebih dari 17,3 juta kasus hingga saat ini. Menurut penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins dan para ahli kesehatan telah memperingatkan bahwa gelombang pandemi lain mungkin segera terjadi.

Copa America juga datang di tengah penyelidikan parlemen yang sedang berlangsung tentang bagaimana pemerintah sayap kanan pimpinan Presiden Jair Bolsonaro telah menangani pandemi. Parlemen menyebutnya sebagai kegagalan besar pemerintah.

"Setiap hari dalam penyelidikan di DPR, orang-orang mendiskusikan tentang mengapa pemerintah meremehkan virus itu. Presiden sendiri tidak memakai masker, mengadakan rapat umum, memiliki kerumunan, mengatakan bahwa masker tidak diperlukan, mengatakan bahwa jarak sosial tidak diperlukan. Ini yang melatarbelakangi event olahraga ini," ujar Yanakiew.

Bolsonaro, seorang skeptis Covid-19 pernag didenda Rp1.500.00 oleh negara bagian Sao Paulo pada Sabtu (12/6/2021) karena tidak mengenakan masker selama pawai sepeda motor dengan banyak pendukungnya. Dia juga bersikeras bahwa Copa America harus dilanjutkan.

"Ada kepentingan dalam mewujudkan Copa America. Pemerintah ingin menunjukkan bahwa negara siap menjadi tuan rumah. Padahal, kenyataannya tidak. Dan, penyelenggara ingin menjamin keuntungan mereka dari hak siar TV dan kesepakatan sponsor," kata Sosiolog dari Universitas Federal Fluminense, Rodrigo Moreira, kepada kantor berita AFP.

Ahli epidemiologi, staf dalam penyelidikan parlemen Virus Corona, serta beberapa pemain dan pelatih, telah menyuarakan keprihatinan tentang Brasil yang menjadi tuan rumah turnamen tersebut.

Tapi, Mahkamah Agung negara itu pada Jumat (11/6/2021) memutuskan Copa America dapat dilanjutkan. Tapi, Hakim Agung memerintahkan pihak berwenang untuk mengambil langkah-langkah keamanan tambahan.

"Tugas (gubernur dan walikota) untuk menetapkan protokol kesehatan yang sesuai dan memastikan protokol tersebut dihormati untuk menghindari Copavirus, dengan infeksi baru dan munculnya varian baru," tulis Hakim Agung, Carmen Lucia, dalam putusannya.