Jangan salahkan Milan Skriniar.
Real Madrid beruntung memiliki kiper andal dalam diri Thibaut Courtois. Kiper asal Belgia itu menjadi penentu kemenangan Los Blancos saat menghadapi Inter Milan di laga perdana penyisihan grup Liga Champions.

Tentu itu bukan sebuah keberuntungan bagi Madrid, apalagi kedua klub bermain cukup alot dengan aktif melakukan serangan sepanjang pertandingan.

Akan tetapi, keberadaan Courtois menjadi pembeda di bawah mistar gawang Madrid. Mantan kiper Chelsea itu tampil sangat mengesankan dalam pertandingan tersebut.

Hal itu nampaknya menjadi kebanggaan tersendiri bagi Madrid. Kemenangan atas Inter di Giuseppe Meazza tidak jauh dari kinerja kiper terbaik dunia yang banyak melakukan aksi penyelamatan. 

Salah satu kiper terbaik dunia tersebut tampil memukau dengan memberikan segalanya, hingga Madrid memastikan kemenangan melalui gol semata wayang yang dicetak Rodrygo pada menit ke-89.

Courtois melakukan penyelamatan di Milan, termasuk penyelamatan reaksi jarak dekat yang menakjubkan dari tembakan Edin Dzeko. Sulit tidak menyebut dia sebagai kunci kemenangan Los Blancos dalam pertandingan dini hari tadi, meskipun tak melupakan kecemerlangan individu dari Rodrygo pada menit-menit akhir pertandingan. 

Begitu Anda mengatakan Courtois adalah yang terbaik di dunia, orang-orang siap menyerang Anda, terutama penggemar rival sekotanya, yaitu Atletico Madrid yang ingin mempertahankan Jan Oblak sebagai kiper terbaik. 

Akan tetapi, kiper berusia 29 tahun itu membuktikannya selama dua tahun bersama timnas dan Madrid. Courtois secara konsisten menyelamatkan timnya seperti yang dia lakukan di Milan. Dia juga menjadi penentu dalam kemenangan Madrid meraih gelar La Liga musim 2019/2020.

Sementara di sisi lain, patut diakui Inter memiliki permainan yang luar biasa. Salah satu ditunjukkan Milan Skriniar. Dia seolah-olah memiliki jangkauan tak terbatas untuk dalam merebut bola.

Bek asal Slovakia berusia 26 tahun itu sepertinya selalu bisa memotong setiap umpan ke Karim Benzema atau menghentikan Vinicius Jr yang berlari ke area penalti, dan dia tidak bisa disalahkan atas gol akhir yang dicetak Rodrygo.

Di lain sisi juga Miguel Gutierrez menunjukkan bahwa dia bisa bermain di San Siro?

Namun bagaimanapun itu, gol semata wayang dari Rodrygo membuat Inter harus mengakui kekalahan dari Madrid di Giuseppe Meazza.



Barangkali kita tidak heran melihat Carlo Ancelotti memainkan David Alaba menjadi bek tengah di timnya, tetapi kejutan pada pertandingan tersebut adalah dimainkannya Nacho Fernandez di posisi bek sebelah kiri.

Nacho selalu dapat diandalkan, tetapi dia tidak berkontribusi sebanyak yang dilakukan Miguel. Ancelotti sepertinya lebih memilih pengalaman daripada kekuatan muda.

Sementara Eden Hazard tidak terlihat aksinya, apalagi Ancelotti mengejutkan penggemar dengan starting XI.

Namun, yang menggantikan posisi Hazard bukan Asensio, Rodrygo, Camavinga, atau Isco, tetapi yang terpilih adalah Lucas Vazquez. Dia memiliki sesuatu yang tampaknya disukai dan dikagumi oleh semua pelatih Madrid.

Permainan Los Blancos pada debut perdananya di Liga Champions musim ini sepertinya merupakan kejutan ketika tidak melihat Hazard selama satu menit dalam pertandingan yang begitu penting.