Poll ternyata baru tersadar. Ketika Simunic melakukan protes berlebihan kepada dirinya, kartu kuning ketiga diberikan.
Dalam aturan pertandingan sepakbola, seorang pemain yang mendapatkan 2 kartu kuning otomatis harus meninggalkan lapangan karena bermakna 1 kartu merah. Tapi, bagaimana jika sang pemain mendapat 3 kartu kuning?

Kisah konyol itu terjadi di pertandingan yang tidak bisa dianggap main-main. Itu adalah salah satu pertarungan fase grup Piala Dunia 2006 ketika Australia menghadapi Kroasia di Mercedes-Benz Arena, Stuttgart, 22 Juni 2006 di depan 52.000 pasang mata.

Itu adalah pertandingan yang dipimpin Graham Poll. Dia adalah pengadil legendaris asal Inggris. Di kampung halamannya, Poll dianggap sebagai yang terbaik, layaknya Pierluigi Collina di Italia.

Namun, sebagai manusia, Poll juga tidak bisa lepas dari kesalahan. Dia harus memimpin laga yang sangat krusial buat kedua tim. Kroasia butuh kemenangan untuk lolos ke babak 16 besar. Sementara Australia cukup bermain imbang dengan skor berapa pun.

Sejak kick-off, pertandingan berlangsung ketat. Kroasia langsung mengebrak ketika Poll meniup peluit dimulainya duel. Umpan-umpan taktis dan tusukan ke jantung pertahanan Austrlia mereka lakukan. Hasilnya, negeri pecahan Yugoslavia tersebut langsung mencetak gol di menit 2 melalui Darijo Srna.

Tersentak dengan gol itu, Australia bangkit. The Socceroos menyamakan kedudukan pada menit 38 lewat tendangan penalti Craig Moore. Tapi, Kroasia sekali lagi memimpin setelah Niko Kovac menjebol gawang Mark Schwarzer pada menit 56.

Lagi-lagi, Australia membalas. Tim dari Negeri Kanguru itu kembali berhasil mencetak gol penyama kedudukan. Kali itu giliran Harry Kewell di menit 79. Setelah itu, tidak ada gol lagi yang tercipta. Skor imbang cukup untuk Australia menemani Brasil maju ke fase knock-out dan Kroasia harus pulang ke Zagreb.

Menariknya, bukan hasil pertandingan yang diperbincangkan banyak orang. Media justru menyoroti insiden kontroversial yang terjadi di penghujung laga. Pada menit 93 sang wasit menghadiahi bek Kroasia, Josip Simunic, kartu kuning yang berubah menjadi kartu merah.

Normal? Tentu saja, jika dilihat sekilas. Tapi, jika mengikuti pertandingan tersebut sejak awal, apa yang dikerjakan Poll sebagai kasalahan fatal. Sebab, seharusnya kartu merah Simunic keluar pada menit 89 setelah mendapatkan kartu kuning kedua. Kartu kuning pertamanya lahir pada menit 61. Jadi, Simunic mendapat total 3 kartu kuning!



Saat Poll tidak mengeluarkan kartu merah pada menit 89, sejumlah pemain dan ofisial Australia sebenarnya sudah melakukan protes. Tapi, dia bergeming dan tetap tidak mengusir Simunic. Beberapa menit kemudian, Poll ternyata baru tersadar. Ketika Simunic melakukan protes berlebihan kepada dirinya, kartu kuning ketiga diberikan, yang langsung berbuah kartu merah.

Beberapa bulan setelah kompetisi, Poll berbicara kepada media Inggris. Dia mengakui kesalahan fatalnya. Lalu, Poll menjelaskan kronologi kenapa dirinya bisa mengeluarkan 3 kartu kuning pada pemain yang sama.

"Pada menit 89 ketika saya mengeluarkan kartu kuning. Saya menulis nomor punggung dengan benar. Tapi, dengan nama yang salah. Saya menulisnya untuk pemain nomor 3 milik Australia (Craig Moore). Itu baru pertama kali terjadi dalam 26 tahun karier saya," ungkap Poll pada 2006, dilansir BBC Sport.

Bagi wasit hebat seperti Poll, kesalahan tersebut ibarat setitik noda dalam perjalanan panjang kariernya. Pasalnya, sang pengadil memiliki reputasi membanggakan. Selama bertahun-tahun, dia merupakan salah satu wasit terbaik yang pernah dimiliki Inggris. Dia juga bertugas di Piala Dunia 2002 dan Euro 2000.

Poll berhenti sebagai wasit sepakbola internasional pada 29 Juni 2006 dengan alasan kesalahan tersebut. Tapi, dia tetap menjadi wasit di Liga Premier hingga akhir musim 2006/2007. "Dia adalah wasit yang luar biasa dan olahragawan hebat, yang akan mampu mengatasi situasi ini berkat kepribadiannya yang kuat dan kecintaannya pada permainan," ujar Ketua Komite Wasit FIFA saat itu, Maria Villar Llona.

Setelah pensiun, Poll tetap beraktivitas di sepakbola. Dia muncul beberapa kali di acara radio sepakbola populer, World Soccer Daily. Dia juga tampil mingguan di Chappers Premier League Podcast bersama Mark Chapman dan Kevin Day serta memiliki kolom khusus di Daily Mail.

Poll juga muncul secara teratur sebagai pakar di acara Setanta Sports Football Matters pada Senin malam yang dibawakan oleh James Richardson dan Rebecca Lowe. Sejak akhir 2009, Poll juga muncul sebagai peninjau makalah berita reguler di Sky News Sunrise.

"Apa yang saya lakukan adalah kesalahan hukum. Tidak ada perselisihan. Itu bukan karena arahan FIFA. Itu bukan karena saya diminta untuk menjadi wasit secara berbeda dengan cara saya menjadi wasit di Liga Premier. Hukum permainannya sangat spesifik. Wasit bertanggung jawab atas tindakannya di lapangan permainan. Saya wasit malam itu. Itu adalah kesalahan saya dan tanggung jawab berhenti bersama saya," ungkap Poll.

"Sudah waktunya bagi orang lain di Inggris untuk pergi (menjadi wasit FIFA) dan saya akan melakukan semua yang saya bisa untuk mempersiapkan mereka. Tapi, bagi saya turnamen sepakbola sudah berakhir," tambah Poll, saat mengumumkan pensiun.

Sebaliknya, Simunic saat itu bermain untuk Hertha Berlin di Bundesliga. Dia terus bermain hingga pensiun bersama Dinamo Zagreb pada 2004. Lalu, Simunic beralih profesi menjadi pelatih. Dia adalah pelatih Kroasia U-19 setelah pada 2015-2017 membantu Ante Cacic di timnas senior.