Unik, semua pelatih tim Liga Premier adalah mantan pemain sejak kepergian Mourinho. Siapa paling hebat sebagai pemain?
Dengan kepergian Jose Mourinho dari Tottenham Hotspur, maka kini semua pelatih Liga Premier memiliki riwayat sebagai mantan pemain profesional. Ada yang biasa-biasa saja. Tapi, beberapa lainnya bergelimang trofi.

Menjadi pelatih setelah pensiun sebagai pemain sepakbola profesional level atas dijalani banyak nama populer. Tidak hanya di Liga Premier, La Liga, Serie A, Bundesliga, atau Ligue 1, melainkan juga di banyak tempat di seluruh dunia. Itu sudah seperti tradisi.

Meski pemain yang hebat tidak selalu bisa menjadi pelatih jempolan, fakta menunjukkan banyak pesepakbola yang langsung mengambil lisensi kepelatihan setelah gantung sepatu. Jika beruntung, mereka bisa melatih tim di kompetisi elite. Jika tidak, menukangi tim junior bisa dilakukan.

Catatan Liga Premier musim ini menunjukkan hal menarik. Sejak Mourinho kehilangan jabatan di Tottenham Hotspur, semua pelatih klub di kompetisi elite Inggris adalah mantan pemain. Karier mereka di lapangan bervariasi. Tapi, mereka bermain di level profesional, beda dengan Mourinho yang hanya sebagai hobi.

Berikut ini peringkat 20 pelatih Liga Premier 2020/2021 berdasarkan perjalanan karier sebagai pemain:


20. Brendan Rodgers (Leicester City)

Posisi: Bek

Tim terbaiknya: Reading

Brendan Rodgers melakukan peralihan awal ke kepelatihan setelah karier bermainnya dipotong sangat pendek karena kondisi lutut genetik. Dia menghabiskan beberapa tahun bermain dengan tim cadangan Reading. Tapi, dia juga tampil di kompetisi non-liga selama beberapa tahun setelah pensiun resminya.


19. Thomas Tuchel (Chelsea)

Posisi: Bek

Tim terbaiknya: Stuttgart Kickers, SSV Ulm

Thomas Tuchel memulai CV kepelatihan sejak usia dini setelah karier bermain yang singkat. Mantan bek ini menghabiskan beberapa tahun bermain di Bundesliga 2 dan Liga 3 sebelum pensiun pada usia 25 tahun karena cedera tulang rawan lutut.


18. Marcelo Bielsa (Leeds United)

Posisi: Bek

Tim terbaiknya: Newell’s Old Boys

Marcelo Bielsa tidak memiliki karier bermain yang lama. Pemain Argentina itu menghabiskan lima tahun bermain sepakbola profesional di Argentina. Dia mewakili Newell’s Old Boys, Instituto, dan Argentino de Rosario sebelum pensiun pada usia 25 tahun karena cedera.

Segera setelah pensiun, Bielsa kembali ke Newell’s untuk bekerja sebagai pemandu bakat, pelatih di akademi, hingga pelatih senior. Dia punya karier kepelatihan yang panjang dan dikenal sebagai penemu sejumlah pesepakbola top Negeri Tango masa lalu dan sekarang.


17. Graham Potter (Brighton and Hove Albion)

Posisi: Bek kiri

Tim terbaiknya: Birmingham City, Stoke City, Southampton, West Bromwich Albion

Graham Potter awalnya dikenal sebagai pelatih di Swedia dengan Ostersund. Tapi, dia menghabiskan sebagian besar karier bermainnya di sekitar Midlands, mewakili total 11 tim. Membuat terobosan di Birmingham City pada 1992, Potter pensiun di Macclesfield Town pada 2005 dalam usia 30 tahun.


16. Roy Hodgson (Crystal Palace)

Posisi: Bek

Tim terbaiknya: Crystal Palace

Roy Hodgson bukanlah pemain yang bagus. Pendekatan langsung dan tanpa basa-basi terhadap manajemen mungkin menjelaskan hal ini. Hodgson adalah bek yang bekerja keras, tidak ada yang istimewa sama sekali. Satu-satunya hal penting yang dia lakukan sebagai pemain adalah mematahkan boikot olahraga Afrika Selatan (karena sistem rasis sistemik Apartheid) ketika bermain untuk Berea Park.


15. David Moyes (West Ham United)

Posisi: Bek tengah

Tim terbaiknya: Glasgow Celtic, Bristol City, Dunfermline, Preston North End

Meski menjadi bagian dari tim Glasgow Celtic yang memenangkan gelar 1981/1982 di awal karier bermainnya, David Moyes tidak pernah mencapai ketinggian individu tertentu sebagai pemain setelah itu. Sebagian besar penampilan profesionalnya datang di Dunfermline dan Preston. Di Preston jugalah Moyes mulai melatih.


14. Nuno Espirito Santo (Wolverhampton Wanderers)

Posisi: Kiper

Tim terbaiknya: Vitoria Guimaraes, Deportivo La Coruna, FC Porto

Nuno Espirito Santo mengakhiri karier bermain pada 2010 di FC Porto dan langsung belajar ilmu sepakbola dari Mourinho. Tapi, kariernya juga dihabiskan di sejumlah klub lain di luar Portugal seperti Spanyol dan Rusia.


13. Paul Heckingbottom (Sheffield United)

Posisi: Bek kiri

Tim terbaiknya: Sunderland, Darlington, Norwich City, Bradford City, Sheffield Wednesday, Barnsley, Mansfield

Paul Heckingbottom memulai karier sebagai pemain magang (trainee) di Manchester United. Tapi, dia gagal naik kelas dan bergabung dengan Sunderland. Selama kariernya, Heckingbottom bermain di level atas sepakbola Inggris, termasuk Sheffield Wednesday dan Barnsley. Dia membantu keduanya promosi dari League One.


12. Dean Smith (Aston Villa)

Posisi: Bek tengah

Tim terbaiknya: Walsall, Leyton Orient, Sheffield Wednesday, Port Vale

Dean Smith memiliki karier panjang sebagai pemain. Total, selama 16 tahun di lima klub berbeda. Meski tidak pernah mencapai level teratas sepakbola Inggris, Smith adalah pelayan yang layak untuk klub seperti Walsall, Hereford United, dan Leyton Orient. Dia mencapai 100 penampilan untuk klub-klub tersebut.


11. Sam Allardyce (West Bromwich Albion)

Posisi: Bek

Tim terbaiknya: Bolton Wanderers

Tentu saja Big Sam adalah seorang bek. Apa lagi yang seharusnya dia lakukan Pelatih West Brom itu mewakili sejumlah klub sepanjang karier bermainnya seperti Bolton Wanderers, Sunderland, Millwall, Tampa Bay Rowdies, Coventry City, Huddersfield Town, Preston North End, hingga West Brom.

Tapi, sebagian besar waktu permainannya datang di klub pertama, Bolton. Di sana, dia membantu klub mendapatkan promosi ke Divisi I 1977/1978 di bawah Ian Greaves. Menghabiskan sebagian besar waktunya di Inggris utara, Allardyce juga menghabiskan satu tahun di Amerika Serikat (AS) bersama Tampa Bay Rowdies, sebelum kembali ke Inggris.


10. Sean Dyche (Burnley)

Posisi: Bek

Tim terbaiknya: Nottingham Forest, Chesterfield, Millwall, Northampton

Tidak mengherankan, Sean Dyche merupakan bek hebat, yang sempat patah kaki di awal karier. Dia adalah legenda untuk Chesterfield, menjadi kapten mereka ke semifinal Piala FA 1996/1997 melawan Middlesbrough. Setelah Chesterfield, dia pindah ke beberapa tim lagi sebelum menjadi pelatih.


9. Ryan Mason (Tottenham Hotspur)



Posisi: Gelandang

Tim terbaiknya: Tottenham Hotspur, Hull City

Ryan Mason sebenarnya adalah gelandang hebat saat membela Tottenham Hotspur. Tapi, cedera di kepala saat membela Hull City melawan Chelsea membuat Mason harus pensiun dini. Saat itu, dia bertabrakan di udara dengan Gary Cahill dan setelah kejadian tersebut, Mauricio Pochettino mengajaknya bergabung ke akademi Spurs.


8. Juergen Klopp (Liverpool)

Posisi: striker/bek

Tim terbaiknya: Mainz

Juergen Klopp sebenarnya bukan pemain hebat. Dia menghabiskan lebih dari satu dekade penuh bermain untuk Mainz. Dari 11 tahun itu dia punya dua posisi. Pertama, Klopp adalah striker. Kemudian, sekitar setengah waktunya di sana, dia dipindahkan ke pertahanan karena tinggi badannya.


7. Ralph Hasenhuttl (Southampton)

Posisi: Penyerang tengah

Tim terbaiknya: Austria Vienna, FC Koln

Menurut pengakuannya sendiri, Ralph Hasenhuttl bukanlah pesepakbola paling berbakat. Tapi, pria pemain Austria itu membuat lebih dari 400 penampilan liga untuk delapan klub di negara asalnya. Dia juga sempat bermain di Belgia dan Jerman.

Karier bermain terbaiknya datang dengan 56 gol dalam 172 pertandingan untuk Austria Vienna pada 1989-1994. Di sana, dia memenangkan tiga gelar juara Bundesliga Austria.


6. Mikel Arteta (Arsenal)

Posisi: Gelandang

Tim terbaiknya: Everton, Arsenal

Mikel Arteta sang pemain akan dikenang sebagai salah satu gelandang paling kurang dihargai di liga pada masanya. Lulus dari Barcelona, dia sempat pergi ke Glasgow Rangers sebelum menemukan penghargaan di Everton dan Arsenal. Di kedua klub itu, Arteta menjadi pemain yang konsisten.

Ketika pensiun dari sepakbola, Pep Guardiola mengajak Arteta ke Manchester City untuk menjadi pelatih. Kini, dia berada di Emirates Stadium sebagai pelatih yang menggantikan Unai Emery.


5. Scott Parker (Fulham)

Posisi: gelandang

Tim terbaiknya: Charlton Athletic, Norwich, Chelsea, Newcastle, West Ham, Tottenham, Fulham

Scott Parker memulai karier bermain di Charlton Athletic. Setelah melakukan debut pada usia 17 tahun, dia bergabung dengan Chelsea pada 2004. Tapi, dia tidak menetap lama di Stamford Bridge. Dia pergi setahun kemudian dengan medali pemenang Liga Premier.

Kemudian, Parker tumbuh menjadi salah satu gelandang paling andal di Liga Premier, terutama selama waktunya di West Ham dan Tottenham. Dia pernah memenangkan FWA Footballer of the Year. Parker pensiun di Fulham sebelum akhirnya memimpin The Cottagers sebagai pelatih.


4. Steve Bruce (Newcastle United)

Posisi: Bek tengah

Tim terbaiknya: Manchester United

Pada tahun-tahun awal Liga Premier, Manchester United mendominasi. Tiga gelar liga mereka dalam empat tahun antara 1992 dan 1996 sebagian berkat kehadiran Steve Bruce di lini belakang. Dia bergabung dengan MU pada 1987 dan berada di jantung revolusi Sir Alex Ferguson. Dia juga memenangkan tiga Piala FA, Piala Liga dan Piala Winners.


3. Ole Gunnar Solskjaer (Manchester United)

Posisi: penyerang

Tim terbaiknya: Manchester United

Ole Gunnar Solskjaer adalah "pembunuh berwajah bayi". Dia menghabiskan 11 tahun bersama Manchester United, mencetak 126 gol dalam 366 penampilan, memenangkan enam gelar Liga Premier dan dua Piala FA. Di Liga Champions 1998/1999, dia mencetak gol kemenangan di injury time melawan Bayern Muenchen.

Tapi, bisakah dia memiliki kesuksesan yang sama sebagai pelatih? Sejauh ini dia tidak melakukan pekerjaan yang buruk. Waktunya masih panjang dan musim ini The Red Devils akan tampil di final Liga Eropa lagi.


2. Carlo Ancelotti (Everton)



Posisi: gelandang

Tim terbaiknya: Parma, AS Roma, AC Milan

Carlo Ancelotti sama hebatnya sebagai pelatih maupun pemain. Bermain sebagai gelandang, Carletto memenangkan gelar Serie A bersama AS Roma dan AC Milan. Dia juga mengangkat dua trofi Liga Champions dengan I Rossoneri. Di level internasional, Ancelotti mencatatkan 26 caps untuk Italia dan merupakan bagian dari Gli Azzurri yang menempati posisi ketiga di Piala Dunia 1990.


1. Pep Guardiola (Manchester City)



Posisi: playmaker

Tim terbaiknya: Barcelona

Pep Guardiola adalah playmaker jempolan saat bermain. Aktif di era kejayaan Johan Cruyff sebagai komandan perang di Camp Nou, dia adalah playmaker, gelandang jangkar, serta pemain tengah yang berpengaruh dan banyak ditiru oleh pemain-pemain setelah eranya.

Saat itu, Guardiola dikenal sebagai perpanjangan tangan Cruyff di lapangan. Dia membantu mengantarkan klub tersebut meraih gelar Liga Champions pertama dalam sejarah. Dia juga menjuarai La Liga empat musim beruntun. Guardiola memenangkan Copa del Rey serta dua gelar La Liga lagi plus Piala Winners setelah era Cruyff.

Sebagai orang Katalunya yang fanatik, Guardiola juga bermain 47 kali untuk tim nasional Spanyol. Dia sempat berselisih dengan Javier Clemente dan absen di Euro 1996. Kemudian, absen di Piala Dunia 1998 karena cedera.

Setelah meninggalkan Barcelona, Guardiola bekerja dengan Carlo Mazzone di Brescia, Fabio Capello di Roma, dan Juanma Lillo di Dorados. Guardiola menggunakan reputasinya yang luar biasa sebagai pemain untuk membantu mempersiapkan karier kepelatihannya yang hebat.