Sebenarnya ada satu opsi lain, yaitu bermain tanpa dibayar. Tapi, apakah Messi mau?
Barcelona menggunakan alasan "hambatan ekonomi" sebagai alasan kegagalan mempertahankan Lionel Messi. Hambatan yang dimaksud adalah regulasi salary caps di La Liga. Apa itu salary cap?

La Pulga menjadi agen bebas bulan lalu setelah kontrak aslinya dengan Barcelona berakhir. Lalu, dengan segala usaha, Barcelona dan Messi menggelar pembicaraan untuk membahas kelanjutan karier di Camp Nou. Hasilya, Messi berada di jalur untuk kesepakatan jangka panjang baru, meski dengan persyaratan gaji yang lebih rendah.

Tiba-tiba, Barcelona mengkonfirmasi bahwa perjanjian itu batal karena hambatan ekonomi dan struktural yang tidak memungkinkan. "Meskipun telah mencapai kesepakatan antara FC Barcelona dan Leo Messi dan dengan niat yang jelas dari kedua belah pihak untuk menandatangani kontrak baru hari ini, itu tidak dapat diformalkan karena hambatan ekonomi dan struktural," bunyi pernyataan Barcelona di situsnya.

Pernyataan El Barca menunjukkan bahwa kesepakatan telah dibuat oleh pemain dan klub. Tapi, telah dibatalkan semata-mata karena peraturan otoritas sepakbola di Negeri Matador.

Barcelona semakin marah karena 24 jam sebelumnya, La Liga telah mengumumkan kesepakatan baru dengan investor Amerika Serikat (AS) yang berarti suntikan uang tunai sebesar 2,7 miliar (Rp45,8 triliun) ke sepak bola Spanyol dengan imbalan 10% dari uang yang dihasilkan liga dari hak siar TV berikutnya.

Awalanya, Barcelona dan  Real Madrid diharapkan menyambut berita tersebut. Tapi, ternyata mereka tidak senang. Madrid mengeluarkan pernyataan yang mengatakan kesepakatan itu diputuskan tanpa persetujuan mereka sehingga ilegal. Sebab, kesepakatan ini membuat mereka kehilangan 10% dari pendapatan televisi selama 40 tahun ke depan.

Pendapat yang sama juga diungkapkan Barcelona. Bahkan, klub Katalunya itu lebih senang jika La Liga menghapus sejumlah syarat keuangan yang membuat mereka gagal mempertahankan Messi.




Regulasi salary cap di sepakbola profesional

Dalam olahraga profesional, salary cap dipahami sebagai "batas gaji" (batas upah). Itu adalah kesepakatan atau aturan yang membatasi jumlah uang yang dapat dibelanjakan tim untuk gaji pemain. Itu ada sebagai batas per pemain atau batas total untuk daftar tim, atau keduanya. 

Beberapa liga olahraga telah menerapkan batas gaji, menggunakannya untuk menekan biaya secara keseluruhan, dan juga untuk menjaga keseimbangan kompetitif dengan membatasi klub yang lebih kaya dari memperkuat dominasi dengan merekrut lebih banyak pemain top dari saingan mereka. 

Batas gaji dapat menjadi masalah utama dalam negosiasi antara manajemen liga dan serikat pemain karena mereka membatasi kemampuan pemain dan tim untuk menegosiasikan gaji yang lebih tinggi. Bahkan, jika sebuah tim beroperasi dengan keuntungan yang signifikan.

Di La Liga, salary cap ditentukan berdasarkan pemasukan yang didapatkan masing-masing klub setiap musim baru akan dimulai. Klub seperti Barcelona dan Madrid memiliki salary cap paling tinggi. Untuk 2021/2022, keduanya diizinkan menghabiskan gaji hingga 480 juta euro (Rp8,1 triliun).

Masalahnya, kontrak Messi seorang mencapai Rp2,1 triliun per musim! Bahkan, dengan kesepatakan terbaru yang mengharuskan pemotongan 50%, jumlahnya masih Rp1,05 triliun! Padahal, Barcelona punya 25 pemain utama yang 70% diantaranya memiliki gaji selangit. 

Jadi, secara logika, Messi memang tidak mungkin bermain untuk Barcelona pada 2021/2022. Kecuali, Barcelona berhasil menjual 70% pemainnya. Syarat kedua, regulasi salary cap di La Liga dihapuskan atau dinaikkan khusus untuk mencegah Messi pergi. Ketiga, Messi bersedia bermain tanpa dibayar.

"Meski pendapatan berkurang 2.000 juta euro, klub dan terutama yang besar telah mampu bertahan dari krisis dengan mengetahui cara mengurangi pengeluaran. Sepakbola Spanyol adalah pelarut. Sudah bisa mengakses 700 juta euro pembiayaan di kedua kategori tersebut," ujar Presiden La Liga, Javier Tebas, beberapa waktu lalu, dilansir Football Espana.