Kalau di Indonesia ngamuk hajar wasit. Yang satu ini punya alasan logis dan konsisten.
Rasa kecewa, marah, frustasi, bahkan kecintaan yang berlebih, dan beberapa emosi yang beririsan lainnya dapat mendorong manusia melakukan tindakan yang kalau dipikir-pikir tidak wajar. 

Kita ambil contoh yang dilakukan oleh para fans Oldham Athletic, klub kasta keempat di sepak bola Inggris. 

Ratusan fans Oldham dengan perasan yang memuncak menerobos masuk lapangan, hal itu mereka lakukan untuk melupakan emosi karena tim kesayangan mereka  saat itu tertinggal 0-3 dari Barrow.

Ya, laga yang berlangsung Sabtu (4/2021) malam waktu setempat itu masih belum berakhir, tetapi para fans Oldham tampaknya tak tahan melihat para pemain mereka tidak becus.



Mau tak mau, wasit dan panitia pertandingan harus menghentikan jalannya laga.

Mengapa Fand Oldham Melakukan Protes?

Aksi serupa juga pernah terjadi di sepak bola Indonesia, salah satunya pada tahun 2018, dimana para fans alias suporter dari PSIM Yogyakarta mengamuk dan menyerbu lapangan, penyebabnya adalah keputusan wasit yang dianggap menguntungkan atau berpihak oada PS Tira Bogor.

Tetapi motif yang diusung oleh para fans Oldham jauh lebih bermartabat, aksi mereka dalam menduduki lapangan stadion Boundary Park itu adalah bentuk protes atas ketidakbecusan pemilik klub : Abdallah Mohamed Lemsagam. 

Dalam tiga setengah tahun terakhir di bawah Lemsagams, Oldham mengalami keterlambatan pembayaran, ancaman pemogokan pemain dan berturut-turut terdegradasi hingga ke kasta keempat.

Dan aksi protes tersebut bukan pertama kalinya mereka lakukan,  selama lima pertandingan kandang terakhir, fans Oldham telah melakukan berbagai upaya sebagai wujud protes pada pemilik klub.

Misalnya dalam kemenangan di Piala Carabao atas Accrington Stanley, fans beraksi dengan melemparkan bola tenis dan flare ke lapangan.

Para penggemar juga sering memboikot pertandingan dan kerap membentang spanduk seruan.



Dan pada saat melawan Barrow, alasan protes jadi makin kuat ketika Oldham kalah, ratusan penggemar meniup peluit serempak dari tribun, dan lalu menduduki lapangan di tengah-tengah pertandingan sedang berjalan.

Menuntut Pergantian Pemilik Klub

Hampir 3.000 fans telah menandatangani petisi yang mendesak pemilik dan ketua Abdallah Lemsagam untuk menjual klub agar kepengurusan segera beralih, tentu dengan harapan terciptanya perbaikan.

Kemungkinan besar jika aspirasi mereka tidak kunjung didengar dan direalisasikan, para fans akan terus melakukan serangkaian aksi protes.