Mengapa Jeffers Jadi Wonderkid Gagal? Ini Penyebabnya

"Itu kenapa penyesalan selalu datang belakangan."

Analisis | 02 March 2022, 02:32
Mengapa Jeffers Jadi Wonderkid Gagal? Ini Penyebabnya

Libero.id - Liga Premier telah banyak memunculkan worderkid yang kemudian menjadi pemain hebat dunia. Tapi, satu hal yang mesti diingat, pemain muda tidak semuanya menjanjikan.

Tidak sedikit dari mereka yang digadang-gadang menjadi bintang sejak debutnya, tetapi gagal meniti kariernya sebagai pesepakbola sukses.

Francis Jeffers salah satu contohnya. Muncul dengan gemilang bersama Everton saat remaja, tetapi gagal berkembang di Arsenal. Mantan penyerang itu diburu oleh Arsene Wenger dan memulai 24 menit dalam debutnya di Inggris, tetapi karierya gagal menterang di klub London Utara itu.

Dalam pertandingan persahabatan antara Inggris vs Australia di Upton Park pada 2003. Seluruh starting XI Three Lions digantikan oleh Sven-Goran Eriksen, dengan 11 pemain baru turun ke lapangan untuk babak kedua.

Di antara mereka, dalam formasi 4-4-2, ada dua striker debutan. Mereka adalah Francis Jeffers dan Wayne Rooney. Keduanya tumbuh di Croxteth Liverpool, dan berkembang melalui akademi Everton sebelum pindah ke raksasa Liga Premier.

Saat itu Francis Jeffers berusia 22 tahun, sedangkan Wayne Rooney lima tahun lebih muda darinya. Mereka berdua sama-sama menjadi striker dalam laga itu. Sialnya, Inggris kalah 3-1 dan menjadi hasil paling mengecewakan Three Lions di abad ke-21. Sedangkan satu-satunya gol Inggris datang dari seorang striker muda yang mencetak gol pada debutnya.

Namun, bukan Rooney yang mencetak gol, melainkan Jeffers. Mantan pemain Arsenal itu menyambut umpan silang Jermaine Jenas dan melepaskan sundulannya untuk membobol gawang Mark Schwarzer pada menit ke-69.

Tapi, 20 tahun kemudian, jalan karier dua debutan itu jauh berbeda.  Rooney pensiun dengan kehormatan sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Inggris dan beberapa kali mengangkat trofi bersama Manchester United.

Sementara Jeffers telah lama memudar dalam kariernya, bahkan rekornya untuk Inggris di level senior hanya pernah mencetak satu gol.

Seharusnya tidak seperti ini ketika Jeffers melakukan debutnya untuk Everton saat berusia 16 tahun dalam pertandingan Liga Premier melawan Manchester United di Old Trafford pada 1997 - usia yang sama dengan Rooney di senior pertamanya Toffees memulai bertahun-tahun kemudian.

Jeffers adalah salah satu pemain muda terpanas sepakbola Inggris di akhir 90-an dan awal 2000-an. Saat bersama tim nasional U-21, dia mencetak 13 gol hanya dalam 16 pertandingan – rekor yang dia pegang bersama Alan Shearer selama 17 tahun, sebelum Eddie Nketiah memecahkan rekor keduanya pada 2020.

Dia seperti seekor rubah di dalam kotak dengan insting untuk mencetak gol, hingga akhirnya dia menandatangani kontrak dengan Arsenal pada Juni 2001 setelah menarik perhatian Arsene Wenger.

Jeffers diboyong The Gunners senilai 8 juta pounds (Rp 153 miliar), yang merupakan biaya yang cukup besar pada saat itu untuk striker muda yang belum berpengalaman.

Namun, kariernya terhalang karena beberapa kali cedera, terutama pada pergelangan kaki dan bahunya. Di samping itu, dia gagal bersaing dengan dua pemain depan pilihan pertama Arsenal, Thierry Henry dan Sylvain Wiltord.

Bisa dikatakan hanya sedikit peluang untuk Jeffers, dan dia mengakui sikapnya di Arsenal tidak sempurna.

“Saya keluar berpesta, menjalani hidup, membuangnya dalam latihan karena saya selalu berpikir saya tidak akan bermain pada setiap akhir pekan,” katanya sebagaimana dilansir Independent pada 2014.

“Sekarang, saya melihat ke belakang dengan banyak penyesalan.”

“Di situlah saya seharusnya memasukkannya lebih banyak. Wenger memberi saya cambuk yang adil. Saya tidak punya kata buruk untuk dikatakan tentang dia. Dia memberi tahu Anda bagaimana keadaannya, satu-satunya manajer yang saya mainkan untuk melakukannya," tutur mantan pemain Everton itu.

“Dia mengatakan ada hal-hal yang terjadi di kepala saya yang seharusnya tidak terjadi. Itu adalah waktu yang penting dalam karier saya. Saya tidak mengatakan saya membuang semuanya, karena saya memiliki karier yang layak.”

"Saya memenuhi banyak ambisi, tetapi saya selalu mengatakannya. Saya tahu seberapa besar kemampuan yang saya miliki. Saya tidak lunak. Saya tahu betapa bagusnya saya sebagai pemain. Satu cap Inggris tidak cukup," tambah Jeffers.

Saat Arsenal memenangkan Liga Premier pada 2001/2002, Jeffers hanya bermain enam kali musim itu. Selebihnya dia kebanyakan berada di bangku cadangan sebagai pemain pengganti yang tidak digunakan ketika Wiltord mencetak gol melawan Man Utd di Old Trafford untuk memastikan The Gunners menjadi juara.

Sementara pada musim 2002/2003, Jeffers membuat 28 penampilan. Tetapi, hanya dua liga dimulai karena gagal bersaing dengan Henry dan Wiltord. Ini semua terjadi setelah dia memainkan 60 pertandingan untuk Everton pada usia 20 tahun, dan mencetak 20 gol.

Bahkan, Jeffers mengakui bahwa meninggalkan sepakbola reguler Liga Premier sebagai remaja yang lebih sering berada bangku cadangan adalah kesalahan besar. “Saya berubah dari menjadi pemain reguler di Everton menjadi turun ke sana dan tidak bisa masuk ke tim.”

“Ketika Anda duduk di rumah dan memikirkan kembali bagaimana karier Anda berakhir, saya merasa kepala saya berubah. Saya masih muda. Itu sulit karena saya merasa Arsenal adalah tim terbaik di liga saat itu," kata Jeffers.

“Itu adalah keputusan yang sulit bagi saya karena saya seorang Evertonian. Saya telah menjadi pemegang tiket musiman sepanjang hidup saya. Itu adalah keputusan besar, tetapi tidak pernah berhasil untuk saya,” tambahnya.

Total, dia hanya bermain 39 pertandingan untuk The Gunners dan hanya mencetak 8 gol. Setelah itu, karier Jeffers kemudian adalah definisi nomaden. Dia bermain untuk Blackburn dan Sheffield Wednesday, hingga bermain di Australia, Skotlandia, dan Malta setelah kembali ke Liga Premier dengan Blackpool gagal terwujud.

Akhirnya, Jeffers pensiun pada 2013 saat masih berusia 32 tahun setelah gagal dalam uji coba dengan klub non-liga, Bury dan Chester. Dia bahkan pergi ke Singapura untuk berlatih dengan DPMM Brunei, tetapi tidak bisa mendapatkan kesepakatan.

Jeffers kemudian pindah ke bangku pelatihan, dan terakhir menjadi pelatih tim utama di Ipswich Town. Meski begitu, di LinkedIn, dia menggambarkan dirinya memiliki ‘karier bermain yang sukses di Liga Premier dan Championship, serta mewakili Inggris.’

Seperti banyak hal lain di LinkedIn, itu bukan cerita lengkapnya.

(atmaja wijaya/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network