Kisah Fikayo Tomori, Eks Pemain Rugby yang Pernah Patahkan Hidung Diego Costa

"Semua orang di sepakbola tahu Costa adalah pemain yang bengal. Dia kasar, suka berkelahi. Tapi Fikayo Tomori pernah mematahkan hidungnya."

Biografi | 25 January 2021, 05:57
Kisah Fikayo Tomori, Eks Pemain Rugby yang Pernah Patahkan Hidung Diego Costa

Libero.id - Untuk keempat kalinya sebagai pemain Chelsea, Fikayo Tomori dipinjamkan ke klub lain. Setelah Brighton and Hove Albion, Hull City, dan Derby County, bek tengah yang bisa bermain sebagai full back itu akan membela Milan hingga akhir musim 2020/2021.

Pemilik nama lengkap Oluwafikayomi Oluwadamilola Tomori itu harus terbuang karena hanya menjadi pemain pilihan kelima di belakang Thiago Silva, Kurt Zouma, Antonio Ruediger, dan Andreas Christensen. Dia hanya tampil 4 kali musim ini sehingga peminjaman ke Italia dengan opsi transfer permanen seharga 25 juta pounds diambil Chelsea.

"Fikayo adalah pemain berkembang. Dia pemain yang sangat bagus. Dia akan menjadi pemain top di masa depan. Tapi, saya memiliki lima bek tengah dan saya tidak dapat memainkan mereka semua. Saya harus memilih dua sekaligus dan jumlahnya tidak selalu bertambah. Itulah sepakbola," ujar Frank Lampard, dilansir Four Four Two.

Tomori sebenarnya menjadi salah satu pemain muda yang sukses diorbitkan Lampard, meski bergabung ke akademi di era Guus Hiddink. Bersama Tammy Abraham, Mason Mount, Callum Hudson-Odoi, hingga Billy Gilmour, Tomori menjadi beberapa anak muda yang sempat mendapatkan jam terbang di skuad utama.

Meski belum banyak yang bisa ditunjukkan, fakta membuktikan ada dua hal unik yang dimiliki Tomori. Pertama, pemuda keturunan Nigeria tersebut sebenarnya nyaris menjadi pemain rugby profesional. Kok, bisa?

Kisah itu dimulai saat Tomori duduk di bangku sekolah menengah pertama dan atas. Terdaftar sebagai murid SMA Gravesend Grammar, Tomori berstatus kapten tim rugby sekaligus sepakbola. Hebatnya, baik Rugby maupun sepakbola ditekuni Tomori dengan sungguh-sungguh.

"Dia sangat berbakat dalam olahraga. Dia punya kemampuan bagus. Rugby membantunya menjadi bek yang baik (di sepakbola). Sepakbola membuat dia bisa berlari cepat (di rugby)," kata Guru olahraga Tomori di SMA, Gareth Rapley, dilansir The Sun pada 22 November 2019.

Kemampuan Tomori bermain rugby di SMA tidak mengejutkan. Pasalnya, saat SMP di Kent, dia menimba ilmu di lembaga pendidikan yang dikenal sebagai "SMP rugby". Itu adalah sekolah biasa yang memiliki tim rugby terbaik di level SMP.

"Fikayo cukup tinggi dan kurus. Bahkan di Kelas 7. Dia selalu tersenyum, selalu ceria, anak yang menyenangkan. Dia akan mencoba latihan beban, dia tidak takut untuk terjun ke dalam hal-hal yang mungkin belum pernah dia lakukan sebelumnya. Fikayo bukan hanya panutan di olahraga. Saya ingin dia datang dan berbicara dengan anak-anak A-Level saya tentang bagaimana rasanya menjadi olahragawan profesional," tambah Rapley.

Setelah diterima di Akademi Chelsea, Tomori membuat keputusan sulit untuk meninggalkan tim rugby SMA Gravesend Grammar. Saat itu dia berusia 16 tahun dan mendapat beasiswa penuh dari The Blues untuk menjadi pemain sepakbola.

"Dalam 18 tahun saya berada di sini, kami memiliki sejumlah anak laki-laki yang dijanjikan bergabung ke klub sepakbola. Tapi, kemudian mereka berakhir di sana. Jadi, saya bertanya kepada Chelsea mengapa mereka menganggap Fikayo berbeda. Mereka menjawab bahwa dia tidak hanya memiliki semua atribut keterampilan seorang pesepakbola, melainkan juga sangat cerdas," ungkap Asisten Rapley, James Fotheringham.

Fotheringham mengungkapkan tentang mitos yang banyak dibicarakan murid-muridnya terkait Tomori. "Ada sebuah cerita ketika dia bermain selama 10 menit terakhir, menggiring bola, mencetak beberapa gol, dan kembali ke ruang kelas," ucap Fotheringham.

"Dia selalu mengutamakan pendidikan dan sekolahnya. Dia mengikuti klub-klub olahraga (di sekolah). Dia bermain rugby. Dia pandai dalam segala hal dan sangat rendah hati. Sampai sekarang dia masih rendah hati. Dia masih mengenali siapa teman-teman dan guru sekolahnya," tambah Fotheringham.

Selain rugby, hal menarik kedua dari Tomori berhubungan dengan Diego Costa. Dalam sebuah latihan dengan tim utama Chelsea, Tomori harus mengawal penyerang Spanyol kelahiran Brasil itu. Semua orang di sepakbola tahu Costa adalah pemain yang bengal. Dia kasar, suka berkelahi, dan tidak sungkan memaki pemain lawan maupun rekan setim.

Tapi, Costa mendapatkan ganjarannya saat bertemu Tomori. Meski berstatus pemain junior yang diundang berlatih dengan skuad utama, dia menunjukkan permainan totalnya. Tanpa disangka, dia mematahkan hidung Costa. Akibatnya, dia harus memakai pelindung hidung pada beberapa pertandingan Liga Premier.

"Kami tahu kejadian itu tidak dari media, melainkan dari murid-murid kami. Saat itu pagi hari, anak-anak (teman-teman Tomori) bertanya kepada saya apakah saya sudah tahu beritanya. Saya bertanya apa maksudnya? Lalu, mereka berkata Fikayo mematahkan hidung Costa. Mendadak kabar itu menjadi semacam perayaan di sekolah kami. Anak-anak terus mencandai Tomori," beber Rapley.

Saat itu, media di Inggris sempat heboh ketika melihat Costa bermain melawan Newcastle United dengan topeng pelindung hidung. Mereka segera mencari tahu dan akhirnya menemukan fakta bahwa itu ulah Tomori.

"Itu kecelakaan. Kami mencoba menyundul bola dan saya harus mengarahkannya ke belakang, sementara Costa mencoba mencetak gol. Dia menanduk bagian belakang kepala saya dan hidungnya patah. Saya tidak tahu itu hingga keesokan harinya ketika kabar tersebut beredar di media," jelas Tomori saat itu, dikutip BBC Sport.

"Saat itu saya mendapat banyak pesan yang menuding telah melakukannya secara sengaja. Kebanyakan saling ejek. Ketika saya kembali ke sekolah, orang-orang bertanya soal itu. Tapi, berikutnya tidak terjadi apa-apa. Costa tidak menendang saya setelah kejadian tersebut," tambah Tomori.

Tomori lulus dari sekolahnya dengan catatan yang bagus. Setelah menjalani 11 mata ujian kelulusan, dia mendapatkan enam nilai A, tiga nilai B, dan hanya satu nilai C. Bagi pelajar yang harus membagi waktu antara sekolah dan sepakbola, hasil itu membuat guru-gurunya angkat topi.

"Fikayo ada skuad Chelsea. Tapi, dia selalu melakukan pekerjaannya sendiri, selalu up to date, memberikan banyak usaha, sangat teliti. Dia adalah tipe pria yang cerdas yang bisa keluar dengan nilai A jika dia mau. Beberapa orang menjadi sombong ketika mereka dikenal. Tapi, Fikayo jauh dari orang seperti itu," ungkap Guru sejarahnya, James Deamer.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network