Kisah Hernan Crespo Kembali Juara Sebagai Pelatih di Sao Paulo

"Dia puasa gelar sejak 2008. Menjadi pemain hebat ketika di Parma dan AC Milan."

Biografi | 25 May 2021, 19:43
Kisah Hernan Crespo Kembali Juara Sebagai Pelatih di Sao Paulo

Libero.id - Sao Paulo adalah klub besar di Brasil. Tapi, sudah sangat lama mereka tidak mengangkat piala. Gelar terakhir Campeonato Brasileiro Serie A 2008. Setelah itu, mereka tenggelam hingga Hernan Crespo datang dan mempersembahkan Campeonato Paulista 2021. Ini baru awal!

Setelah sukses membawa Justicia y Defensa menjuarai Copa Sudamericana 2020, Crespo memutuskan menerima tantangan baru di Brasil. Tugas mantan penyerang Argentina itu adalah mengembalikan Sao Paulo ke jajaran elite sepakbola Amerika Latin.

"Itu tanggung jawab yang besar. Tanggung jawabnya karena Sao Paulo (klub yang) sangat besar," ujar Crespo saat pertama kali datang ke Negeri Samba, dilansir Planet Football.

Tidak hanya itu. Tekanan juga meningkat karena paceklik trofi yang telah membebani para penggemar dan pemain klub. Pendahulu Crespo, Fernando Diniz, telah mengumpulkan tim yang bagus dengan Dani Alves sebagai daya tarik bintang. Lalu, pemain pendukung yang bagus seperti Tiago Volpi, Robert Arboleda, dan Brenner.

Mereka telah memainkan sepakbola yang fantastis pada saat-saat di bawah Diniz dan untuk sementara waktu memimpin di Serie A musim lalu. Tapi, mereka terlalu terbuka di lini pertahanan sehingga sangat mudah dijebol para pemain depan lawan. Akibatnya, Sao Paulo finish di posisi 4 klasemen akhir.

Awal musim ini, Sao Paulo menjual Brenner ke FC Cincinnati seharga USD15 juta. Tapi, mereka menginvestasikan kembali sebagian dari uang itu dan memperkuat di bidang-bidang utama

Mereka mendatangkan mantan bek tengah Atletico Madrid, Joao Miranda. Ada lagi mantan penyerang internasional Italia, Eder. Kemudian, Martin Benitez, yaitu seorang gelandang kreatif yang sebelumnya bermain di Argentina untuk Independiente.

Dengan mereka dan sejumlah besar talenta muda yang terus-menerus dikeluarkan oleh Akademi Sao Paulo, Crespo membentuk sebuah unit yang mempertahankan elemen yang lebih baik dari sepakbola milik pelatih sebelumnya.

Crespo menggabungkan permainan menyerang yang sabar dengan intensitas tinggi di pertahanan lawan. Yang paling penting adalah dia berhasil membawa mentalitas ala Justicia y Defensa ke dalam skuad barunya. "Campuran karakteristik terbaik Brasil dan Argentina," ucap Crespo.

Itu tidak mudah. Jadwal yang sudah padat di Brasil telah dibuat lebih ketat dengan jeda yang lama karena pandemi. Jadi, hanya ada tiga hari antara akhir musim lalu dan awal musim ini. Kadang-kadang, mereka bahkan harus bermain Selasa, Kamis, Minggu untuk mengejar ketinggalan.

Namun, Crespo telah berhasil membuat Sao Paulo bangkit dalam formasi 3-5-2 yang memungkinkan bek sayap Reinaldo dan Dani Alves untuk sepenuhnya menyerang. Itu juga telah memberikan gelandang dan penyerang muda seperti Rodrigo Nestor dan Gabriel Sara kebebasan untuk berkeliaran.

Seperti yang ditunjukkan oleh striker Brazil 1970, Tostao, dalam kolomnya di Folha de Sao Paulo baru-baru ini. "Marcelo Bielsa pernah berkata dia tidak mengerti mengapa Brasil tidak bermain dengan tiga bek tengah mengingat mereka memiliki dua bek sayap penyerang terbaik di dunia: Daniel Alves dan Marcelo. Meski Luiz Felipe Scolari, Dunga, dan Tite tidak menerima nasihat Bielsa, Crespo mendengarkan dengan jelas".

Sebagai hasil dari perubahan itu, Crespo membawa Sao Paulo meraih delapan kemenangan dan hanya satu kekalahan dalam 12 pertandingan grup Campeonato Paulista (kompetisi negara bagian di Sao Paulo).

Sao Paulo mengalahkan Santos, Inter de Limeira, dan Sao Caetano dengan selisih empat gol. Mereka juga mengalahkan Palmeiras di Allianz Parque untuk pertama kalinya dalam sejarah. Itu kemenangan yang membanggakan karena riwayat perseteruan kedua klub yang panjang.

Di perempat final, Sao Paulo mengalahkan Ferroviaria 4-2. Kemudian, di semifinal, mereka menyapu bersih Mirassol, yang mengalahkan mereka di edisi 2020. Martin Benitez menampilkan permainan yang membanggakan dan Sao Paulo menang 4-0.

Crespo telah dikritik karena memainkan tim cadangan di Copa Libertadores menjelang semifinal itu. Sebab, Copa Libertadores umumnya dianggap lebih pantas dihormati dibanding Campeonato Paulista. Tapi, keputusannya dibenarkan dan dia melakukan hal yang sama lagi saat Sao Paulo melawan Racing Club de Avellaneda di Copa Libertadores sebelum dua leg final digelar.

Sao Paulo bermain imbang 0-0 di Allianz Parque dan menang di Morumbi. Itu bukan penampilan klasik di kedua leg. Tapi, Sao Paulo telah berjuang untuk mendapatkan trofi yang lama hilang.

"Kami sudah sangat dekat sejak awal. Crespo dapat dihubungi. Dia mendaftar, yang sangat penting. Tapi, dia juga gugup. Dia bertanya kepada saya, 'Bagaimana rasanya menjadi juara bersama tim ini?' Saya berkata, 'Crespo, kamu akan segera merasakannya, kamu akan membuat sejarah dengan klub ini'. Kini, dia membuktikannya," kata Direktur Sepakbola Sao Paulo, Muricy Ramalho.

Pertanyaannya sekarang adalah bisakah Sao Paulo membawa momentum ke depan? Musim liga nasional Brasil mengikuti kejuaraan negara bagian. Dan, meski kalah dari Racing di Copa Libertadores, Sao Paulo sudah lolos ke babak 16 besar.

Jika Crespo dapat membangun kesuksesan awal ini, dia akan memperkuat statusnya sebagai bos paling populer di Sao Paulo sejak Muricy sendiri. Tapi, persaingan akan ketat. Di liga, mereka harus mengatasi juara bertahan Flamengo. Di Libertadores, Palmeiras ingin mempertahankan mahkota yang mereka menangkan pada Januari tahun ini.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network