Kisah Emile Smith Rowe, Perlambang Filosofi Arsenal

"The Gunners coba kembali mengorbitkan anak akademi daripada belanja pemain mahal."

Analisis | 09 March 2020, 07:50
Kisah Emile Smith Rowe, Perlambang Filosofi Arsenal

Libero.id - Arsenal dikenal sebagai salah satu klub sepakbola dengan filosofi dan kultur klub yang sangat kuat. Barcelona, Ajax Amsterdam, dan Borussia Dortmund juga dikenal sebagai klub yang memiliki filosofi dan kultur klub yang kuat layaknya Arsenal.

Di antara 4 klub tersebut, yang hingga kini masih memegang teguh filosofi klub dalam aspek mengandalkan pemain muda khususnya dari akademi sendiri hanyalah Ajax Amsterdam dan Borussia Dortmund saja. Barcelona dan Arsenal justru sedang dalam "masa suram" dalam mengorbitkan para pemain mudanya.

Barcelona kini justru terlihat seperti Real Madrid yang siap menggelontorkan dana fantastis untuk mendapatkan pemain yang mampu mengangkat performa tim secara cepat. Sebut saja Neymar, Coutinho, Dembele, Suarez, Arthur, Lenglet, hingga Umtiti.

Sejalan dengan Barcelona, Arsenal pun tak lagi memiliki pemain muda khususnya dari akademi mereka sendiri yang dapat diandalkan di level senior. Praktis pemain muda akademi Arsenal yang mampu bersaing di level senior hanyalah seorang Jack Wilshere saja, itu pun sekarang pemain asal Inggris tersebut tak lagi bermain bersama Arsenal.

Namun sejak musim lalu Arsenal sudah mencoba kembali pada filosofi sepakbola mereka dengan sesering mungkin mengorbitkan dan memainkan para pemain yang berasal dari Hale End. Hale End merupakan nama sekolah sepakbola Arsenal di mana para pemain mudanya tersebut diproyeksikan sebagai tulang punggung Arsenal di masa depan.

Terhitung sudah ada nama-nama seperti Eddie Nketiah, Joe Willock, Reiss Nelson, Bukayo Saka, hingga Emile Smith Rowe yang berasal dari Hale End dan telah mencicipi panggung senior bersama Arsenal. Khusus nama terakhir, ia satu-satunya yang dipinjamkan oleh Arsenal ke klub lain saat ini.

Nketiah memang sempat dipinjamkan ke Leeds United pada musim panas lalu, namun ia tak cukup mampu menarik minat Marcelo Bielsa untuk memainkannya. Bielsa lebih mempercayakan ujung tombak Leeds kepada Patrick Bamford sehingga keadaan tersebut membuat Arsenal memulangkan sang pemain.

Kembali ke Emile Smith Rowe, ia juga sebenarnya pernah dipinjamkan ke RB Leipzig pada musim lalu di putaran kedua liga. Namun cedera yang ia bawa ke Jerman membuatnya hanya tampil sebanyak 3 pertandingan dengan 28 menit bermain.

Kendati tidak mendapat menit bermain yang cukup di RB Leipzig, Smith Rowe menyatakan bahwa keberadaannya di Leipzig kala itu membuatnya belajar banyak hal.

"Melihat ke belakang itu adalah masa yang sulit dalam karir saya, tetapi saya tidak akan mengubahnya. Ini membantu saya menjadi diri saya hari ini. Para pemain yang ada di sana (RB Leipzig) seperti Timo Werner dan Emil Forsberg membantu saya untuk mempelajari budaya baru, bahasa baru, dan hidup sendiri. Itu adalah langkah besar," ungkap Smith Rowe mengenai kesannya saat di Leipzig.

Kini Smith Rowe yang dipinjamkan ke Huddersfield Town sedang menikmati masa-masa menit bermain yang diberikan klub kepadanya. Ia mengaku sangat menikmati masa peminjamannya di klub Championship ini.

Libero.id

Smith Rowe di Huddersfield Town

Bahkan bagi Danny Cowley, pelatih Huddersfield kedatangan Smith Rowe merupakan keajaiban bagi timnya. Perlu diketahui sebelum datangnya Smith Rowe, Huddersfield hanya memiliki persentase kemenangan 23% saja.

Sejak Smith Rowe datang, mereka berhasil memenangkan 4 laga dalam 7 pertandingan. Penampilan Smith Rowe pun banyak menuai pujian lantaran kontribusinya bagi tim sangatlah besar.

Bermain di posisi nomor 10 atau playmaker, pemain asal Inggris tersebut selalu menjadi otak serangan Huddersfield. Atribut utama yang dimiliki Smith Rowe adalah kreativitas dalam melihat celah pertahanan lawan, mirip seperti yang dimiliki oleh playmaker Arsenal saat ini, Mesut Oezil.

Smith Rowe telah menjadi jantung kebangkitan Huddersfield dengan memberikan 1 gol dan 3 assist dalam 9 laga yang telah dijalani. Catatan tersebut akan terlihat lebih mengesankan jika rekan-rekan setimnya tidak membuang peluang yang ia kreasikan di depan gawang lawan.

Impian terbesar Smith Rowe tentu kembali ke tim yang melahirkannya. Smith Rowe paham betul saat ia dilahirkan di Hale End maka sudah seharusnya mimpi terbesar bermain reguler di Arsenal suatu saat nanti.

Para pemain muda lain Arsenal yang juga merupakan jebolan Hale End selalu ada untuk mendukung perkembangan Smith Rowe. Diantara mereka nyaris tidak ada persaingan, yang ada hanyalah saling mendukung satu sama lain mengingat mereka sama-sama berasal dari "kawah candradimuka" yang sama.

"Kita semua tumbuh bersama, kita semua telah berlatih bersama sejak kita masih muda. Melihat satu sama lain dengan baik sangat bagus untuk kami dan klub. Ketika satu orang melakukannya dengan baik, kita semua sangat bahagia. Diantara kita hanya ada saling mendukung, tidak ada persaingan satu sama lain," terang Smith Rowe.

Saat ini ia sedang menikmati masa pengembangan diri yang jauh dari tempat di mana ia ingin mengukir sejarah. Sebagai seorang playmaker ia yakin akan menjadi pemain andalan Arsenal di masa yang akan datang mengingat semakin menuanya Mesut Oezil.

Emile Smith Rowe menjadikan Hale End sebagai tempatnya menaruh mimpi. Mimpi yang besar untuk bermain reguler bersama Arsenal, meraih berbagai macam trofi, dan tak menutup kemungkinan akan mengakhiri karir juga di Arsenal. Ya, Emile Smith Rowe yang menaruh mimpi di Hale End untuk melegenda di Emirates Stadium.

Baca Berita yang lain di Google News




Hasil Pertandingan Arsenal


  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network