Kisah Klub di Afrika Selatan Bikin 41 Gol Bunuh diri, Auto Skorsing Seumur Hidup

"Ini mirip Indonesia vs Thailand di Piala Tiger 1998. Tapi, lebih ekstrim.."

Analisis | 10 June 2022, 16:16
Kisah Klub di Afrika Selatan Bikin 41 Gol Bunuh diri, Auto Skorsing Seumur Hidup

Libero.id - Normalnya, klub akan mencari kemenangan dengan berusaha mencetak gol sebanyak mungkin. Tapi, yang terjadi dengan empat klub di Liga Afrika Selatan ini berbeda. Ini mirip yang dilakukan Thailand dan Indonesia pada Piala Tiger 1998. Tapi, jauh lebih ekstrim.

Insiden aneh, tapi nyata ini baru saja terjadi di kompetisi kasta ketiga Afrika Selatan. Empat tim memiliki kesempatan promosi ke Divisi II terlibat dalam dua pertandingan penentuan. Mereka adalah Shivulani Dangerous Tigers vs Kotoko Happy Boys dan Matiyasi FC vs Nsami Mighty Bird.

Teorinya, Shivulani Dangerous Tigers diunggulkan karena memimpin tiga poin dan unggul selisih 16 gol jelang pertandingan terakhir melawan Kotoko Happy Boys. Yang harus mereka lakukan hanyalah menang. Di sisi lain, Matiyasi sebagai pesaing terdekat harus menang  17 gol atas Nsami Mighty Bird.

Di atas lapangan, seharusnya mustahil bagi Mitayasi untuk menggeser Shivulani Dangerous Tigers. Tapi, hasil akhir pertandingan ternyata mengejutkan. Shivulani Dangerous Tigers menang 33-1. Kemudian, Matiyasi unggul 59-1.

Aneh? Tentu saja! Pasalnya, setelah diselidiki, dua pertandingan tersebut berjalan dengan tidak sportif. Keempat klub yang terlibat dalam pertandingan penentuan ternyata sepakat memainkan sepakbola gajah alias pengaturan skor.

"Matiyasi dan Nsami ingin menghentikan Shivulani dari puncak liga sehingga mereka sepakat untuk mengatur pertandingan," kata Ketua Asosiasi Sepakbola Mopani, tempat pertandingan itu diselenggarakan, Vincent Ramphago, kepada BBC Sport Afrika.

"Setelah mendengar Matiyasi memimpin 22-0 di babak pertama, Shivulani berkolusi untuk mengeluarkan pemain Kotoko Happy Boys dari lapangan. Para pemain yang keluar lapangan mengaku lelah meninggalkan tim yang hanya memiliki tujuh pemain. Pada pertandingan Matiyasi, wasit memberikan kartu merah kepada pemain sehingga Nsami berakhir dengan tujuh pemain," tambah Ramphago.

Meski turun menjadi tujuh pemain, Nsami Mighty Bird sebenarnya telah melakukan 41 gol bunuh diri saat kalah dengan 1-59.

"Ketika kami menyelidiki, kami menemukan bahwa beberapa gol Matiyasi bahkan tidak (tercatat dengan benar) karena wasit tidak dapat menafsirkan laporannya," ucap Ramphago.

"Kami juga menemukan wasit hanya menulis pemain nomor 2 mencetak 10 gol, pemain nomor 5 mencetak 20 gol, dan seterusnya. Tapi, ada 41 gol bunuh diri. Jadi, bagaimana mereka merekamnya?" tambah Ramphago.

Kemenangan dengan skor besar itu tentu saja sangat patut dicurigai. Pasalnya, dalam pertandingan sebelumnya, pada Maret 2022, hasilnya sangat ketat. Matiyasi mengalahkan Nsami Mighty Birds 2-1 di pertandingan pertama. Sementara Shivulani Dangerous Tigers bermain imbang 2-2 dengan Kotoko Happy Boys.

Pada akhirnya, setelah terbukti keempat tim melakukan pengaturan skor, Gawula Classic yang berada di posisi keempat telah dinyatakan sebagai pemenang setelah tiga tim di atasnya diberikan sanksi larangan berkompetisi seumur hidup.

Selain sanksi yang diberikan kepada pihak klub, individu yang terlibat dalam permainan juga telah diberi larangan bermain jangka panjang. Ofisial dari klub telah menerima skorsing 5-8 musim. Sementara perangkat pertandingan telah diberikan larangan 10 musim.

"Orang-orang ini tidak menghormati sepakbola, dan kami tidak bisa membiarkan itu terjadi lagi," ucap Ramphago.

"Yang menyedihkan adalah ada pemain muda yang terlibat karena aturan kompetisi menetapkan bahwa setiap tim harus menurunkan setidaknya lima pemain di bawah 21 tahun. Tujuan utama kami dalam menyelenggarakan liga adalah untuk memastikan kami mempersiapkan para pesepakbola muda menjadi pemain Bafana Bafana yang potensial di masa depan," pungkas Ramphago.

(atmaja wijaya/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network